
Alasan GoPay, DANA, & LinkAja Cs Kian Digandrungi di RI
Arif Budiansyah, CNBC Indonesia
15 January 2020 12:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan riset pemasaran independen, Ipsos Indonesia, baru-baru ini meluncurkan riset seputar kebiasaan masyarakat Indonesia terhadap penggunaan alat pembayaran digital.
Hasil studi yang bertajuk Ipsos Marketing Summit 2020: Indonesia The Next Cashless Society, yang diadakan hari Rabu, (15/1/2020), melakukan survei ke 1.000 responden yang bermukim di pulau Jawa (66%), Sumatra (21%), Kalimantan (6%), Sulawesi (4%), Bali (4%) dan Nusa Tenggara (1%).
Terungkap beberapa fakta menarik bahwa sebanyak 25% responden menggunakan digital payment karena memberikan pengalaman yang menyenangkan dan sebanyak 26% karena merasa Iebih aman, nyaman dan yakin.
Soeprapto Tan, Managing Director Ipsos Indonesia, meriset penggunaan digital payment dari tahun lalu karena dinilai memiliki tren yang sangat positif
"Latar belakang adanya survei ini terkait adanya fenomena cashless society di Indonesia, dimana menurut data dari Bank Indonesia, selama tahun 2019 saja telah terjadi 4,7 juta jumlah transaksi cashless dan 128 trilyun volume transaksi cashless di lndonesia, sehingga evolusi pembayaran sudah terjadi dengan pesatnya," jelas Soeprapto Tan, Managing Director Ipsos Indonesia.
The Next Cashless Society memfokuskan diri pada penelitian kebiasaan masyarakat baik milenial dan non milenial dalam menggunakan pembayaran non tunai. Studi ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner online kepada responden online panel dari Ipsos pada bulan Desember 2019 di seluruh Indonesia.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa konsumen tidak hanya menggunakan satu jenis dompet digital karena hanya sebanyak 21%, sementara 28% menggunakan dua jenis dan 47% menggunakan tiga jenis atau lebih, dan dompet digital yang paling digunakan adalah OVO dan Gopay.
Penelitian juga mengungkapkan pola kebiasaan masyarakat dalam menggunakan kartu non tunai, terungkap e-money dan Flazz merupakan kartu yang paling sering digunakan dalam bertransaksi, dimana sebanyak 47% hanya memiliki satu kartu, 30% memiliki dua kartu dan 23% memiliki tiga atau lebih kartu non tunai.
Pengamat ekonomi, Yustinus Prastowo, menerangkan bahwa hasil temuan Ipsos ini penting karena bisa memprofil penggunaan e-wallet itu seperti apa dan regulator untuk membuat policy yang kuat.
"Yang tadinya seolah-olah fintech musuh dari perbankan namun kini perbankan dengan fintech bisa berkolaborasi. Pemerintah kini juga harus bukan hanya menjadi regulator namun menjadi pemain untuk menciptakan ekosistem digital payment yang lebih baik lagi. Menariknya, semua ini menimbulkan dilema. Tapi dengan dilema itu kita bisa menjadi tumbuh. Semoga tiga pilar yakni pemerintah, pelaku dompet digital, dan pelanggan bisa membangun ekosistem digital payment yang sehat dan nyaman," ujar Yustinus
Hasil studi yang bertajuk Ipsos Marketing Summit 2020: Indonesia The Next Cashless Society, yang diadakan hari Rabu, (15/1/2020), melakukan survei ke 1.000 responden yang bermukim di pulau Jawa (66%), Sumatra (21%), Kalimantan (6%), Sulawesi (4%), Bali (4%) dan Nusa Tenggara (1%).
Terungkap beberapa fakta menarik bahwa sebanyak 25% responden menggunakan digital payment karena memberikan pengalaman yang menyenangkan dan sebanyak 26% karena merasa Iebih aman, nyaman dan yakin.
"Latar belakang adanya survei ini terkait adanya fenomena cashless society di Indonesia, dimana menurut data dari Bank Indonesia, selama tahun 2019 saja telah terjadi 4,7 juta jumlah transaksi cashless dan 128 trilyun volume transaksi cashless di lndonesia, sehingga evolusi pembayaran sudah terjadi dengan pesatnya," jelas Soeprapto Tan, Managing Director Ipsos Indonesia.
The Next Cashless Society memfokuskan diri pada penelitian kebiasaan masyarakat baik milenial dan non milenial dalam menggunakan pembayaran non tunai. Studi ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner online kepada responden online panel dari Ipsos pada bulan Desember 2019 di seluruh Indonesia.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa konsumen tidak hanya menggunakan satu jenis dompet digital karena hanya sebanyak 21%, sementara 28% menggunakan dua jenis dan 47% menggunakan tiga jenis atau lebih, dan dompet digital yang paling digunakan adalah OVO dan Gopay.
Penelitian juga mengungkapkan pola kebiasaan masyarakat dalam menggunakan kartu non tunai, terungkap e-money dan Flazz merupakan kartu yang paling sering digunakan dalam bertransaksi, dimana sebanyak 47% hanya memiliki satu kartu, 30% memiliki dua kartu dan 23% memiliki tiga atau lebih kartu non tunai.
Pengamat ekonomi, Yustinus Prastowo, menerangkan bahwa hasil temuan Ipsos ini penting karena bisa memprofil penggunaan e-wallet itu seperti apa dan regulator untuk membuat policy yang kuat.
"Yang tadinya seolah-olah fintech musuh dari perbankan namun kini perbankan dengan fintech bisa berkolaborasi. Pemerintah kini juga harus bukan hanya menjadi regulator namun menjadi pemain untuk menciptakan ekosistem digital payment yang lebih baik lagi. Menariknya, semua ini menimbulkan dilema. Tapi dengan dilema itu kita bisa menjadi tumbuh. Semoga tiga pilar yakni pemerintah, pelaku dompet digital, dan pelanggan bisa membangun ekosistem digital payment yang sehat dan nyaman," ujar Yustinus
Next Page
Cashless Bisa Jadi Solusi
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular