Corona Musnah dari Bumi, Vaksin Covid-19 Harus Punya Ini

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
03 September 2020 17:01
Petugas medis dengan alat pelindung mengambil darah para sukarelawan yang berpartisipasi dalam uji coba vaksin virus corona di Rumah Sakit Utama Militer Budenko di luar Moskow, Rusia.  (Russian Defense Ministry Press Service via AP)
Foto: Petugas medis dengan alat pelindung mengambil darah para sukarelawan yang berpartisipasi dalam uji coba vaksin virus corona di Rumah Sakit Utama Militer Budenko di luar Moskow, Rusia. (Russian Defense Ministry Press Service via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - WHO mencatat sudah ada 176 kandidat vaksin Covid-19 hingga 28 Agustus 2020, sebanyak 33 kandidat sudah diuji klinis ke manusia. Namun agar imunisasi masal bisa tercapai dan hidup bisa kembali normal, langkah awalnya harus memastikan efektivitas vaksin itu sendiri.

Lantas, harus seberapa efektif suatu vaksin agar kita kembali hidup tanpa masker dan menjaga jarak?

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sarah M Bartsch dari City University of New York (CUNY) Graduate School of Public Health and Health Policy dan koleganya pada 15 Juli lalu di American Journal of Preventive Medicine punya jawabannya.

Hasil temuan para peneliti tersebut yang menggunakan simulasi komputer menunjukkan bahwa efektivitas vaksin virus corona mungkin harus lebih tinggi dari 70% atau bahkan 80% sebelum orang Amerika bisa kembali hidup tanpa jaga jarak dan masker.

Sebagai perbandingan, vaksin campak memiliki efektivitas sebesar 95%-98%, dan vaksin flu 20%-60%. Vaksin dengan efektivitas rendah bukan berarti tak berguna, hanya saja social distancing kemungkinan masih diperlukan.

Namun ada hal yang perlu digarisbawahi, yaitu soal perbedaan efektivitas dan efficacy yang sering dibicarakan di kalangan para ilmuwan.

Menurut Profesor Bruce Y Lee yang juga terlibat dalam studi pemodelan komputasi tersebut mengatakan efficacy merujuk pada seberapa ampuh vaksin dapat memberikan perlindungan terhadap orang yang berpartisipasi dalam uji klinis terkontrol.

Sementara efektivitas merujuk pada kenyataan di lapangan. Sehingga secara umum efektivitas vaksin akan berada di bawah tingkat efficacy-nya.

Secara sederhananya seperti ini, jika 100 belum pernah terpapar oleh suatu virus diimunisasi dengan vaksin yang memiliki tingkat efficacy 80%, maka 80 orang tersebut akan terlindungi dari patogen tersebut.

Artinya, sampai di sini ada faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kapan kita bisa hidup normal lagi selain efektivitas vaksin yaitu ukuran populasi yang terinfeksi oleh Covid-19 itu sendiri.

Tak sampai di situ saja, studi tersebut juga memodelkan pengaruh dari ukuran populasi yang divaksinasi terhadap seberapa besar kemungkinan pandemi yang disebabkan oleh virus corona jenis baru ini (SARS-CoV-2) dapat ditekan.

Jawabannya jelas, semakin tinggi efektivitas vaksin yang dibarengi dengan tingginya persentase populasi yang diimunisasi serta rendahnya angka infeksi akan menekan merebaknya wabah secara signifikan.

Hal itu secara gamblang dijelaskan dalam studi Sarah, dkk. Jika populasi AS yang terinfeksi Covid-19 mendekati nol persen dan di saat yang sama vaksin tersedia, maka jika tiga perempat populasi diimunisasi dengan vaksin yang efektivitasnya 70% bakal mampu mengeradikasi pandemi.

Poin yang juga perlu ditekankan di sini adalah pada kata eradikasi. Dalam epidemiologi, eradikasi menunjukkan fenomena hilang atau berhentinya pandemi secara menyeluruh di suatu kawasan.

Kata eradikasi berbeda dengan eliminasi yang mengindikasikan bahwa wabah masih merebak di beberapa wilayah dari suatu satuan kawasan yang cakupannya lebih luas.

Namun jika 5% populasi AS sudah terinfeksi Covid-19, maka vaksin dengan berbagai efektivitas tak akan memiliki peluang 100% untuk menghentikan pandemi meski 100% populasi divaksinasi. 

Dalam kasus ini, vaksin dengan efektivitas 80% akan mampu menurunkan puncak kasus pandemi sekitar 80% bahkan jika hanya setengah dari populasi divaksinasi.

Apabila total populasi AS yang terinfeksi Covid-19 mencapai 15%, maka kemungkinan pandemi bisa ditekan hanya 65%. Itupun jika semua orang divaksinasi dan efektivitasnya 100%.

Berdasarkan temuan ini, vaksin dengan khasiat paling rendah 60% masih dapat menghentikan pandemi dan memungkinkan masyarakat untuk hidup dengan normal kembali. Namun ini bisa terjadi jika sebagian besar atau seluruh populasi harus divaksinasi.

Hanya saja, melakukan vaksinasi terhadap 100% populasi adalah hal yang mustahil, mengingat jajak pendapat yang ada menunjukkan bahwa hanya sekitar tiga perempat orang Amerika yang mengatakan mereka akan mendapatkan vaksin virus corona jika yakin bahwa itu aman.

Dengan lebih sedikit orang yang terlindungi, vaksin harus memiliki efektivitas setidaknya 80% untuk dapat menghentikan pandemi dengan sendirinya, yang berarti social distancing dapat sepenuhnya dikendurkan.

"Sekali lagi, semua ini tidak berarti bahwa vaksin dengan kemanjuran yang lebih rendah tidak akan berguna. Ini berarti bahwa jarak sosial dan pemakaian masker kemungkinan besar harus berlanjut sampai pandemi berakhir dengan sendirinya atau vaksin yang sebenarnya cukup baik tiba." ungkap Lee, melansir the Conversation.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Simak! Vaksin yang Paling Ampuh Lawan Corona

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular