
Corona Menggila, Waspada Klaster Keluarga Penyebar Covid-19

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus Covid-19 di Indonesia semakin meningkat setiap harinya, di mana klaster keluarga menjadi salah satu yang menyebabkan penyebaran Covid-19.
Sekjen Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter spesialis Paru Indonesia - PDP, Dr Erlang Samoedro SpP(K) mengatakan klaster keluarga adalah kondisi dimana di dalam sebuah keluarga ada satu kasus. Bisa dimulai dari siapa saja anggota keluarga yang bepergian atau bekerja di luar rumah.
"Ini akibatnya sudah dibebaskan, beraktivitas seperti biasa, tak sadar terinfeksi oleh lingkungan sekitar, ini yang jadi masalah," ujarnya di Graha BNPB, Jakarta, Senin (7/9/2020).
Adapun saat ini, dia mengatakan kondisi rumah sakit banyak yang sudah penuh. Hal ini dikarenakan kondisi lonjakan kasus yang tinggi. Yang mengkhawatirkan lagi, orang-orang yang terinfeksi ini tak menunjukkan gejala, atau hanya gejala ringan.
"Ada yang tak sadar terinfeksi, Kalau bergejala mulai demam, sampai dengan tinggi, batuk pilek, panas, ada gejala seperti diare sakit perut," jelasnya.
Klaster keluarga ini menurutnya berbahaya. Sebab di dalam sebuah keluarga, rumah tersebut bisa saja ada orang-orang yang rentan seperti orang tua hingga anak-anak.
"Ada beberapa kelompok rentan tertular. Mortalitas lebih tinggi, misal orang tua kemudian yang punya penyakit komorbid, paru, asma, jantung, diabet, itu sangat rentan," ujarnya.
Hal senada disampaikan oleh Inisiator @pandemitalks, Firdza Radiany yang mengatakan bahwa klaster keluarga mengalami lonjakan signifikan. Beberapa contoh kasus tertinggi di Bogor ada 48 klaster keluarga dan menginfeksi 189 orang.
"Paling parah Bekasi ada 155 kasus dengan 437 orang yang terinfeksi," ujarnya.
Kondisi ini diperparah dengan kultur masyarakat Indonesia yang suka berkumpul dan masih gemar piknik ke lokasi zona merah. Menurutnya, berdasarkan studi, penyebab kasus utama di Bogor adalah klaster keluarga.
"Data Dinkes (Dinas Kesehatan) Bogor, mengkhawatirkan 20% kluster keluarga di Bogor ini OTG, orang tersebut merasa sehat tapi membawa virus. Bahkan hanya 14% warga Bogor yang percaya Covid-19 ada," tuturnya.
Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas COVID-19, Prof. Dr. dr. Akmal Taher Sp. U (K) menanggapi hal ini. Dia menyebut, bagi orang lanjut usia memang rentan apalagi yang memiliki penyakit penyerta.
"Ada orang tua harus menjaga jika terpaksa keluarga rumah. Kedua menyangkut anak-anak, belum ada kepastian, tapi anak-anak penular juga, walau seperti tampaknya tak berat sakitnya," pungkasnya.
(roy/roy) Next Article Covid Ternyata Serang Otak, Mata, hingga Ginjal Manusia