
Emas Minggir! Ini Giliran Bitcoin yang Bersinar Terang

Seperti disebutkan sebelumnnya, The Fed menjadi pemicu kenaikan bitcoin. Dalam pengumuman kebijakan moneter Kamis dini hari WIB, bank sentral pimpinan Jerome Powell tersebut berkomitmen untuk menjalankan program pembelian aset (quantitative easing/QE) sampai pasar tenaga kerja AS kembali mencapai full employment dan inflasi konsisten di atas 2%.
Artinya kebijakan moneter ultra longgar masih akan dipertahankan dalam waktu yang lama.
The Fed memberikan proyeksi inflasi yang dilihat dari belanja konsumsi personal (personal consumption expenditure/PCE) di tahun ini sebesar 1,2%, kemudian di tahun depan 1,8%. Artinya masih belum mencapai target di atas 2%, sehingga pada tahun depan kebijakan moneter yang diterapkan masih ultra longgar.
Setelah pengumuman tersebut, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan mata uang Paman Sam tersebut turun 0,3% ke 90,136. Level tersebut merupakan yang terendah dalam lebih dari 2,5 tahun terakhir. Dolar AS bahkan diprediksi masih akan tertekan hingga 2 tahun ke depan.
Sementara itu hasil survei terbaru dari Reuters terhadap 72 analis menunjukkan, sebanyak 39% memprediksi dolar AS akan melemah hingga 2 tahun ke depan. Persentase tersebut menjadi yang tertinggi dibandingkan prediksi lainnya.
![]() |
Sebanyak 10% bahkan memperkirakan dolar AS masih akan melemah lebih dari 2 tahun ke depan.15% melihat pelemahan dolar AS hanya akan berlangsung kurang dari 3 bulan dan setelahnya mulai bangkit. 14% meramal pelemahan berlangsung kurang dari 6 bulan, dan 22% lainnya kurang dari 1 tahun.
Ketika nilai tukar dolar AS terus merosot, popularitas bitcoin sebagai mata uang alternatif menjadi semakin menanjak. Paul Tudor Jones, salah satu investor papan atas melihat perbandingan tersebut menjadi salah satu alasan ia mulai "bermain" di bitcoin.
"Jika anda memegang uang tunai, ada tahu bank sentral memiliki tujuan mendepresiasi nilai tukar sebesar 2% per tahun. Jadi pada dasarnya memegang uang tunai sama dengan membuat aset anda dengan percuma," kata Jones pada bulan Mei lalu dalam acara "Squak Box" CNBC International.
Investor sekelas Jones yang mulai memasukkan bitcoin ke dalam portofolionya menjadi salah satu euforia yang membawa harganya terus melesat. Sebabnya, dulu bitcoin dipandang sebagai aset spekulasi semata bahkan penipuan, kini sudah mulai diterima sebagai aset investasi.
Jones sendiri mengatakan memiliki 2% bitcoin dari total portofolio investasinya. Tidak hanya Jones, banyak investor institusional kini sudah masuk ke bitcoin.
Bitcoin seperti menemukan "arah angin" di tahun ini. Larry Fink, CEO BlakRock, perusahaan asset management terbesar di dunia, pada Oktober 2017 lalu mengatakan bitcoin adalah "indeks pencucian uang", tetapi kini pandangannya berubah.
Fink kini mengatakan bitcoin bisa berevolusi menjadi "pasar global" karena berhasil menarik "perhatian dan imajenasi" pada millennial.
Sebelum Fink, Rick Rider, Chief Investment Officer Blackrock, dalam acara Squawk Box CNBC International Jumat (20/11/2020) mengatakan bitcoin "akan diterima" sebab banyak millennial yang menggunakannya.
"Saya pikir mata uang kripto akan diterima. Saya pikir itu akan tahan lama, dan anda sudah lihat bank sentral sudah membicarakan mata uang digital," kata Rider.
"Saya pikir mata uang digital dan penerimaan (di kalangan millennial) teknologinya serta mata uang kripto adalah nyata. Pembayaran digital adalah nyata, jadi saya pikir bitcoin akan diterima," tambahnya.
Rider bahkan mengatakan suatu saat nanti bitcoin bisa menggantikan emas secara luas.
"Apakah saya berfikir mekanisme bitcoin dapat menggantikan emas secara luas? Ya, saya berfikir demikian, karena mekanisme ini lebih fungsional ketimbang mentransfer emas batangan," katanya.
Sementara itu, analis Bloomberg Intelligence, Mike McGlone memprediksi harga bitcoin akan mencapai US$ 50.000/BTC paada tahun depan, dan kemungkinan sangat kecil kembali ke bawah US$ 10.000/BTC.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)