Terungkap! Cuan Bisnis Vaksin Covid-19 Capai Rp 365 T Setahun

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
06 November 2020 13:48
Ilustrasi Kandidat Vaksin Covid-19 (AP/Sakchai Lalit)
Foto: Ilustrasi Kandidat Vaksin Covid-19 (AP/Sakchai Lalit)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bisnis vaksin Covid-19 ternyata cukup menggiurkan. Produsen vaksin diperkirakan bisa meraup pendapatan sebesar US$25 miliar lebih per tahun atau setara Rp 365 triliun (asumsi Rp 14.600/US$). Meski begitu beberapa perusahaan Farmasi berjanji sediakan vaksin di bawah harga pasar selama pandemi.

Analis di Morgan Stanley dan Credit Suisse memperkirakan manusia perlu divaksinasi setiap tahun, mirip dengan suntikan flu biasa, dengan harga rata-rata US$ 20 untuk dosis vaksin Covid-19. Harga vaksin diprediksi berkisar US$ 3 per dosis hingga US$ 37, Media Inggris The Guardian, Jumat (6/11/2020).

Matthew Harrison, seorang analis di Morgan Stanley, memperkirakan bahwa jika perusahaan yang biasanya menerima suntikan flu tahunan yang mengambil pasar vaksin corona, mereka akan menghasilkan pendapatan US$10 miliar setahun di AS, Eropa, dan negara-negara maju lainnya.

Dia menetapkan biaya produksi vaksin US$ 5- US$ 10 per dosis. Besarnya pasar tergantung pada apakah orang perlu disuntik vaksin setiap tahun, atau lebih jarang, serta tingkat vaksinasi, dan bisa bernilai hingga US$ 25 miliar setahun secara global, katanya.

Evan Seigerman, seorang analis di Credit Suisse, mengatakan pasar AS sendiri saja dapat bernilai US$10 miliar. Prediksi ini dibuat melihat dari harga vaksin Pfizer sebesar US$ 19,50 dollar per dosis, dan dengan asumsi bahwa 330 juta warga menerima masing-masing dua dosis.

Mene Pangalos, wakil presiden eksekutif di AstraZeneca, mengatakan perusahaan berharap vaksin virus korona yang dikembangkannya bersama Universitas Oxford akan "efektif setidaknya selama satu tahun, mungkin lebih lama".

Para pemain industri farmasi telah menerima miliaran dolar dari pemerintah dalam beberapa bulan terakhir untuk mempercepat pengembangan vaksin karena pandemi yang semakin mengkhawatirkan.

Pemerintah Inggris misalnya, menyediakan 84 juta pound untuk mendanai penelitian vaksin pada bulan Mei - 65,5 juta pound diantaranya digunakan untuk mendukung uji coba AstraZeneca / Oxford, dan 18,5 juta pound untuk Imperial College, yang juga mengerjakan vaksin Covid-19. AstraZeneca juga telah menerima dana dari pemerintah AS sebagai bagian dari kesepakatan 1,2 miliar dollar AS untuk memasok 300 juta dosis.

Inggris telah mendapatkan lebih dari 350 juta dosis melalui kesepakatan untuk enam vaksin Covid-19 yang berbeda. Vaksin AstraZeneca / Oxford diharapkan menjadi salah satu yang pertama diajukan untuk persetujuan peraturan pada akhir tahun, dengan asumsi uji klinis berhasil diselesaikan.

Mengungkap hasil triwulan AstraZeneca, kepala eksekutif, Pascal Soriot, mengatakan mereka telah memproduksi vaksin secara massal dan akan siap untuk memasok ratusan juta dosis mulai Januari 2021.

AstraZeneca dan pembuat obat AS Johnson & Johnson telah berjanji untuk menyediakan vaksin mereka secara nirlaba selama pandemi ini, tetapi produsen lain, seperti Pfizer dan perusahaan biotek AS Moderna, telah mengambil sikap yang berbeda. Moderna yang merugi, yang telah menerima hampir 1 miliar dollar AS dalam pendanaan penelitian dari pemerintah AS, ingin menjual vaksinnya hingga 37 sekali suntikan.

AstraZeneca membebankan pemerintah US$ 3 hingga US$ 5 dollar untuk menutupi biaya produksi. Negara-negara berpendapatan rendah akan selalu mendapatkan vaksin berdasarkan biaya, bahkan setelah pandemi selesai, kata perusahaan Inggris itu.

GSK, yang sedang mengerjakan vaksin dengan Sanofi Prancis, tidak berharap mendapat keuntungan darinya selama pandemi dan mengatakan perusahaan akan fokus menginvestasikan keuntungan jangka pendek dalam penelitian terkait virus corona.

Di Cina, Sinovac Biotech menjual vaksinnya, yang disebut CoronaVac, seharga US$60 untuk dua suntikan di beberapa kota sebagai bagian dari program penggunaan darurat.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular