HUT ke-42 BPPT

Menristek Sebut Covid-19 Picu RI Tekan Impor Ventilator Cs

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
24 August 2020 10:40
Bambang Brodjonegoro, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Bambang Brodjonegoro (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro menghadiri puncak perayaan HUT ke-42 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dengan tema "Membangun Ekosistem Inovasi Teknologi untuk Indonesia Maju" di Auditorium Gedung BJ Habibie, Jakarta, Senin (24/8/2020).

Saat memberikan keynote speech, Bambang mengungkapkan pandemi Covid-19 telah menjadi bahan introspeksi sekaligus modal BPPT ke depan.

"Kita ingat sekali kasus pandemi Covid-19 tercatat secara resmi di awal Maret dan di awal Maret komunitas riset mulai bergerak baik di BPPT maupun di kementerian, kami mencari cara apa yang bisa dikontribusikan agar kita bisa menangani pandemi Covid-19," ujarnya.

Turut hadir dalam acara antara lain Kepala BPPT Hammam Riza, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angle Tanoesoedibjo, dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Andika Perkasa.

Bambang lantas menyinggung perihal vaksin dan obat untuk penanganan Covid-19. Namun, penemuan vaksin dan obat untuk penanganan Covid-19 tentu tidak mudah. Sebab, dibutuhkan waktu yang panjang.

Oleh karena itu, eks Menteri Keuangan ini bilang semua pihak harus berdampingan dengan pandemi Covid-19 sampai vaksin dan obat ditemukan. Pada saat yang sama, banyak hal yang bisa dilakukan dan menjadi pelajaran BPPT.



"Dalam masa yang pendek dengan adanya urgensi dan keterpaksaan karena harus mencari solusi maka memunculkan beberapa inovasi yang sudah disampaikan dan yang terpenting pesan almarhum BJ Habibie dirasakan terutama konsep berawal di akhir, berakhir di awal, terutama reverse engineering sehingga lahirlah rapid test, pcr test kit dan ventilator," ujar Bambang.


Ia mengaku tidak bisa membayangkan apabila Indonesia tidak menerapkan reverse engineering atau tidak mempunyai kemampuan itu. Bisa-bisa Indonesia akan bergantung 100% terhadap impor.

"Pada waktu awal banyak rapid test yang masuk, semuanya impor, kemudian kita tergantung suplai impor, PCR juga reagen dan test kit impor dan RT-PCR, ventilator juga," kata Bambang.

"Ketika ada isu RS kekurangan ventilator kita terpaksa impor, dan secara jujur menunjukan industri alat kesehatan dan bahan baku obat tidak didesain untuk kemandirian bidang kesehatan dan masyarakat Indonesia yang sehat. Tapi karena ada kemampuan reverse engineering maka ketergantungan pada impor dari hampir 100% kita bisa kurangi," lanjutnya.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Drone Tempur 'Made in RI' Terbang Perdana Januari 2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular