
Cerita Eks Direktur WHO Soal Lockdown India & Covid-19 RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Eks Direktur Penyakit Menular WHO South-East Asia Region, Prof dr Tjandra Yoga Aditama , SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, menceritakan pengalamannya ketika berada pada kondisi lockdown di India. Hal ini terjadi ketika ia berkantor di negeri Bollywood itu dalam menjalankan tugas WHO.
Rupanya, bukan hanya Indonesia yang kewalahan menghadapi pandemi Covid-19. Menurutnya, India juga mengalami hal serupa, sehingga sejumlah kebijakan pengendalian Covid-19 juga ada yang mengkritisi.
"Sebenarnya kalau mau jujur semua kewalahan. Cuma kalau bicara angka memang angka India buat test dan trace lebih tinggi (dibandingkan Indonesia). Dan dia agak duluan," ujarnya di Jakarta, Senin (5/10/20).
Menurutnya, pengendalian Covid-19 di India memiliki tantangan besar. Ia menilai, secara umum dari sisi keteraturan kehidupan di India masih berantakan
"India itu kan jauh lebih berantakan dari kita, maksudnya saya gak bicara Covid-19. Kehidupannya, ya lebih kumuh dan sebagainya," ucapnya.
Karena itu, dia sempat tak percaya bahwa kebijakan lockdown di India bakal berlangsung teratur. Namun, yang terjadi justru di luar dugaannya.
"Waktu pertama kali dia lockdown, saya bilang gak akan bisa. Boro-boro lockdown, budaya antre saja begitu. Pasti nyerobot. Jadi dia gak beraturan. Begitu lockdown saya bilang juga ke orang-orang, gak akan bisa. Ternyata bisa, habis lockdown itu. Mungkin di TV ada penegakan dipukul-pukul. Tapi dari rumah saya ke kantor itu nggak ada orang blas. Jadi kalau pakai tangan besi bisa," urainya.
Kendati begitu, bukan berarti persoalan selesai. Kini menurutnya India juga masih kewalahan menangani kasus Covid-19 yang masih terus meningkat.
Lantas bagaimana ia melihat kebijakan penanganan Covid-19 di Indonesia?
Menurutnya, langkah-langkah utama seperti testing, tracing, dan treatment, masih jauh dari kata ideal dilakukan di Indonesia.
"Kan test-nya saja kita tahu angkanya, semua orang bisa baca di worldometer, itu saja sudah jelas kecil. Tracenya kalau di New York berapa orang, kita mungkin enggak. Kalau yang treat ya okelah rumah sakit kewalahan," ucapnya.
Kendati begitu, hal ini wajar dialami sebuah negara, dan bukan hanya Indonesia, lantaran penyakit ini memang baru berusia 10 bulan mewabahnya.
"Tetapi indikatornya jelas, apakah masker semua orang pakai, kan belum. Kalau mau jujur juga negara mana sih yang nggak kewalahan," sebutnya.
Dia pun merekomendasikan agar pemerintah terus memaksimalkan langkah-langkah utama terkait testing, tracing dan treatment.
"Sebenarnya kan penanggulangan Covid-19 kan semua orang sudah tahu, yang test trace segala macam itu kan semua orang sudah tau. Nah jumlahnya sudah cukup belum, itu saja sebenarnya m itu aja belum cukup kan, nggak usah cari suatu yang terobosan terobosan. Itunya belum cukup jadi memang belum akan cukup," katanya.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article WHO: Varian Baru Bukan Sebab Utama Ledakan Covid India