Bos OVO: Kami Punya Roadmap Jelas Untuk Menuju Profitabilitas
18 November 2019 06:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Lippo Group mengeluarkan pernyataan bantahan yang menyebut pihaknya tidak akan keluar dari dompet digital OVO karena tidak sejalan dengan kebijakan marketing perusahaan.
Adrian Suherman, Presiden Direktur PT Multipolar Tbk dan Direktur Lippo Group mengatakan rumor yang beredar sama sekali tidak benar dan tidak berdasarkan fakta.
"Sebagai pendiri OVO, kami sangat menyayangkan beredarnya rumor yang tidak benar tersebut," ujar Adrian dalam keterangan, Minggu (17/11/21019).
Bersama para pemegang saham lain, tuturnya, Lippo tetap merupakan bagian dari OVO dan selalu mendukung kemajuan OVO.
"(OVO) yang hanya dalam dua tahun telah berkembang pesat menjadi perusahaan fintech e-money Indonesia yang semoga dapat menjadi kebanggaan nasional dan akan terus mendukung upaya pemerintah, BI dan OJK untuk meningkatkan inklusi keuangan di Tanah Air," katanya.
President OVO Karaniya Dharmasaputra juga membantah rumor Lippo Group keluar dari OVO. Menurutnya, pada awalnya, OVO didirikan, dirintis dan dikembangkan Lippo Group. Saat ini pemegang saham OVO sudah sangat beragam.
Seiring pertumbuhan OVO yang sangat pesat hanya dalam waktu dua tahun ini. OVO saat ini merupakan perusahaan independen yang dikelola oleh manajemen profesional.
"Soal rumor itu, saya malah beberapa waktu lalu baru saja ketemu dan ngobrol panjang dengan Pak John Riady, soal pengembangan OVO ke depan. Kepada saya, Beliau banyak memberikan masukan dan selama ini sangat suportif terhadap berbagai upaya pengembangan bisnis OVO," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (14/11/2019).
Karaniya menambahkan ia tidak bisa memaparkan soal biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk dana promosi dan operasional.
"Tapi mohon dicatat bahwa OVO punya roadmap yang jelas untuk menuju profitabilitas, sebagai sebuah entitas bisnis yang sustainable. Kami baru berusia dua tahun, dan sedang dalam tahap edukasi dan pengembangan pangsa pasar," jelas Karaniya.
"Ini penting, karena e-money masih berada di level infancy di Indonesia pada saat ini, dan akan terus berkembang dengan teramat pesat dalam 1-2 tahun ke depan," jelasnya.
Sebelumnya sumber CNBC Indonesia membisikkan Lippo Group berniat hengkang karena tak kuat memasok dana untuk mendukung aksi bakar uang dengan layanan gratis, diskon dan cashback. Dalam dua tahun terakhir OVO disebut agresif bakar uang investor.
"Lippo Group berencana cabut dari OVO. Tiap bulan OVO menghabiskan US$50 juta (Rp 700 miliar)," ujar sumber tersebut seperti dikutip Kamis (14/11/2019).
Namun isu hengkangnya Lippo Group dibantah langsung oleh John Riady, putra James Riady CEO Lippo Group, yang kini menduduki posisi sebagai CEO Lippo Karawaci.
"Tidak benar," ujarnya singkat kepada CNBC Indonesia.
(roy/sef)
Adrian Suherman, Presiden Direktur PT Multipolar Tbk dan Direktur Lippo Group mengatakan rumor yang beredar sama sekali tidak benar dan tidak berdasarkan fakta.
"Sebagai pendiri OVO, kami sangat menyayangkan beredarnya rumor yang tidak benar tersebut," ujar Adrian dalam keterangan, Minggu (17/11/21019).
Bersama para pemegang saham lain, tuturnya, Lippo tetap merupakan bagian dari OVO dan selalu mendukung kemajuan OVO.
"(OVO) yang hanya dalam dua tahun telah berkembang pesat menjadi perusahaan fintech e-money Indonesia yang semoga dapat menjadi kebanggaan nasional dan akan terus mendukung upaya pemerintah, BI dan OJK untuk meningkatkan inklusi keuangan di Tanah Air," katanya.
President OVO Karaniya Dharmasaputra juga membantah rumor Lippo Group keluar dari OVO. Menurutnya, pada awalnya, OVO didirikan, dirintis dan dikembangkan Lippo Group. Saat ini pemegang saham OVO sudah sangat beragam.
Seiring pertumbuhan OVO yang sangat pesat hanya dalam waktu dua tahun ini. OVO saat ini merupakan perusahaan independen yang dikelola oleh manajemen profesional.
"Soal rumor itu, saya malah beberapa waktu lalu baru saja ketemu dan ngobrol panjang dengan Pak John Riady, soal pengembangan OVO ke depan. Kepada saya, Beliau banyak memberikan masukan dan selama ini sangat suportif terhadap berbagai upaya pengembangan bisnis OVO," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (14/11/2019).
Karaniya menambahkan ia tidak bisa memaparkan soal biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk dana promosi dan operasional.
"Tapi mohon dicatat bahwa OVO punya roadmap yang jelas untuk menuju profitabilitas, sebagai sebuah entitas bisnis yang sustainable. Kami baru berusia dua tahun, dan sedang dalam tahap edukasi dan pengembangan pangsa pasar," jelas Karaniya.
"Ini penting, karena e-money masih berada di level infancy di Indonesia pada saat ini, dan akan terus berkembang dengan teramat pesat dalam 1-2 tahun ke depan," jelasnya.
Sebelumnya sumber CNBC Indonesia membisikkan Lippo Group berniat hengkang karena tak kuat memasok dana untuk mendukung aksi bakar uang dengan layanan gratis, diskon dan cashback. Dalam dua tahun terakhir OVO disebut agresif bakar uang investor.
"Lippo Group berencana cabut dari OVO. Tiap bulan OVO menghabiskan US$50 juta (Rp 700 miliar)," ujar sumber tersebut seperti dikutip Kamis (14/11/2019).
Namun isu hengkangnya Lippo Group dibantah langsung oleh John Riady, putra James Riady CEO Lippo Group, yang kini menduduki posisi sebagai CEO Lippo Karawaci.
"Tidak benar," ujarnya singkat kepada CNBC Indonesia.
Artikel Selanjutnya
Mochtar Riady Soal OVO: Terus Bakar Uang Bagaimana Kami Kuat!
(roy/sef)