Special Research

Bersiap Menyambut Gelombang Kedua Otomasi Perbankan

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
16 November 2020 16:27
robot humanoid
Foto: REUTERS/Moritz Hager

Jakarta, CNBC Indonesia - Digitalisasi dan otomasi memicu transformasi layanan perbankan dari model bisnis, angkatan kerja, proses, dan jasa. Mereka yang terlambat mengaplikasikan itu bakal tergusur, karena kalah kompetitif dari sisi biaya dan manajemen risiko.

Di era revolusi industri 4.0, pelaku usaha dihadapkan pada proses rantai pasokan yang kian cepat dan kompleks sehingga melonjaklah kebutuhan akan layanan keuangan dan perbankan yang bisa mengimbangi perkembangan serba cepat tersebut.

Dalam laporan riset berjudul "The Transformative Power of Automation in Banking", firma konsultan keuangan global McKinsey dengan meyakinkan memasang prediksi bahwa tren otomasi bakal terjadi "dalam waktu dekat".

Laporan yang disusun pada 2017 itu dirilis setahun setelah raksasa perusahaan global ramai-ramai melakukan uj-coba pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan otomasi untuk melihat sejauh mana manfaatnya terhadap proses bisnis.

Saat itu, kalangan pelaku usaha sebagaimana disebutkan dalam laporan McKinsey menemukan bahwa otomasi bisa dijalankan di 50-70% pekerjaan, yang memicu efisiensi hingga 35%, memangkas waktu pengurusan proses kerja bersambung (straight-through process/STP), dan keuntungan investasi di atas 100%.

qSumber: McKinsey

Saat itu, dikenal adagium "Transfomasi ABC" di perbankan, yang meliputi tiga hal. A kepanjangan dari automation (otomasi), B kepanjangan dari big-data and analytics (kolam data dan analitik), serta C yang merupakan kepanjangan dari cloud computing (komputasi awan).

Otomasi memungkinkan layanan bank yang lebih cepat, terutama dalam hal pengambilan keputusan yang menyangkut layanan nasabah. Pada akhirnya, ini akan memaksimalkan keuntungan (return) dibandingkan proses bank manual yang lebih lama.

Proses yang sama juga bisa mendongkrak efisiensi karena meminimalkan poses kerja manual yang melibatkan banyak tahapan dan sumber daya manusia. Di sisi lain, otomasi juga bisa mendeteksi fraud secara lebih dini sehingga merevolusi manajemen risiko.

Proyeksi McKinsey soal 'gelombang kedua' penggunaan otomasi menemukan konfirmasinya ketika virus Covid-19 merebak. Pandemi membuat kebutuhan akan digitalisasi dan otomasi kian mendesak, karena proses manual/konvensional kian dikurangi sejalan dengan protokol kesehatan. Kebutuhan layanan digital dan otomasi pun meningkat drastis.

"Mesin dapat mengambil peran hingga 10-25% dari fungsi pekerjaan di bank, menaikkan kapasitasnya, dan memungkinkan pegawai bank fokus pada proyek dan pekerjaan yang bernilai lebih tinggi," tulis McKinsey.

Keberadaan virus corona memang mempercepat arah peradaban menuju revolusi industri 4.0, di mana layanan konsumen, termasuk layanan perbankan, dilakukan secara digital. Hal ini bakal mengubah wajah perbankan secara drastis.

Hal ini terkonfirmasi dalam laporan firma konsultan Bancography di Amerika Serikat (AS) menyebutkan bahwa bank-bank di Negeri Adidaya itu telah mengurangi kantor baru sejak 2013, di tengah kian berkembangnya layanan perbankan digital (digital banking).

qSumber: Bancography

Pada 2019, sebanyak 2.400 kantor cabang bank ditutup, sementara pembukaan kantor cabang baru hanya 1.100. Artinya, ada selisih 1.300 kantor cabang yang hilang dalam setahun. Padahal lima tahun sebelumnya (2013-2018) jumlah selisih kantor cabang berkisar 800-1.000 per tahun.

Hal ini menunjukkan bahwa tren digital banking memang tidak terelakkan, dan hanya tinggal menunggu waktu sampai kemudian masyarakat benar-benar bermigrasi penuh menggunakan layanan perbankan berbasis digital.

Di Indonesia, kalangan bankir telah mafhum dengan arah perubahan tersebut. PT Bank Mega Tbk, misalnya dalam beberapa tahun terakhir telah membangun digitalisasi dan otomasi, dengan membangun infrastuktur pendukung dan mencari talent terbaik untuk mempercepat proses digitalisasi dan otomasi di lingkungannya.

"Kebijakan strategis dan inisiatif utama yang kami terapkan sepanjang 2019 adalah fokus pada transformasi teknologi informasi dalam hal otomasi dan digitalisasi untuk mendukung perkembangan bisnis retail dan perbankan digital, meningkatkan kenyamanan nasabah, mitigasi risiko operasional serta efisiensi biaya operasional," tutur Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib.

Sebagai bagian dari ekosistem CT Corp, Bank Mega akan menjadi hub keuangan di antara perusahaan-perusahaan lainnya di grup. Oleh karena itu, perseroan harus bisa menjadi back bone dalam pembangunan sistem finansial yang terintergrasi di dalam ekosistem tersebut.

Tidak heran, perseroan terus mendorong pengembangan otomasi dan merekrut talenta terbaik, misalnya dengan menggelar ICStar Hackathon, ajang pencarian bakat yang diikuti ribuan mahasiswa dari berbagai kampus ternama nasional.

Pada 2019, program otomasi dan digitalisasi di back-office Bank Mega kian membuahkan hasil, yang terlihat dari menguatnya tingkat efisiensi, yang terlihat dari rampingnya rasio biaya operasi terhadap pendapatan operasi (BOPO).  

Dengan mengoptimalkan penggunaan teknologi terkini Bank Mega melakukan proses re-engineering di semua lini secara terus menerus. Proses yang sifatnya repetitif akan dilakukan secara otomasi, serta integrasi antar sistem penunjang proses dikembangkan untuk mendukung straight through processing (STP).

Hal tersebut akan meningkatkan efisiensi proses di mana tahapan yang tidak memiliki nilai tambah dihilangkan. Hasilnya, proses layanan  semakin sederhana dan mudah sehingga dapat dilakukan secara mandiri oleh nasabah dengan nyaman.

Pada 2019, rasio beban operasi terhadap pendapatan operasi (BOPO) Bank Mega turun 3,68% menjadi 74%, atau jauh di bawah rata-rata perbankan sebesar 80,65%. Tren positif tersebut berlanjut pada tahun ini, terlihat dari rasio BOPO Bank  Mega ini yang kian menurun menjadi 71%, pada September 2020.

Capaian itu merupakan yang tersehat di industri, di mana rata-rata BOPO (per Agustus) yang sebesar 85%, atau rerata bank sejenis (peer) yakni bank umum konvensional buku III yang menurut catatan Tim Riset CNBC Indonesia berada d kisaran 100,7%. Level ideal BOPO menurut regulator adalah sebesar 70%.

Untuk front office, Bank Mega telah lama mengembangkan platform digital dan baru selesai tepat hampir bersamaan dengan merebaknya pandemi Covid-19. Salah satunya adalah fitur chatbot berbasis AI yang diluncurkan pada 3 Desember 2019.

Chatbot bernama Mila (Mega Intelligent Assistant) ini mempermudah nasabah dan masyarakat mendapatkan informasi produk dan layanan Bank Mega. Mesin AI di Mila dapat mengenali pertanyaan natural sehingga bisa menjawab pertanyaan secara tepat.

Terbaru, Bank Mega meluncurkan aplikasi mobile banking bertajuk M-Smile pada 15 April lalu. Berbeda dari M-banking pada umumnya, M-Smile menggunakan pendekatan aplikasi yang biasa dikembangkan financial technology (fintech).

Perseroan menargetkan M-Smile bakal dipakai oleh 1 juta nasabah dan terkoneksi dengan 2,7 juta merchant di seluruh Indonesia. Dengan begitu, nasabah tidak perlu lagi bertransaksi dengan uang kertas, yang rawan menjadi medium penyebaran virus corona.

M-Smile memudahkan nasabah mengakses informasi dan layanan bank dalam satu genggaman. Berbagai fitur yang tersedia antara lain digital account onboarding, informasi mutasi, tagihan, tarik tunai tanpa kartu, transfer, pembayaran, pembelian, top up uang elektronik, penggunaan QRIS dengan metode MPM, CPM dan TTM.

Nasabah pun memiliki keleluasaan untuk memilih sumber dana untuk bertransaksi seperti dari tabungan, kartu kredit maupun uang elektronik, selain itu Nasabah juga dapat melakukan pengaturan rekening baik tabungan maupun kartu kredit secara mandiri dan update promo terkini dengan benefit yang dapat dinikmati oleh Nasabah sepanjang masa.

Sementara itu, Mila dibesut sebagai aplikasi umum, yang dapat diakses melalui aplikasi Whatshapp lewat nomor 082208225000. Layanan bisa membantu menjawab semua pertanyaan penggunanya kapan saja dan di manapun selama 7 x 24 jam.

Mila akan memberikan respons secara langsung dalam hitungan detik dan tanpa biaya layanan, sehingga membuat layanan Bank Mega kian efektif dan menjangkau semua orang di berbagai pelosok negeri, terutama nasabah milenial yang terbiasa dengan aktivitas chatting.

Chatbot ini memberikan informasi produk, promosi, kurs, lokasi cabang, serta informasi kartu kredit secara dinamis, layaknya berbicara langsung dengan customer service bank. Ke depan, tren demikian akan diikuti dan terus berkembang di industri perbankan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mantap! GoFood Pelopori Robot Otomatis di Layanan Pesan Antar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular