
Kacau! Hacker Rusia Disebut Retas Kemenkeu & Kemendag AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Hacker yang diyakini bekerja untuk Rusia telah memantau lalu lintas email internal Departemen Keuangan dan Departemen Perdagangan Amerika Serikat (AS). Hal ini diungkapkan seorang sumber yang tak ingin disebutkan namanya seperti dikutip dari Reuters, Senin (14/12/2020).
Sumber itu mengungkapkan peretasan (hack) itu sangat serius sehingga menyebabkan pertemuan Dewan Keamanan Nasional di Gedung Putih pada hari Sabtu (12/12/2020).
Kecuali Departemen Perdagangan yang mengkonfirmasinya, Pejabat AS belum banyak berbicara secara terbuka adanya peretasan di salah satu departemennya dan belum diketahui apakah ada permintaan kepada Cybersecurity and Infrastructure Security Agency dan FBI untuk menyelidikinya.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Ullyot mengungkapkan mereka "mengambil semua langkah yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan memperbaiki masalah apa pun yang mungkin terkait dengan situasi ini."
Pemerintah AS belum secara terbuka mengidentifikasi siapa yang mungkin berada di balik peretasan tersebut, tetapi tiga orang yang mengetahui penyelidikan mengatakan Rusia diyakini bertanggung jawab atas serangan itu.
Dua orang mengatakan pelanggaran tersebut terkait dengan kampanye luas yang juga melibatkan peretasan yang baru-baru ini diungkapkan di FireEye, sebuah perusahaan keamanan siber besar AS yang banyak mendapatkan kontrak dari pemerintah dan komersial.
Dalam sebuah pernyataan yang diposting di Facebook, kementerian luar negeri Rusia menggambarkan tuduhan tak berdasar ini sebagai upaya lain media besar AS untuk menyalahkan Rusia atas serangan siber terhadap badan-badan AS.
Mata-mata dunia maya diyakini masuk dengan diam-diam merusak pembaruan yang dirilis oleh perusahaan IT SolarWinds, yang melayani pemerintah baik eksekutif, militer, dan dinas intelijen, menurut dua orang yang mengetahui masalah tersebut.
Triknya - sering disebut sebagai "serangan rantai pasokan (supply chain)" - bekerja dengan menyembunyikan kode berbahaya dalam pembaruan perangkat lunak sah yang diberikan kepada target oleh pihak ketiga.
Dalam pernyataan yang dirilis Minggu malam, perusahaan yang berbasis di Austin, Texas tersebut mengatakan bahwa pembaruan perangkat lunak pemantauan yang dirilis antara Maret dan Juni tahun ini mungkin telah ditumbangkan oleh "serangan rantai pasokan yang sangat canggih, bertarget dan manual oleh sebuah negara."
(roy/roy) Next Article Kacau! Hacker Korut Kini Incar Bank, Bobol Mesin ATM
