Setelah Facebook, Google Dituding Monopoli Search Engine

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
16 December 2020 18:49
FILE - Google's headquarters in Mountain View, Calif., is shown Thursday, Jan. 3, 2013. Google has decided that most of its 200,000 employees and contractors should work from home through next June, a sobering assessment of the pandemic's potential staying power from the company providing the answers for the world's most trusted internet search engine. The remote-work order issued Monday, July 27, 2020, by Google CEO Sundar Pichai also affects other companies owned by Google's corporate parent, Alphabet Inc. It marks a six-month extension of Google's previous plan to keep most of its offices closed through the rest of this year.

(AP Photo/Marcio Jose Sanchez, File)
Foto: Google (AP/Marcio Jose Sanchez)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah Facebook, Google dikabarkan segera menghadapi gugatan antimonopoli pada mesin pencariannya. Tuntutan itu dibuat oleh Jaksa Agung Demokrat Colorado, Phil Weiser dan Jaksa Agung Republik Nebraska Doug Peterson.

Menurut para Jaksa Agung, search engine itu di modifikasi untuk meningkatkan hasil bagi produknya serta merugikan untuk para pesaing, dikutip dari Business Insider, Rabu (16/12/2020).

Direncanakan tuntutan itu akan dimasukkan paling cepat minggu ini. Namun pihak Google menolak mengomentari rencana gugatan itu.

Sejumlah penyedia mesin pencarian menyatakan jika Google melakukan praktik tidak adil. Khususnya karena mesin itu memberikan penempatan umum pada produk penelusuran.

Aktivitas itu juga membuat pengguna menjadiuh dari pesaingnya. Selain itu memaksa para user membayar iklan untuk Google.

Gugatan ini menambah panjang tuntutan untuk anak usaha Alphabet Inc tersebut. Salah satunya adalah dari penyelidikan tahun September 2019 oleh Jaksa Agung dari 48 negara bagian, Washington, DC, dan Puerto Rico.

Selain itu juga ada kasus antimonopoli besar diajukan oleh Departemen Kehakiman pada Oktober. Tuntutan ini diajukan oleh 12 negara bagian beserta California yang bergabung pada awal bulan ini.

Tuntutan terakhir menyuarakan jika Google menggunakan jaringan ilegal dan eksklusif untuk merugikan pesaing yang lebih kecil. Selain itu perusahaan juga membuat keuntungan tidak adil dalam penelusuran dan periklanan online.

Wakil Presiden Google untuk Urusan Global , Kent Walker menyatakan jika gugatan tersebut sangat cacat.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Apple & Google Cs Disebut Monopoli, Kelakuan Bak Raja Minyak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular