Alasan Bos Telegram Sebut Pakai WhatsApp Berbahaya

Redaksi, CNBC Indonesia
03 February 2020 11:50
Alasan Bos Telegram Sebut Pakai WhatsApp Berbahaya
Foto: Bos Telegram Pavel Durov (Instagram/Durov)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pendiri dan CEO aplikasi Telegram Pavel Durov ikut mengomentari kasus peretasan Ponsel CEO Amazon Jeff Bezos dan kerentanan yang terjadi pada aplikasi WhatsApp. Telegram dan WhatsApp merupakan dua aplikasi chatting yang cukup banyak digunakan saat ini.

Kritikan mengenai WhatsApp disampaikan oleh Pavel Durov dalam blog pribadinya dalam artikel yang berjudul Why Using WhatsApp Is Dangerous (Kenapa menggunakan WhatsApp berbahaya).


Dalam postingan blognya, Pavel Durov menuding WhatsApp memiliki 'backdoors' (pintu belakang) yang memungkinkan peretas (hacker) mengeksploitasi celah ini untuk mengakses ponsel siapapun yang menggunakan WhatsApp.

"Pekan lalu hal ini menjadi jelas bahwa backdoor ini telah dieksploitasi untuk mengekstrak komunikasi pribadi dan foto-foto Jeff Bezos (orang terkaya di dunia) yang sayangnya mengandalkan WhatsApp," ujarnya seperti dikutip dari Blog pribadinya, Senin (3/2/2020).

Pavel Durov mengungkapkan fitur end-to-end encryption yang digunakan sebagai fitur mengamankan komunikasi pengguna ternyata tidak benar-benar aman. Pasalnya, ada beberapa kebijakan yang membuat fitur ni menjadi tidak berguna.

Pertama, adanya backup. Pengguna tidak ingin kehilangan chatting saat ganti ponsel, jadi ada backup percakapan di layanan seperi iCloud, sering kali backup ini tidak dienkripsi.

"Itu salah satu alasan mengapa Telegram tidak pernah bergantung pada backup cloud pihak ketiga," jelasnya.

Kedua, backdoors. Penegak hukum tidak terlalu senang dengan enkripsi, jadi mereka memaksa pengembang aplikasi untuk diam-diam menanam kerentanan di aplikasi mereka. Backdoors biasanya disamarkan sebagai kelemahan keamanan "tidak disengaja".

"Saya tahu itu karena kami telah didekati oleh beberapa dari mereka dan saya menolak untuk bekerja sama. Akibatnya, Telegram dilarang di beberapa negara di mana WhatsApp tidak memiliki masalah dengan pihak berwenang, paling mencurigakan di Rusia dan Iran," terang Pavel Durov.

Ketiga, ada kelemahan dalam implementasi enkripsi. Pavel Durov mempertanyakan enkripsi yang diterapkan oleh WhatsApp. Alasannya kode sumbernya sendiri disembunyikan dan biner aplikasi dikaburkan, membuat enkripsi sulit dianalisis.

"Jangan biarkan diri Anda dibodohi oleh para pesulap sirkus yang ingin memusatkan perhatian Anda pada satu aspek yang terisolasi semua saat melakukan trik mereka di tempat lain. Mereka ingin Anda memikirkan end-to-end encryption sebagai satu-satunya hal yang harus Anda perhatikan untuk privasi. Kenyataannya jauh lebih rumit," ungkap Pavel Durov.

[Gambas:Video CNBC]


Bocornya foto dan chatting CEO Amazon Jeff Bezos dengan selingkuhannya Lauren Sanchez di tabloid National Enquirer memang menjadi perhatian publik. Pasalnya, Jeff Bezos menduga iPhone X miliknya diretas.

Tim cybersecurity yang dibayar Jeff Bezos menuding ponselnya diretas oleh pihak dari Arab Saudi yang melibatkan Putra Mahkota Mohammed Bin Salman. Disebutkan ponsel ini diretas menggunakan video berisi spyware yang dikirimkan WhatsApp.


Peretasan tersebut menggunakan software kontroversial milik perusahaan Israel NSO Group bernama Pegasus. Bagi NSO dan Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat (AS) membantah laporan tersebut.

Terkait masalah ini, Wakil presiden Facebook, Nicola Mendelsohn, mengatakan kalau masalah terjadi bukan karena lemahnya keamanan Whatsapp, melainkan pada sistem operasi pada ponselnya

"Satu hal yang perlu diperhatikan sebenarnya beberapa kerentanan yang ada itu berada di sistem operasi yang ada di smartphone," kata Nicola di ajang World Economic Forum, dikutip dari Phonearena, (3/2/2020).

Sama halnya dengan pernyataan Nicola, saat diwawancari oleh BBC, kepala komunikasi Facebook, Nick Clegg pun turut menyebutkan bahwa peretasan terjadi karena celah keamanan dari sistem operasi ponsel Bezos.

"Kedengarannya seperti terjadi di [iOS], Anda tahu, apa yang mereka sebut sistem operasi. Tidak mungkin itu bisa terjadi [peretasan], ketika pesan dikirim dalam perjalanan, karena itu end-to-end dienkripsi di WhatsApp," ujar Nick.
Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular