
Penjelasan Nadiem Soal Gandeng Netflix, yang Jadi Polemik
Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
17 January 2020 16:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menjelaskan keputusannya menggandeng Netflix. Keputusan ini menuai kritik karena Netflix belum patuh pada aturan Indonesia.
Nadiem menjelaskan selain mengurusi pendidikan, ia juga mendapat mandat untuk mengembangkan budaya dan seni Indonesia. Dalam bidang ini ia ingin budaya Indonesia besar dari kreator-kreator Indonesia.
"Film potensinya besar. Tetapi mana channel vertikal yang bisa menonjolkan kehebatan kreativitas di dunia? Paling terbatas. Gimana caranya distribusi film Indonesia sejauh mungkin? Ya, Netflix?," ujarnya dalam diskusi Indonesia Milienal Summit 2020 di Jakarta, Jumat (17/1/2020).
Nadiem mengungkapkan dalam kerja sam ini setiap penulis naskah film yang terpilih akan dibawa ke Hollywood, Los Angeles (AS).
"Tulang punggung [film] adalah skrip dan kerangka kuncinya. Kalau nonton konten asing [kekuatannya] pada alur cerita bukan kualitas director atau cinematography. Kalau nonton film Indonesia, sering kali enggak nyambung," terangnya.
"Jadi kita ingin film Indonesia bukan hanya disukai sama milenial, tapi juga mancanegara. Cool di dalam negeri dan luar negeri. Harus beken di luar dan gede di dalam."
Sebelumnya pengamat industri digital Heru Sutadi mengkritik kerja sama Kemendikbud dengan Netflix. Menurutnya, kerja sama ini bukan terobosan tetapi kebobolan. Pasalnya, Netflix di Indonesia tidak patuh pada aturan.
Netflix tidak memiliki badan usaha tetap (BUT) dan belum membayar pajak ke pemerintah selama empat tahun beroperasi di Indonesia.
(roy/roy) Next Article Jadi Mendikbud, Apa Kerjaan Pertama Nadiem Makarim?
Nadiem menjelaskan selain mengurusi pendidikan, ia juga mendapat mandat untuk mengembangkan budaya dan seni Indonesia. Dalam bidang ini ia ingin budaya Indonesia besar dari kreator-kreator Indonesia.
"Film potensinya besar. Tetapi mana channel vertikal yang bisa menonjolkan kehebatan kreativitas di dunia? Paling terbatas. Gimana caranya distribusi film Indonesia sejauh mungkin? Ya, Netflix?," ujarnya dalam diskusi Indonesia Milienal Summit 2020 di Jakarta, Jumat (17/1/2020).
"Tulang punggung [film] adalah skrip dan kerangka kuncinya. Kalau nonton konten asing [kekuatannya] pada alur cerita bukan kualitas director atau cinematography. Kalau nonton film Indonesia, sering kali enggak nyambung," terangnya.
![]() |
"Jadi kita ingin film Indonesia bukan hanya disukai sama milenial, tapi juga mancanegara. Cool di dalam negeri dan luar negeri. Harus beken di luar dan gede di dalam."
Sebelumnya pengamat industri digital Heru Sutadi mengkritik kerja sama Kemendikbud dengan Netflix. Menurutnya, kerja sama ini bukan terobosan tetapi kebobolan. Pasalnya, Netflix di Indonesia tidak patuh pada aturan.
Netflix tidak memiliki badan usaha tetap (BUT) dan belum membayar pajak ke pemerintah selama empat tahun beroperasi di Indonesia.
(roy/roy) Next Article Jadi Mendikbud, Apa Kerjaan Pertama Nadiem Makarim?
Most Popular