
Kasus Peretasan Massal di AS Lebih Buruk dari Kelihatannya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Akhir tahun lalu, sejumlah lembaga pemerintah dan raksasa teknologi di Amerika Serikat diperkirakan kena retas. Namun ternyata kejadian itu tak sesederhana yang terlihat.
Peretasan yang diduga melibatkan pemerintah Rusia itu, diakui oleh seorang anggota Komite Intelijen Senat AS, Mark Warner, lebih buruk keadaannya. Ini Jadi bukti jika pemerintah setempat lalai karena telah bisa kebobolan.
"Sangat jelas jika pemerintah Amerika Serikat telah melewatkannya," kata dia dikutip The Verge, Senin (4/1/2021).
Laporan The Times sepemikiran dengan Warner yakni sistem peringatan dini gagal mendeteksi serangan. Alat itu diletakkan Cyber Command dan Badan Keamanan Nasional atau NSA di jaringan asing untuk mendeteksi potensi serangan.
Selain itu peretas juga menemukan celah akibat prioritas pemerintah untuk menjegal adanya peretas asing di pemilu November lalu. Namun ternyata serangan dari dalam pemerintah sendiri memungkinkan para pelaku untuk terhindar dari deteksi Departemen Keamanan Dalam Negeri.
Sementara itu, awal minggu ini Microsoft menemukan jika sistem perusahaannya berhasil dijebol di luar kode SolarWinds. Menurut pihak perusahaan, pelaku bisa melihat source Code di beberapa repositori kode sumber.
Namun kabar baiknya, Microsoft mengklaim jika tidak ada bukti para pelaku berhasil mengakses ke layanan produksi ataupun data pelanggan.
"Tidak ada indikasi sistem kami digunakan untuk menyerang pihak lain," kata pihak Microsoft.
Sebagai informasi, sejumlah korban berasal dari kalangan pemerintah misalnya Departemen Energi AS dan juga lembaga pengelola senjata nuklir AS yaitu National Nuclear Security Administrator. Departemen Keuangan juga menjadi korban dengan serangan paling signifikan.
Sementara itu dari kalangan perusahaan teknologi terdapat nama besar misalnya Cisco, Intel, Nvidia, Belkin dan VMWare. Pelaku berhasil menjebol keamanan di SolarWinds yang memiliki jaringan komputer ke korban-korban tersebut.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hacker 16 Tahun Bobol Database Kejagung, Motifnya Iseng!