GDP: Ngapain Bikin 1.000 Startup, Cukup 1 Diberi Insentif

Arif Budiansyah, CNBC Indonesia
02 December 2019 16:42
Menjamurnya perusahaan rintisan teknologi (startup) di Indonesia, diklaim menjadi bukti bahwa ekosistem digital mulai tumbuh dengan baik.
Foto: Freepik
Jakarta, CNBC Indonesia - Menjamurnya perusahaan rintisan teknologi (startup) di Indonesia, diklaim menjadi bukti bahwa ekosistem digital mulai tumbuh dengan baik.

Dikutip dari Startupranking.com, Indonesia menempati urutan keenam dunia dengan jumlah 1.902 startup, setelah AS, India, Inggris Kanada, dan Jerman.

Untuk mendukung ekosistem yang berkembang tersebut, Kominfo memiliki program yang bernama 1000 Startup Digital, sebuah gerakan untuk mewujudkan potensi Indonesia menjadi The Digital Energy of Asia di tahun 2020 dengan mencetak 1000 startup yang menjadi solusi atas berbagai masalah dengan memanfaatkan teknologi digital.

Namun pada diskusi yang diadakan di Jakarta, pada Senin, (2/12/2019), Danny Oei Wirianto, CMO GDP Venture, menilai bahwa program Kominfo kurang efesien. Ia menganalogikan seperti cara kerja Samsung dan Apple.


"Kita ini latah startup. Samsung sering ciptakan teknologi baru, sedangkan Apple cuma ciptakan satu biji tapi perfect. Ngapain bikin 1000 startup, tapi sisanya jadi sampah. Mending satu terus dikasih insentif, karena membuat itu gampang, mengelolanya yang susah." kata Danny Oei.

Sebagai pemain modal ventura, Danny menyayangkan di Indonesia, startup terlalu banyak. Ia pun lebih memilih menyuntikkan dana pada perusahan yang profitable.

Dilihat dari data 1000startupdigital.id, sampai saat ini, program tersebut sudah dilaksanakan di 10 kota, 300 lebih mentor dari berbagai bidang, dan 40 ribu lebih peserta terdaftar dari 2016.

Asal tahu saja, GDP Ventures adalah modal venture yang merupakan bagian dari Djarum Group. beberapa startup yang disuntik GDP Ventures adalah Blibli.com dan Gojek.



(roy/roy) Next Article Live! Bisakah RI Jadi 'Macan ASEAN' di Ekonomi Digital?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular