
Jepang Rakit Satelit Luar Angkasa Bahan Kayu, Buat Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah perusahaan teknologi Jepang dan Universitas Kyoto dilaporkan sedang mengembangkan satelit berbahan kayu untuk mengurangi sampah di luar angkasa.
Sumitomo Forestry menggandeng Universitas Kyoto untuk membuat satelit pertama di dunia yang menggunakan material kayu dan sedang bereksperimen dengan berbagai jenis kayu di lingkungan ekstrem di Bumi.
Sampah luar angkasa kini menjadi perhatian banyak pihak karena semakin banyak negara yang meluncurkan satelit di mana satelit tersebut sulit terurai karena menggunakan bahan baku besi.
Satelit kayu yang ditargetkan rampung pada 2023 ini akan terbakar tanpa melepaskan zat berbahaya di atmosfer dan tak akan menghujani tanah ketika puing-piungnya jatuh kembali ke Bumi.
"Kami sangat prihatin dengan fakta bahwa semua satelit yang masuk kembali ke atmosfer bumi terbakar dan menciptakan partikel alumina kecil yang akan mengapung di atmosfer atas selama bertahun-tahun. Pada akhir itu akan memengaruhi Bumi," kata Takao Doi, seorang profesor di Universitas Kyoto seperti dikutip dari BBC, Selasa (29/12/2020).
Takao Doi merupakan salah satu astronot Jepang. Ia mengunjungi International Space Station pada maret 2008. Selama misi ini, dia menjadi orang pertama yang melempar bumerang di luar angkasa yang telah dirancang khusus untuk digunakan dalam microgravity.
Sumitomo Forestry, bagian dari Sumitomo Group, yang didirikan lebih dari 400 tahun lalu, mengatakan akan mengembangkan material kayu yang sangat tahan terhadap perubahan suhu dan sinar matahari.
Kayu yang digunakan adalah "rahasia R&D", kata juru bicara perusahaan kepada BBC.
Menurut World Economic Forum (WEF) hampir 6.000 satelit mengelilingi Bumi. Sekitar Sekitar 60% dari mereka sudah tidak berfungsi atau jadi sampah luar angkasa.
Perusahaan riset Euroconsult memperkirakan dalam dekade ini akan ada 990 satelit yang diluncurkan setiap tahun, berarti pada 2028, mungkin ada 15.000 satelit di orbit.
Sampah luar angkasa bergerak dengan kecepatan luar biasa lebih dari 22.300 mph, sehingga dapat menyebabkan kerusakan yang cukup besar pada benda apa pun yang ditabraknya. Pada tahun 2006, sepotong kecil sampah luar angkasa bertabrakan dengan International Space Station.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mengapa Badai Matahari Jadi Ancaman Satelit?