
Bos Teknologi Kompak Ogah Trump Terpilih Lagi Jadi Presiden

Jakarta, CNBC Indonesia - Para bos teknologi di Amerika Serikat rupanya rutin memberikan donor politik pada pemilihan presiden tahun ini. Sebagian besar dana dari mereka digunakan untuk mencoba membuat petahana Donald John Trump dari Partai Republik berhenti dari jabatan presiden AS.
Dana tersebut juga dilaporkan lebih banyak digunakan untuk mengambil kendali Senat dengan membantu Partai Demokrat.
CEO aplikasi Asana dan salah satu pendiri Facebook, Dustin Moskovitz memberikan dana sekitar US$ 24 juta (Rp 347 miliar, asumsi Rp 14.488/US$). CEO Twilio Jeff Lawson dan istrinya, Erica, menyumbangkan sekitar US$ 7 juta (Rp 101 miliar).
Bersama dengan mantan CEO Google, Eric Schmidt, yang menyumbangkan sekitar US$ 6 juta (Rp 86 miliar), mereka adalah beberapa kontributor terkemuka untuk Future Forward USA, PAC super di balik upaya mencalonkan Joe Biden sebagai Presiden AS mendatang.
Sementara CEO Netflix, Reed Hastings dan istrinya, Patty Quillin turut menyumbangkan lebih dari US$ 5 juta (Rp 72 miliar). Bagian terbesar jatuh ke Senat Mayoritas PAC, kelompok yang mendukung kandidat Demokrat ke negara bagian, seperti di Maine, Texas, dan Iowa.
Laporan Center for Responsive Politics juga menyatakan antara dana untuk kampanye dan kelompok luar, karyawan dari perusahaan internet berkomitmen 98% dari kontribusi mereka kepada Demokrat.
Negara bagian California dan Washington yang juga menjadi pusat teknologi utama negara tersebut, sudah lama menjadi benteng pertahanan Demokrat.
Tahun ini disparitas atau jarak dalam industri teknologi bahkan lebih besar karena antipati terhadap kebijakan Trump mengenai imigrasi, perdagangan dan perubahan iklim, serta penangananĀ terhadap pandemi virus corona (Covid-19).
"Saat menghadiri rapat umum itu sukarela, Trump dan pemerintahannya benar-benar membunuh orang Amerika," kata salah satu pendiri LinkedIn, Reid Hoffman lewat akun Twitternya @reidhoffman pada Minggu (1/11/2020).
Hoffman, yang juga seorang mitra di perusahaan ventura Greylock Partners, menyumbang sekitar US$ 14 juta, termasuk US$ 2 juta untuk Senat Mayoritas PAC, serta masing-masing US$ 1 juta untuk pendukung Biden Unite the Country dan American Bridge 21st Century.
Kontribusi terbesar semuanya untuk PAC super, karena undang-undang keuangan kampanye membatasi sumbangan individu untuk kampanye menjadi US$ 2.800 per pemilihan. Namun, berkat keputusan Mahkamah Agung Citizens United pada 2010, tidak ada batasan hukum tentang seberapa banyak seseorang dapat berkontribusi untuk PAC super.
Meskipun Hoffman mungkin adalah pemodal ventura yang paling vokal dalam hal politik, sejumlah investor paling terkemuka di Silicon Valley juga menulis cek tujuh digit.
Vinod Khosla masing-masing menyumbangkan US$ 1 juta kepada Senat Mayoritas PAC dan American Bridge 21st Century. Michael Moritz dari Sequoia Capital telah menyumbang lebih dari US$ 3 juta, termasuk US$ 1,5 juta untuk Pacronym, yang difokuskan untuk mendukung Demokrat di negara bagian yang diperebutkan dengan ketat dengan Republik.
Jessica Livingston, salah satu pendiri Y Combinator, menyumbangkan US$ 5 juta kepada Tech for Campaigns, yang memberikan bantuan digital dan teknis kepada kelompok Demokrat.
Tak hanya itu, sumbangan juga datang dari mantan CEO Microsoft Steve Ballmer; mantan CEO Qualcomm Irwin Jacobs; dan Kenneth Duda, salah satu pendiri perusahaan jaringan Arista.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Biden Cari Solusi Kelangkaan Cip Global