
Rencana Besar RI: Bangun Bandara Antariksa di Biak Papua

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro mengungkapkan wacana pemerintah membangun bandara khusus antariksa di Biak, Papua.
Demikian disampaikan Bambang dalam "Webinar Nasional Kebijakan Penerbangan dan Antariksa V 2020" dengan tema "Ekonomi Keantariksaan Sebagai Penggerak Pertumbuhan Menuju Indonesia Emas" yang diselenggarakan pada Rabu (16/9/2020).
Menurut dia, Indonesia perlu mengambil peran pada ekonomi yang saat ini banyak dilirik negara-negara di dunia. Salah satunya yaitu pendekatan yang dapat dilakukan dalam menatap eksplorasi angkasa luar, seperti memanfaatkan penguasaan teknologi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang adaptif terhadap riset dan inovasi terkait ilmu antariksa.
"Indonesia sendiri memiliki wacana membangun bandara antariksa di Biak, Papua. Indonesia berada pada posisi terbaik untuk meluncurkan roket karena Biak dekat dengan ekuator," kata Bambang.
Menurut, selain harus tetap fokus pada industri satelit dan roket, tentunya pembangunan bandara antariksa lebih menguntungkan daripada hanya menciptakan roket saja. Tentu semua itu, kata Bambang, harus diiringi dengan penguasaan ilmu dan teknologi keantariksaan yang mumpuni.
Rencana pembangunan bandara antariksa di Biak, Papua, pernah dipaparkan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin. Dalam sebuah wawancara khusus dengan detik.com, Djamal menyebut para pendahulu di LAPAN sudah melihat prospek Biak sangat strategis untuk peluncuran roket lantaran posisinya di dekat ekuator.
Sebelum terpilih Biak, pulau-pulau lain yang pernah menjadi kandidat sebagai tempat bandara antariksa adalah Morotai, Enggano dan Nias. Namun dibandingkan tiga pulai lainnya, Biak yang dinilai paling strategis dan menguntungkan.
Secara detail geografis, Biak terletak pada titik koordinat 0º55′-1º27′ Lintang Selatan (LS) dan 134º47′-136º48 Bujur Timur (BT). Posisi tersebut, sangat baik sebagai tempat peluncuran Roket Peluncur Satelit (RPS) ke Geostationary Earth Orbit (GEO) dan berdampak positif pada penghematan penggunaan bahan bakar roket ketika peluncuran.
"Kalau dekat ekuator, peluncuran untuk membawa satelit bisa ke berbagai arah, jadi bisa arah polar, dan yang jarang bisa dilakukan itu arah ekuatorial. Dan kalau diluncurkan dari ekuator akan lebih murah biayanya karena tidak perlu ada manuver untuk mengubah orbitnya," kata Djamal.
Disebutkannya, saat ini bandara peluncuran roket yang lokasinya dekat ekuator atau khatulistiwa baru ada di Kourou, Guyana, Prancis dan di Alkantara, milik Brasil. Itu pun untuk bandara Alkantara belum beroperasi.
"Di Afrika tidak ada. Di Asia Pasifik itu ditargetkan akan ada di Biak lokasinya," ujar Djamal.
Pembangunan bandara antariksa sendiri merupakan amanat UU No 21 Tahun 2013 tentang keantariksaan. Tujuannya, mewujudkan kemandirian ilmu pengetahuan dan teknologi penerbangan dan antariksa antara lain pengembangan teknologi Roket Pengorbit Satelit (RPS) yang dapat membawa wahana ke orbit.
"Amanat dalam UU itu juga sudah ditetapkan perpres terkait rencana induk keantariksaan, salah satunya mimpi besar kita 2040, setidaknya menjelang 100 tahun Indonesia di 2045, Indonesia harus sudah mampu membuat satelit sendiri, membuat roket peluncurannya sendiri, dan meluncurkan dari Bumi Indonesia sendiri," kata Djamal.
(miq/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rusia Jawaranya, Ini Daftar Negara yang Nyampah di Antariksa