
Bersiap Menyambut Gelombang Kedua Otomasi Perbankan

Pada 2019, program otomasi dan digitalisasi di back-office Bank Mega kian membuahkan hasil, yang terlihat dari menguatnya tingkat efisiensi, yang terlihat dari rampingnya rasio biaya operasi terhadap pendapatan operasi (BOPO).
Dengan mengoptimalkan penggunaan teknologi terkini Bank Mega melakukan proses re-engineering di semua lini secara terus menerus. Proses yang sifatnya repetitif akan dilakukan secara otomasi, serta integrasi antar sistem penunjang proses dikembangkan untuk mendukung straight through processing (STP).
Hal tersebut akan meningkatkan efisiensi proses di mana tahapan yang tidak memiliki nilai tambah dihilangkan. Hasilnya, proses layanan semakin sederhana dan mudah sehingga dapat dilakukan secara mandiri oleh nasabah dengan nyaman.
Pada 2019, rasio beban operasi terhadap pendapatan operasi (BOPO) Bank Mega turun 3,68% menjadi 74%, atau jauh di bawah rata-rata perbankan sebesar 80,65%. Tren positif tersebut berlanjut pada tahun ini, terlihat dari rasio BOPO Bank Mega ini yang kian menurun menjadi 71%, pada September 2020.
Capaian itu merupakan yang tersehat di industri, di mana rata-rata BOPO (per Agustus) yang sebesar 85%, atau rerata bank sejenis (peer) yakni bank umum konvensional buku III yang menurut catatan Tim Riset CNBC Indonesia berada d kisaran 100,7%. Level ideal BOPO menurut regulator adalah sebesar 70%.
Untuk front office, Bank Mega telah lama mengembangkan platform digital dan baru selesai tepat hampir bersamaan dengan merebaknya pandemi Covid-19. Salah satunya adalah fitur chatbot berbasis AI yang diluncurkan pada 3 Desember 2019.
Chatbot bernama Mila (Mega Intelligent Assistant) ini mempermudah nasabah dan masyarakat mendapatkan informasi produk dan layanan Bank Mega. Mesin AI di Mila dapat mengenali pertanyaan natural sehingga bisa menjawab pertanyaan secara tepat.
Terbaru, Bank Mega meluncurkan aplikasi mobile banking bertajuk M-Smile pada 15 April lalu. Berbeda dari M-banking pada umumnya, M-Smile menggunakan pendekatan aplikasi yang biasa dikembangkan financial technology (fintech).
Perseroan menargetkan M-Smile bakal dipakai oleh 1 juta nasabah dan terkoneksi dengan 2,7 juta merchant di seluruh Indonesia. Dengan begitu, nasabah tidak perlu lagi bertransaksi dengan uang kertas, yang rawan menjadi medium penyebaran virus corona.
M-Smile memudahkan nasabah mengakses informasi dan layanan bank dalam satu genggaman. Berbagai fitur yang tersedia antara lain digital account onboarding, informasi mutasi, tagihan, tarik tunai tanpa kartu, transfer, pembayaran, pembelian, top up uang elektronik, penggunaan QRIS dengan metode MPM, CPM dan TTM.
Nasabah pun memiliki keleluasaan untuk memilih sumber dana untuk bertransaksi seperti dari tabungan, kartu kredit maupun uang elektronik, selain itu Nasabah juga dapat melakukan pengaturan rekening baik tabungan maupun kartu kredit secara mandiri dan update promo terkini dengan benefit yang dapat dinikmati oleh Nasabah sepanjang masa.
Sementara itu, Mila dibesut sebagai aplikasi umum, yang dapat diakses melalui aplikasi Whatshapp lewat nomor 082208225000. Layanan bisa membantu menjawab semua pertanyaan penggunanya kapan saja dan di manapun selama 7 x 24 jam.
Mila akan memberikan respons secara langsung dalam hitungan detik dan tanpa biaya layanan, sehingga membuat layanan Bank Mega kian efektif dan menjangkau semua orang di berbagai pelosok negeri, terutama nasabah milenial yang terbiasa dengan aktivitas chatting.
Chatbot ini memberikan informasi produk, promosi, kurs, lokasi cabang, serta informasi kartu kredit secara dinamis, layaknya berbicara langsung dengan customer service bank. Ke depan, tren demikian akan diikuti dan terus berkembang di industri perbankan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)[Gambas:Video CNBC]