Emas Minggir! Ini Giliran Bitcoin yang Bersinar Terang

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 December 2020 12:12
topik bitcoin konten
Foto: topik/topik bitcoin konten/Aristya Rahadian Krisabella

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga Bitcoin kemarin meroket ke atas US$ 20.000/BTC dan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Tetapi, umur rekor tersebut singkat, hari ini harga mata uang kripto ini kembali melesat tinggi.

Melansir data Refinitiv, pada pukul 10:19 WIB, bitcoin diperdagangkan di kisaran US$ 22.081,49/BTC, melesat 4,09%, melanjutkan kenaikan 9,21%. Artinya hanya dalam kurang dari 2 kali 24 jam bitcon meroket lebih dari 13%.

Dianggap sebagai emas digital, pemicu kenaikan bitcoin sama dengan kenaikan emas kemarin, yakni pengumuman kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed).

Penggerak bitcoin boleh sama dengan emas, tetapi kinerjanya jauh berbeda. Emas memang sudah mencetak rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.072,49/troy ons, tetapi setelahnya harga emas menurun, sebaliknya bitcoin terus melesat.

Alhasil sepanjang tahun ini emas membukukan penguatan "hanya" 23%, sementara bitcoin meroket lebih dari 200%. Melihat dari return tersebut, bitcoin tentu jauh lebih menarik dibandingkan emas. Apalagi, berdasarkan survei JP Morgan, millennial lebih memilih bitcoin ketimbang emas. Dan patut diingat, ke depannya para millennial inilah yang akan mendominasi pasar finansial.

"Dua kelompok menunjukkan perbedaan dalam preferensi untuk mata uang 'alternatif'. Kelompok yang lebih tua memilih emas, sementara kelompok muda memilih bitcoin," kata analis JP Morgan yang dipimpin Nikolaos Panigirtzoglou dalam sebuah catatan yang dikutip Kitco, Selasa (18/8/2020).

Preferensi emas dan bitcoin sebagai alternatif berdampak pada korelasi kedua aset tersebut menjadi lebih positif. Artinya keduanya bergerak searah, ketika emas menguat, bitcoin juga akan naik. Menurut JP Morgan, hal itu terjadi karena millennial di AS melihat bitcoin sebagai uang 'alternatif' untuk dolar AS.

"Aliran modal simultan telah menyebabkan perubahan pola korelasi antara bitcoin dengan aset lainnya, menjadi lebih positif antara bitcoin dan emas, tetapi juga antara bitcoin dengan dolar karena millennial di AS melihat bitcoin sebagai uang 'alternatif' untuk dolar AS," kata Panigirtzoglou.

Sementara itu hasil survei, deVere Group, perusahaan financial advisory independen dan fintech, terhadap 700 lebih millennial di berbagai negara, sebanyak 67% menyatakan mereka memilih bitcoin sebagai aset safe haven ketimbang emas.

Millennial akan menjadi kunci penting bagi masa depan bitcoin, sebab berdasarkan hasil survei DeVere, akan ada transfer kekayaan antar generasi yang besar. Berdasarkan estimasi, transfer kekayaan tersebut mencapai US$ 60 triliun dari generasi baby boomers ke millennial.

Artinya, dengan millenial lebih memilih bitcoin sebagai safe haven ketimbang emas, ketika transfer kekayaan terjadi tentunya investasi ke bitcoin kemungkinan akan lebih besar lagi. Bahkan tidak menutup kemungkinan bitcoin akan benar-benar menggeser posisi emas.

JP Morgan sudah melihat hal tersebut, dan mengatakan emas akan "menderita" beberapa tahun ke depan akibat aliran investasi beralih ke bitcoin. Fenomena tersebut diprediksi akan berlanjut hingga beberapa tahun ke depan.

"Adopsi bitcoin oleh investor institusional baru saja dimulai, sementara emas sudah diadopsi sejak lama. Jika tesis tersebut benar, maka harga emas akan menderita akibat beralihnya aliran investasi dalam beberapa tahun ke depan," tulis ahli strategi JP Morgan sebagaimana dikutip Kitco.

Seperti disebutkan sebelumnnya, The Fed menjadi pemicu kenaikan bitcoin. Dalam pengumuman kebijakan moneter Kamis dini hari WIB, bank sentral pimpinan Jerome Powell tersebut berkomitmen untuk menjalankan program pembelian aset (quantitative easing/QE) sampai pasar tenaga kerja AS kembali mencapai full employment dan inflasi konsisten di atas 2%.

Artinya kebijakan moneter ultra longgar masih akan dipertahankan dalam waktu yang lama.

The Fed memberikan proyeksi inflasi yang dilihat dari belanja konsumsi personal (personal consumption expenditure/PCE) di tahun ini sebesar 1,2%, kemudian di tahun depan 1,8%. Artinya masih belum mencapai target di atas 2%, sehingga pada tahun depan kebijakan moneter yang diterapkan masih ultra longgar.

Setelah pengumuman tersebut, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan mata uang Paman Sam tersebut turun 0,3% ke 90,136. Level tersebut merupakan yang terendah dalam lebih dari 2,5 tahun terakhir. Dolar AS bahkan diprediksi masih akan tertekan hingga 2 tahun ke depan.

Sementara itu hasil survei terbaru dari Reuters terhadap 72 analis menunjukkan, sebanyak 39% memprediksi dolar AS akan melemah hingga 2 tahun ke depan. Persentase tersebut menjadi yang tertinggi dibandingkan prediksi lainnya.

idrFoto: Reuters

Sebanyak 10% bahkan memperkirakan dolar AS masih akan melemah lebih dari 2 tahun ke depan.15% melihat pelemahan dolar AS hanya akan berlangsung kurang dari 3 bulan dan setelahnya mulai bangkit. 14% meramal pelemahan berlangsung kurang dari 6 bulan, dan 22% lainnya kurang dari 1 tahun.

Ketika nilai tukar dolar AS terus merosot, popularitas bitcoin sebagai mata uang alternatif menjadi semakin menanjak. Paul Tudor Jones, salah satu investor papan atas melihat perbandingan tersebut menjadi salah satu alasan ia mulai "bermain" di bitcoin.

"Jika anda memegang uang tunai, ada tahu bank sentral memiliki tujuan mendepresiasi nilai tukar sebesar 2% per tahun. Jadi pada dasarnya memegang uang tunai sama dengan membuat aset anda dengan percuma," kata Jones pada bulan Mei lalu dalam acara "Squak Box" CNBC International.

Investor sekelas Jones yang mulai memasukkan bitcoin ke dalam portofolionya menjadi salah satu euforia yang membawa harganya terus melesat. Sebabnya, dulu bitcoin dipandang sebagai aset spekulasi semata bahkan penipuan, kini sudah mulai diterima sebagai aset investasi.

Jones sendiri mengatakan memiliki 2% bitcoin dari total portofolio investasinya. Tidak hanya Jones, banyak investor institusional kini sudah masuk ke bitcoin.

Bitcoin seperti menemukan "arah angin" di tahun ini. Larry Fink, CEO BlakRock, perusahaan asset management terbesar di dunia, pada Oktober 2017 lalu mengatakan bitcoin adalah "indeks pencucian uang", tetapi kini pandangannya berubah.

Fink kini mengatakan bitcoin bisa berevolusi menjadi "pasar global" karena berhasil menarik "perhatian dan imajenasi" pada millennial.

Sebelum Fink, Rick Rider, Chief Investment Officer Blackrock, dalam acara Squawk Box CNBC International Jumat (20/11/2020) mengatakan bitcoin "akan diterima" sebab banyak millennial yang menggunakannya.

"Saya pikir mata uang kripto akan diterima. Saya pikir itu akan tahan lama, dan anda sudah lihat bank sentral sudah membicarakan mata uang digital," kata Rider.

"Saya pikir mata uang digital dan penerimaan (di kalangan millennial) teknologinya serta mata uang kripto adalah nyata. Pembayaran digital adalah nyata, jadi saya pikir bitcoin akan diterima," tambahnya.

Rider bahkan mengatakan suatu saat nanti bitcoin bisa menggantikan emas secara luas.

"Apakah saya berfikir mekanisme bitcoin dapat menggantikan emas secara luas? Ya, saya berfikir demikian, karena mekanisme ini lebih fungsional ketimbang mentransfer emas batangan," katanya.

Sementara itu, analis Bloomberg Intelligence, Mike McGlone memprediksi harga bitcoin akan mencapai US$ 50.000/BTC paada tahun depan, dan kemungkinan sangat kecil kembali ke bawah US$ 10.000/BTC.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Harga Emas Hari Ini Cetak Rekor US$1.932, Apa Kabar Bitcoin?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular