Apakah Benar Obat Corona Sudah Ditemukan di RI?

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
16 June 2020 11:10
Peneliti melakukan pemisahan hasil ekstraksi tanaman herbal di di Lab Cara Pembuatan Obat Tradisonal Baik (CPOTB) Pusat Penelitian Kimia LIPI, Puspitek, Tangerang Selatan,Rabu (6/5/2020). Saat ini laboratorium Cara Pembuatan Obat Tradisonal Baik (CPOTB) sedang menguji beberapa tanaman herbal yaitu ekstrak Cassia Alata (daun ketepeng badak) dan Dendrophtoe Sp (daun benalu) untuk dijadikan obat penyembuhan sekaligus penghambatan covid-19. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Uji Lab Kandidat Obat Herbal untuk Covid-19 di Lab Cara Pembuatan Obat Tradisonal Baik (CPOTB) Pusat Penelitian Kimia LIPI (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pencarian obat Corona menunjukkan titik terang. Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell Universitas Airlangga mengklaim sudah menemukan kombinasi lima obat yang efektif melawan Covid-19.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell Universitas Airlangga Purwati mengatakan penelitian dilakukan pada kombinasi obat-obatan yang sudah beredar di pasaran terhadap potensi dan efektivitas obat tersebut sehingga membuat efek antiviral dari Sars Cov-2.

"Kami melakukan uji toksisitas, apakah obat tersebut toksik bagi tubuh kita. Kedua mengecek atau meneliti potensi untuk membunuh dari virus Sars Cov-2 dan efektivitas obat tersebut. Kami juga mengecek juga inflamasi dan anti inflamasi," jelas Purwati seperti dikutip, Selasa (16/6/2020).

Dari 14 rejimen obat yang diteliti didapatkan lima regimen obat yang memiliki potensi dan efektivitas yang bagus untuk menghambat virus tersebut masuk ke sel target. Selain itu ditemukan bahwa kombinasi tersebut bisa menghambat dan menurunkan perkembangbiakan dari virus tersebut di sel.

Kelima kombinasi obat tersebut adalah lopinavir/ritonavir dengan azithromicyne, lopinavir/ritonavir dengan doxycyline, lopinavir/ritonavir dengan chlaritromycine, Hydroxychloroquine dengan azithromicyne dan hydroxychloroquine dengan doxycycline. Kombinasi obat ini masih akan diujicobakan ke manusia dan belum dijual di pasaran.

"Kami mengikuti perkembangan secara bertahap dari 24 jam, 48 jam, dan 72 jam, dari jumlahnya ratusan menjadi undetected. Ini hasil dari kombinasi obat tersebut," katanya.

Purwati mengatakan dari beberapa obat yang dikombinasikan ini pernah dilakukan penelitian hanya saja berupa dosis tunggal. Kali ini dilakukan kombinasi karena memiliki potensi dan efektivitas yang bagus terhadap daya bunuh virus tersebut.

"Kedua dosis yang dipakai lebih kecil, seperlima atau sepertiga dari dosis tunggal. Sehingga sangat mengurangi toksisitas obat tersebut dalam tubuh sehat," kata Purwati.

Kelima kombinasi obat yang diteliti ini membuat menurunnya virus di dalam tubuh hingga tidak terdeteksi lagi, sehingga bisa memutus rantai penularan.

Menggunakan obat yang sudah beredar di pasaran menurutnya lebih aman karena telah melalui berbagai macam uji, hingga mendapatkan izin edar dari BPOM.

"Kedua di masa pandemi ini kita membutuh kan yang emergency dan urgensi,  kita masih memikirkan keamanan dari pasien makanya diambil dari obat beredar," ujarnya.

Sementara itu untuk penelitian stemcell, yakni natural killer cell dan Hematopoietic stem cells dalam 24 dan 72 jam keduanya bisa menginaktivasi virus dengan jumlah cukup signifikan yakni 80-90 %. Stemcell bisa  diambil dari darah, dan bisa diatur sebagai ipaya preventif dan kuratif.

"Kalau untuk preventif natural killer cell bisa bertahan 4 bulan dan bisa diambil dari darah pasien," katanya.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 6 Monyet Ini Diuji dengan Remdesivir, Hasilnya Cukup Manjur!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular