Masalah e-Commerce: Data Bocor Hingga Jual-Beli Rekening Bank

Redaksi, CNBC Indonesia
06 July 2020 10:35
Cover Headline, E-Commerce
Foto: Cover Headline/ E-Commerce/ Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa e-commerce atau marketplace di Indonesia menghadapi masalah dari pihak tak bertanggung jawab. Mulai dari data pengguna bocor hingga praktik ilegal jual-beli rekening bank.

Baru-baru ini Tokopedia menghadapi masalah kebocoran data. 91 juta data pengguna Tokopedia yang dicuri oleh hacker pada Mei 2020 lalu, kini tersebar secara gratis di media sosial Facebook.

Hal ini ditemukan oleh Lembaga Riset Siber Indonesia CISSRec. Link 91 juta data pengguna Tokopedia ini dibagikan secara gratis oleh akun bernama @Cellibis di ReidForum sebuah forum hacker di Dark Web. Hingga Minggu 5 Juli pukul 10.00 WIB sudah ada 58 anggotanya yang mengunduh data link tersebut.

"Tokopedia jelas harus bertanggung jawab kaerna data pengguna yang mereka kelola bobor dan pasti akan banyak pihak yang menggunakan untuk tindak kejahatan," ujar Chariman CISSRec Pratama Persadha, seperti dikutip Senin (6/7/2020).

Tokopedia sendiri mengatakan ini bukanlah upaya pencurian data baru dan informasi password pengguna Tokopedia tetap aman terlindungi di balik enkripsi.

Upaya mencurian data juga pernah dihadapi Bukalapak. Pada 2019 seorang hacker asal Pakistan mengklaim telah mencuri jutaan data pengguna e-Commerce yang didirikan oleh Ahmad Zaky dan Fajrin Rasyid ini.

Bukalapak sendiri mengakui sempat ada aksi hacker di platform mereka namun mereka menampik adanya pencurian data, tidak ada data pengguna yang berhasil dicuri.

Hacker juga pernah berupaya curi data pengguna Lazada. Aksi tersebut terjadi pada 2015 di mana sekelompok hacker yang menamai dirinya 'Gantengers Crew'.

Pada halaman promo Lazada muncul warna hitam bertuliskan "Gantengers Crew pwnz u". Atas aksi ini Lazada menyatakan melakukan investigasi dan tidak semudah itu mengambil data-data konsumen.

Skandal lain di e-commerce adalah jual-beli rekening bank. Ini merupakan tindakan ilegal karena nomor rekening bank merupakan salah satu subjek kerahasiaan perbankan. Praktik jual beli rekening bank ada di e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, hingga Bukalapak.

CNBC Indonesia menemukan penjualan rekening ini di e-commerce Shopee dengan pencarian "rekening bank" "jual rekening" munculkan pedagang rekening bank. Salah satu akun penjual rekening yang ditemukan di Shopee yakni "Fintstore", berdasarkan deskripsinya berada di Pekanbaru. Dari 11 produk yang dijual, semuanya merupakan produk rekening bank ataupun dompet digital.

CNBC Indonesia pun mencoba mengontak pemilik toko melalui fitur chat Shopee dan mencoba bertanya tentang akun bank yang dijual dengan harga Rp 600.000 per rekening. Penjual mengatakan bahwa rekening ini merupakan rekening second dan atas nama laki-laki yang dipilih secara acak. Dia memastikan rekening ini aman, dan tidak akan dicari oleh pemilik rekening ini sebelumnya. Klaim sepihak yang tentu saja menyesatkan.

Di Bukalapak, CNBC Indonesia menemukan pelapak Raisa Safitri menjual rekening bank via platform ini. Berlokasi di Sumedang Jawa Barat, dia menuliskan jika toko online miliknya menjual kartu ATM dengan buku tabungannya seharga Rp 1 juta. Ada pula rekening bank batangan alias tanpa embel-embel apapun seharga Rp 500.000.

Respon penjual awalnya sangat lama, meski pada akhirnya penjual merespon. Mengaku ada persediaan rekening bank, dia menyebut tak bisa memilih nama akun bank alias akan diberikan secara acak. "Atas namanya random, gak bisa milih dan ready," katanya.

Di Tokopedia, CNBC Indonesia menemukan pelapak "Pinkyouthstore" yang menampilkan foto deretan ATM beserta nomor kontak yang bisa dihubungi melalui whatsapp. Saat dihubungi, pelapak yang satu ini merespon dengan cepat, dan menjelaskan informasi terkait dengan pembelian akun rekening bank tersebut.

Pelapak lantas membalas dengan pesan berisi sebutkan nama, alamat, pesanan dan jumlah, saat ditanya apakah benar menjual rekening bank. Pelapak juga mengaku memiliki banyak stok akun rekening bank yang bisa dijual.

"Harganya Rp 500 ribu untuk buku tabungan dan ATM, sedangkan Rp 700 ribu untuk buku tabungan, ATM, identitas, M-Banking dan internet banking," begitu balasan pesannya saat ditanya apakah menjual akun Bank BCA dan CIMB Niaga.

Lalu apa respons Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atas penemuan ini?

"Ini GPN kan sistem pembayaran, kewenangan Bank Indonesia (BI) dan Satgas Waspada Investasi," kata Juru Bicara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sekar Putih Jarot kepada CNBC Indonesia.

Saat dikonfirmasi ke BI, Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengaku terkejut dan tak tahu menahu. Bahkan, dia mengaku ini merupakan suatu hal yang baru. "Waduh hal baru ya.. Saya pelajari dulu," ujar Onny.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular