
'Perang' Masa Depan Grab & Gojek: GrabFood Vs GoFood
Roy Franedya, CNBC Indonesia
27 December 2019 13:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Grab dan Gojek tak akan menjadikan ojek online sebagai satu-satunya mesin pencetak keuntungan. Kini persaingan keduanya sudah beralih ke bisnis pengiriman makanan melalui GoFood dan GrabFood.
President Gojek Andre Sulistiyo mengatakan kontribusi bisnis ride-hailing kurang dari 30% dari gross transaction value (total transaksi dalam platform). Sekarang ini Gojek memilih fokus mengembangkan bisnis pengiriman makanan melalui GoFood. Alasannya semua orang suka makanan dan model bisnis ini memiliki potensi terbesar untuk dimonetisasi.
"Model bisnis ini merupakan salah satu yang memiliki potensi besar untuk dimonetisasi karena banyak pedagang dan margin laba kotor mereka sekitar 50%. Menggunakan layanan kami mengurangi biaya mereka secara signifikan ketimbang menyewa tempat di mal. Ukuran bisnis pengiriman makanan dua kali lebih besar dari bisnis transportasi," ujar Andre seperti dikutip dari Dealstreetasia, Jumat (27/12/2019).
Co-chief and Regional Head GrabFood Lim Kell Jay mengklaim Grab agresif ekspansi ke sektor lain dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan kini GrabFood dan Grab FInancial telah menyumbang 50% lebih GMV.
Grab kian ekspansif menggarap bisnis pengiriman makanan lewat GrabFood setelah mengakuisisi Uber Asia Tenggara pada 2018. Setelah akuisisi tersebut Grab memperluas bisnis GrabFood ke enam negara termasuk Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam.
"Margin dari pengiriman makanan lebih baik dari ride-hailing," ujar Lim Kell Jay seperti dikutip dari South China Morning Post. " Berdasarkan apa yang kami amati dari pasar lain, sangat mungkin bisnis pengiriman akan lebih besar dan lebih profitable ketimbang ride-hailing."
President Gojek Andre Sulistiyo mengatakan kontribusi bisnis ride-hailing kurang dari 30% dari gross transaction value (total transaksi dalam platform). Sekarang ini Gojek memilih fokus mengembangkan bisnis pengiriman makanan melalui GoFood. Alasannya semua orang suka makanan dan model bisnis ini memiliki potensi terbesar untuk dimonetisasi.
"Model bisnis ini merupakan salah satu yang memiliki potensi besar untuk dimonetisasi karena banyak pedagang dan margin laba kotor mereka sekitar 50%. Menggunakan layanan kami mengurangi biaya mereka secara signifikan ketimbang menyewa tempat di mal. Ukuran bisnis pengiriman makanan dua kali lebih besar dari bisnis transportasi," ujar Andre seperti dikutip dari Dealstreetasia, Jumat (27/12/2019).
Grab kian ekspansif menggarap bisnis pengiriman makanan lewat GrabFood setelah mengakuisisi Uber Asia Tenggara pada 2018. Setelah akuisisi tersebut Grab memperluas bisnis GrabFood ke enam negara termasuk Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam.
"Margin dari pengiriman makanan lebih baik dari ride-hailing," ujar Lim Kell Jay seperti dikutip dari South China Morning Post. " Berdasarkan apa yang kami amati dari pasar lain, sangat mungkin bisnis pengiriman akan lebih besar dan lebih profitable ketimbang ride-hailing."
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular