
Setelah 17 Mei, Harga Bitcoin Bakal Meroket Seperti Emas?
Roy Franedya, CNBC Indonesia
05 May 2020 16:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga Bitcoin dalam sepekan terakhir dalam tren meningkat. Hal ini dikaitkan dengan adanya rencana halving yang akan diselenggarakan pada 17 Mei 2020.
Halving adalah proses pemrograman kembali Bitcoin yang memangkas pendapatan yang didapatkan penambang dari proses mengurai algoritma matematika guna menghasilkan Bitcoin. Saat ini penambang mendapatkan imbalan 12,5 BTC per blok yang ditambang pada Mei nanti akan turun menjadi 6,25 BTC per Blok.
Proses halving ini dilakukan empat tahun sekali dan sudah dituliskan dalam kode yang mendasari Bitcoin. Tujuan untuk menjaga inflasi. Proses ini akan mengurangi pasokan Bitcoin yang masuk ke pasar sehingga harga bisa terdongkrak.
Berdasarkan data Coindesk, Selasa (5/5/2020), pukul 16.20 WIB, Bitcoin diperdagangkan US$9.040 per koin atau setara Rp 135,6 juta (asumsi Rp 15.000/US$). Dalam 24 jam terakhir harga Bitcoin menguat 3,98%.
Harga Bitcoin mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada Desember 2017 ketika harganya menyentuh US$20.000 per koin. Setelahnya harga Bitcoin terjun bebas bahkan sempat menyentuh US$3.000-an per koin.
Namun benarkah setelah halving harga Bitcoin akan reli seperti emas? Berdasarkan penelusuran Coindesk tidak selalu begitu. Halving pernah dilakukan pada Agustus 2012. Ketika itu harga Bitcoin mengalami peningkatan 34% dalam empat minggu setelah halving. Harga meroket dariUS$9,5 menjadi US$12,5 per koin.
Halving kemudian dilakukan lagi pada Juni 2016. Sebelum halving, harga Bitcoin mengalami peningkatan hingga 45% di mana Bitcoin diperdagangkan di US$660 per koin. Namun setelah halving harganya malah anjlok 30% menjadi US$465 per koin.
Harga Bitcoin mencetak rekor baru pada US$1.160 per koin setelah enam bulan dari proses halving. Setelah periode ini, harga Bitcoin terus menanjak hingga mencetak harga tertinggi sepanjang sejarah mencapai US$20.000 per koin di Desember 2017.
Jadi apakah setelah 17 Mei 2020 harga Bitcoin akan meroket menuju harga termahal sepanjang sejarah seperti 2017? Menarik untuk disimak!
Startup Investasi Cryptocurrency
Investasi di cryptocurrency seperti Bitcoin makin marak di Indonesia. Hal ini setelah Bappebti menjadi institusi yang berwenang untuk mengatur dan mengawasi para pelaku industri yang bergerak di aset crypto berbasis blockchain, guna memberikan perlindungan terhadap masyarakat.
Salah satunya, startup asal Indonesia yang bergerak di industri cryptocurrency dan blockchain bernama Pintu. Pintu adalah platform cryptocurrency pertama di Indonesia yang ternyata penggunanya bisa akses melalui fitur mobile apps.
"Teknologi blockchain akan membawa peradaban menuju sistem keuangan terbuka yang transparan dan terdesentralisasi. Salah satu penerapan teknologi ini adalah cryptocurrency. Meski begitu, masih banyak yang belum paham dengan konsep blockchain dan cryptocurrency. Beberapa kendalanya adalah user interface yang rumit dan banyak istilah teknis yang sulit dipahami orang awam. Pintu hadir untuk menjawab tantangan tersebut," papar Kyrie Canille Marketing Manager PT Pintu Kemana Saja yang membawahi platform Pintu.
Pintu optimistis mampu eksis di pasaran.Pintu memiliki fitur yang berfokus kepada mobile apps. Pintu menyediakan infrastruktur yang memungkinkan pengguna untuk trading, mengirim, dan menyimpan aset crypto melalui smartphone.
Tampilan user interface yang praktis membuat pengguna dapat melakukan transaksi jual beli aset crypto dengan instan, mudah, tanpa kendala. Tampilan wallet card juga didesain minimalis untuk memudahkan pengguna mengelola berbagai aset crypto seperti Bitcoin, Ethereum, dan lainnya. Pintu juga terintegrasi dengan beberapa jaringan blockchain seperti Ethereum dan Binance Chain. Pintu telah resmi terdaftar dan diawasi oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI).
Platform tersebut juga menjanjikan keamanan penyimpanan crypto tingkat tinggi berkat wallet yang didukung teknologi Curv.co. Menggunakan protokol multi-party computation (MPC) untuk menghilangkan kemungkinan pencurian private key, sehingga menjamin keamanan aset pengguna.
(roy/dru) Next Article Jangan Iri, Investor Bitcoin Cuan Rp 34 Juta Dalam Sebulan
Halving adalah proses pemrograman kembali Bitcoin yang memangkas pendapatan yang didapatkan penambang dari proses mengurai algoritma matematika guna menghasilkan Bitcoin. Saat ini penambang mendapatkan imbalan 12,5 BTC per blok yang ditambang pada Mei nanti akan turun menjadi 6,25 BTC per Blok.
Proses halving ini dilakukan empat tahun sekali dan sudah dituliskan dalam kode yang mendasari Bitcoin. Tujuan untuk menjaga inflasi. Proses ini akan mengurangi pasokan Bitcoin yang masuk ke pasar sehingga harga bisa terdongkrak.
Harga Bitcoin mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada Desember 2017 ketika harganya menyentuh US$20.000 per koin. Setelahnya harga Bitcoin terjun bebas bahkan sempat menyentuh US$3.000-an per koin.
Namun benarkah setelah halving harga Bitcoin akan reli seperti emas? Berdasarkan penelusuran Coindesk tidak selalu begitu. Halving pernah dilakukan pada Agustus 2012. Ketika itu harga Bitcoin mengalami peningkatan 34% dalam empat minggu setelah halving. Harga meroket dariUS$9,5 menjadi US$12,5 per koin.
Halving kemudian dilakukan lagi pada Juni 2016. Sebelum halving, harga Bitcoin mengalami peningkatan hingga 45% di mana Bitcoin diperdagangkan di US$660 per koin. Namun setelah halving harganya malah anjlok 30% menjadi US$465 per koin.
Harga Bitcoin mencetak rekor baru pada US$1.160 per koin setelah enam bulan dari proses halving. Setelah periode ini, harga Bitcoin terus menanjak hingga mencetak harga tertinggi sepanjang sejarah mencapai US$20.000 per koin di Desember 2017.
Jadi apakah setelah 17 Mei 2020 harga Bitcoin akan meroket menuju harga termahal sepanjang sejarah seperti 2017? Menarik untuk disimak!
Startup Investasi Cryptocurrency
Investasi di cryptocurrency seperti Bitcoin makin marak di Indonesia. Hal ini setelah Bappebti menjadi institusi yang berwenang untuk mengatur dan mengawasi para pelaku industri yang bergerak di aset crypto berbasis blockchain, guna memberikan perlindungan terhadap masyarakat.
Salah satunya, startup asal Indonesia yang bergerak di industri cryptocurrency dan blockchain bernama Pintu. Pintu adalah platform cryptocurrency pertama di Indonesia yang ternyata penggunanya bisa akses melalui fitur mobile apps.
"Teknologi blockchain akan membawa peradaban menuju sistem keuangan terbuka yang transparan dan terdesentralisasi. Salah satu penerapan teknologi ini adalah cryptocurrency. Meski begitu, masih banyak yang belum paham dengan konsep blockchain dan cryptocurrency. Beberapa kendalanya adalah user interface yang rumit dan banyak istilah teknis yang sulit dipahami orang awam. Pintu hadir untuk menjawab tantangan tersebut," papar Kyrie Canille Marketing Manager PT Pintu Kemana Saja yang membawahi platform Pintu.
![]() |
Pintu optimistis mampu eksis di pasaran.Pintu memiliki fitur yang berfokus kepada mobile apps. Pintu menyediakan infrastruktur yang memungkinkan pengguna untuk trading, mengirim, dan menyimpan aset crypto melalui smartphone.
Tampilan user interface yang praktis membuat pengguna dapat melakukan transaksi jual beli aset crypto dengan instan, mudah, tanpa kendala. Tampilan wallet card juga didesain minimalis untuk memudahkan pengguna mengelola berbagai aset crypto seperti Bitcoin, Ethereum, dan lainnya. Pintu juga terintegrasi dengan beberapa jaringan blockchain seperti Ethereum dan Binance Chain. Pintu telah resmi terdaftar dan diawasi oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI).
Platform tersebut juga menjanjikan keamanan penyimpanan crypto tingkat tinggi berkat wallet yang didukung teknologi Curv.co. Menggunakan protokol multi-party computation (MPC) untuk menghilangkan kemungkinan pencurian private key, sehingga menjamin keamanan aset pengguna.
(roy/dru) Next Article Jangan Iri, Investor Bitcoin Cuan Rp 34 Juta Dalam Sebulan
Most Popular