Ahli China Klaim Covid Asli India Bukan Wuhan, Ini Kata WHO

Tommy Sorongan, CNBC Indonesia
28 November 2020 17:59
The logo of the World Health Organization is seen at the WHO headquarters in Geneva, Switzerland, Thursday, June 11, 2009. The World Health Organization held an emergency swine flu meeting Thursday and was likely to declare the first flu pandemic in 41 years as infections climbed in the United States, Europe, Australia, South America and elsewhere. (AP Photo/Anja Niedringhaus)
Foto: Logo World Health Organization (WHO) (AP Photo/Anja Niedringhaus)

Jakarta, CNBC Indonesia - PakarĀ Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan pada hari Jumat (27/11/2020) keraguannya untuk menyatakan bahwa virus Covid-19 tidak lahir di Wuhan, tempat pertama virus itu diidentifikasi pada Desember lalu.

Dilansir dari Reuters, ahli penyakit dari WHO Mike Ryan menyatakan pada konferensi pers virtual di Jenewa bahwa klaim tersebut sangatlah spekulatif. Ia menambahkan bahwa untuk mengidentifikasi kelahiran virus, para ahli akan fokus di tempat dimana virus itu pertama kali diidentifikasi.

"Saya pikir sangat spekulatif bagi kami untuk mengatakan bahwa penyakit itu tidak muncul di China. Jelas dari perspektif kesehatan masyarakat bahwa anda memulai penyelidikan di mana kasus manusia pertama kali muncul." ujar Ryan.

Ia juga menegaskan bahwa WHO akan segera mengirim tim ke pasar makanan Wuhan untuk menyelidiki asal-usul virus lebih lanjut.

Sebelumnya, penelitian yang berjudul 'Transmisi Kriptik Awal dan Evolusi SARS-CoV-2 dalam Hosti Manusia', mengejutkan banyak ilmuwan karena menantang persepsi umum di antara para ilmuwan bahwa virus tersebut berasal dari pasar hewan di Wuhan.

Penelitian yang dipimpin oleh Dr Shen Libing, mengklaim pendekatan tradisional untuk melacak asal-usul strain virus corona tidak berhasil karena menggunakan virus kelelawar yang ditemukan di Yunnan, barat daya China, beberapa tahun lalu. Virus kelelawar Yunnan itu sering digunakan dalam penelitian virus corona karena dipercayaimenyebabkan pandemi SARS di awaltahun 2000an.

Sebaliknya, mereka menggunakan metode baru yang melibatkan penghitungan jumlah mutasi pada setiap jenis virus. Dalam penelitian itu mereka mengklaim bahwa strain dengan mutasi paling banyak telah ada untuk waktu yang lebih lama, dan yang mutasi lebih sedikit lebih dekat dengan nenek moyang asli Covid-19.

Dari hasil riset itu ditemukan bahwa daerah wabah pertama harus memiliki keragaman genetik terbesar, dimana laporan itu menyinggung India dan Bangladesh sebagai awal penyebaran virus itu.

"Baik informasi geografis strain yang paling sedikit bermutasi dan keanekaragaman strain menunjukkan bahwa anak benua India mungkin menjadi tempat dimana penularan SARS-CoV-2 manusia-ke-manusia yang paling awal terjadi, yaitu tiga atau empat bulan sebelum Wuhan. wabah." tulis laporan penelitian itu.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret Gua Wanling yang Diduga Asal Virus Corona di China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular