
Jangan Kaget! Ini Fakta Mencengangkan Soal Laju Mutasi Corona

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi yang diakibatkan oleh virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) belum juga usai. Pengembangan vaksin penangkal virus corona gencar dilakukan.
Namun tantangannya terletak pada kemampuan vaksin tersebut dalam memberikan proteksi mengingat virus dengan materi genetik RNA ini memiliki banyak varian dengan karakteristik laju mutasi yang unik.
Seperti yang diketahui, virus ini awalnya muncul di Wuhan, China bagian Tengah dan diduga kuat berasal dari pasar seafood Huanan. Para ilmuwan berhasil mengisolasi virus baru ini dan menemukan fakta bahwa virus ini termasuk ke dalam kelompok virus corona jenis beta (CoV).
Berdasarkan data materi genetik, virus SARS-CoV-2 memiliki kemiripan sebesar 88% dengan virus corona yang menginfeksi kelelawar, 79,5% kemiripan dengan virus penyebab SARS 2003 silam dan 50% dengan virus corona penyebab MERS.
Data pemetaan genom virus juga menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 memiliki 10 gen dengan gen pengkode protein Spike berperan dalam proses masuknya virus ke dalam sel inang yang memicu terjadinya infeksi.
Penelitian yang dilakukan oleh Koyama, Platt dan Parida dari Watson Research Center yang dipublikasikan pada 2 Juni 2020 dan dikutip WHO menunjukkan dari total 10.022 data genom yang tersedia untuk umum, ditemukan ada 5.775 varian genetik.
Munculnya varian genetik pada virus diakibatkan oleh adanya mutasi. Fenomena mutasi merupakan fenomena biologis di mana terjadi perubahan susunan materi genetik dari virus.
Koyama, dkk menemukan bahwa dari banyak data genom yang tersedia, varian yang paling dominan adalah mutan D614G. Varian ini banyak dijumpai di negara-negara Eropa seperti Belanda, Swiss dan Perancis. Hanya sedikit dari varian ini yang dijumpai di China.
Varian ini muncul akibat adanya perubahan asam amino dari asam aspartat dengan kode D menjadi asam amino glisin dengan kode G pada urutan ke 614. Sehingga dinamakan D614G.
Jenis varian/strain mutasi D614G ini diketahui berada pada protein yang berperan dalam proses replikasi atau perbanyakan dari virus. Mutasi ini tentunya akan mempengaruhi kecepatan laju perbanyakan virus yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi efektivitas dari vaksin.
Varian D614G selain ditemukan di banyak negara-negara Eropa juga ditemukan di Brazil. Kabar terbaru varian jenis tersebut juga ditemukan di Malaysia. Mengingat karakteristiknya tersebut membuat Kepala Kesehatan Malaysia Noor Hisham Abdullah mewanti-wanti agar masyarakat Negeri Jiran harus lebih berhati-hati.
Tingginya prevalensi varian D614G di banyak negara berpotensi memicu terjadinya antigenic drift. Ketika suatu virus mengalami perubahan kecil antigenic drift, maka antibodi dari inang dalam hal ini masih bisa mendeteksi keberadaan virus.
Namun jika mutasi tersebut terakumulasi ini yang membahayakan. Pasalnya antigenic drift tersebut tersebut bisa membuat virus lolos dari kejaran atau patroli sistem kekebalan tubuh inang yang pada akhirnya membuat vaksin menjadi kurang efektif dan tak bisa memberikan proteksi dalam jangka waktu yang lama.
Oleh karena itu dalam pengembangan vaksin juga perlu dipertimbangkan adanya potensi terjadinya antigenic drift ini. Konsekuensi dari fenomena ini akan mengarah pada penggunaan berbagai jenis vaksin yang ada untuk memperkuat dan memperlama jangka waktu proteksi.
Penelitian yang dilakukan Koyama dkk juga menhitung bahwa laju mutasi SARS-CoV-2 berada di angka 1.12 × 10−3 mutations per site-year mirip dengan laju mutasi virus corona penyebab penyakit SARS pada 17 tahun silam di angka 0.80 × 10−3 sampai 2.38 × 10−3 mutations per site-year.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Daftar Negara dengan Mutasi Virus Corona Terbanyak di Dunia