Prediksi Terbaru Guru Besar UGM Kapan Corona Berakhir di RI

Roy Franedya, CNBC Indonesia
25 September 2020 07:00
[DALAM] Hidup Normal
Foto: Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 telah memukul seluruh sendi kehidupan. Masyarakat banyak yang bertanya kapan corona berakhir di Indonesia dan hidup kembali normal seperti dahulu.

Guru Besar Statistika Universitas Gajah Mada (UGM) Prof. Dr. rer.nat. Dedi Rosadi, S.Si., MSc. mencoba memprediksi kapan corona berakhir di Indonesia. "Akhir pandemi sangat bergantung pada upaya pemerintah dalam mengendalilkan laju penyebaran penyakit Covid-19 ini," ujarnya seperti dikutip dari situs resmi UGM, Jumat (25/9/2020).

Menurutnya, berdasarkan tracking data terakhir dan menggunakan berbagai pendekatan pemodelan data-driven (berbasis pergerakan data), terdapat kenaikan nilai proyeksi kasus positif di akhir pandemi yang cukup signifikan dibanding rilis terakhir di akhir Juli 2020 yang lalu.

Prediksi paling optimis diperoleh dengan menggunakan model hybrid kompartemen SIR-Regresi-runtun-waktu diperkirakan pandemi akan berakhir di pertengahan Februari 2021 dengan total kasus positif minimal 322 ribu penderita.

Bila menggunakan model Probabilistic Data Driven Model (PDDM) yang disusun Dedi Rosadi bersama Alumni FMIPA UGM Joko Kristad dan Fidelis Diponegoro, puncak pandemi di Indonesia pada pertengahan November sampai awal Desember 2020 dan berakhir di akhir Mei 2021 dengan estimasi total kasus positif sekitar 700 ribu penderita.

Dedi Rosadi dan tim juga melakukan kajian dengan pendekatan model kurva Richard dan kurva pertumbuhan logistik, yang menunjukkan proyeksi akhir pandemi berada di antara April 2021 sampai dengan awal 2022 dengan range prediksi total penderita minimal 322 ribu kasus.

Dedi Rosadi menambahkan dari pantauan kurva insidensi harian penderita terlihat bahwa penambahan jumlah pasien harian belum mencapai puncaknya sampai sekarang. Sedangkan angka penularan sat ini (Rt) masih di atas 1 yakni bernilai 1.07 pada tanggal 23 September 2020.

"Namun demikian, dengan model SIR-Regresi-runtun-waktu dapat disimpulkan terjadi sedikit peningkatan laju infeksi penyebaran penyakit yang dibarengi dengan peningkatan yang cukup tinggi terhadap laju kesembuhan pasien," terangnya

Dedi Rosadi pun menyampaikan sejumlah catatan penting yang patut menjadi perhatian pada saat ini. Pertama, perlunya dilakukan pengendalian penyebaran Covid-19 secara optimal dengan menggencarkan 3T yakni tracing, testing, dan treatment di episentrum utama Indonesia yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, dan Sulawesi Selatan. Demikian pula di provinsi lain perlu juga dilakukan pengendalian penyebaran secara lebih optimal dengan lebih menggencarkan gerakan 3T.

"Secara nasional dalam jangka waktu dekat juga penting untuk dipantau secara seksama kemungkinan kemunculan klaster PILKADA yang muncul karena mobilitas penduduk mendukung proses kegiatan ini baik sebelum hari H maupun pada hari H kegiatan PILKADA," paparnya.

Selanjutnya, perlunya meningkatkan kewaspadaan adanya penularan lokal di beberapa wilayah provinsi atau kabupaten yang menjadi episentrum penyebaran Covid-19. Hal itu penting dilakukan mengingat angka perhitungan Rt (angka reproduksi/angka penularan) Covid-19 Indonesia dalam beberapa hari terakhir masih di sekitar 1.07.

Dedi mengatakan penurunan laju penularan dapat dilakukan secara optimal dengan berbagai upaya. Utamanya dengan pendisiplinan masyarakat dalam mentaati protokol kesehatan khususnya penggunaan masker dan menjaga jarak, pengaturan mobilitas penduduk secara lebih berhati hati dan pemberian vaksin massal.

Di sisi lain, penemuan teknologi obat akan meningkatkan laju kesembuhan, sehingga secara bersama sama upaya-upaya tersebut akan dapat mengakhiri pandemi Covid 19 secara lebih cepat.

[Gambas:Video CNBC]




(roy/dob) Next Article Dimulai 12 Januari 2022, Segini Prediksi Harga Vaksin Booster

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular