
Bakar Uang, Startup Bernilai Rp 658 T Ini Terancam Bangkrut
Redaksi, CNBC Indonesia
04 October 2019 11:04

Jakarta, CNBC Indonesia - WeWork, startup co-working space, dulu dikenal sebagai salah satu startup paling bernilai di dunia dengan valuasi US$47 miliar (Rp 658 triliun). Namun kini startup yang disokong SoftBank ini sedang bermasalah.
Bahkan WeWork berpotensi kehabisan uang pada kuartal II-2020 dan bisa saja bangkrut setelahnya.
Dalam laporan yang ditulis analis Bernstein Chris Lane dan Samuel Chen, pada akhir Juni 2019 WeWork memiliki uang tunai US$2,5 miliar. Jika perusahaan melanjut membakar uang seperti sekarang ini, sebesar US$700 juta (Rp 9,8 triliun) per kuartal, perusahaan akan kehabisan uang pada pertengahan kuartal II-2020.
Tanpa masukkan uang tunai, bisnis ini tidaka kan bertahan lebih lama. "Perkiraan kami, saat ini perusahaan membakar uang US$2,8 miliar (Rp 39,2 triliun)," tulis Berstein, seperti dikutip CNBC Indonesia dari Business Insider, Jumat (4//10/2019).
Dalam perhitungan Berstein, WeWork membutuhkan US$6 miliar pendanaan tambahan agar arus kas perusahaan kembali normal. Namun bila terjadi resesi dalam tiga tahun mendatang, kebutuhan dananya naik menjadi sekitar US$8 miliar.
Meski kondisi perusahaan mengkhawatirkan, investornya diperkirakan tidak akan membiarkan perusahaan bangkrut. Beberapa investor baru sudah berencana masuk ke perusahaan. SoftBank juga dikabarkan siap menyuntikkan dana US$1 miliar. SoftBank sendiri sudah berinvestasi US$10 miliar di WeWork.
WeWork pun kini memiliki bos baru setelah pendiri sekaligus CEO lama Adam Neumann mengundurkan diri dan pengaruhnya di perusahaan dipangkas.
"Pertanyaan kuncinya bagaimana pergantian pimpinan ini bisa menjadi alasan yang cukup bagi investor untuk menyuntikkan uang," ujar Bernstein. "CEO baru perlu menunjukkan bahwa semua telah berubah dan membuat rencana baru."
Bahkan WeWork berpotensi kehabisan uang pada kuartal II-2020 dan bisa saja bangkrut setelahnya.
Dalam laporan yang ditulis analis Bernstein Chris Lane dan Samuel Chen, pada akhir Juni 2019 WeWork memiliki uang tunai US$2,5 miliar. Jika perusahaan melanjut membakar uang seperti sekarang ini, sebesar US$700 juta (Rp 9,8 triliun) per kuartal, perusahaan akan kehabisan uang pada pertengahan kuartal II-2020.
![]() |
Dalam perhitungan Berstein, WeWork membutuhkan US$6 miliar pendanaan tambahan agar arus kas perusahaan kembali normal. Namun bila terjadi resesi dalam tiga tahun mendatang, kebutuhan dananya naik menjadi sekitar US$8 miliar.
Meski kondisi perusahaan mengkhawatirkan, investornya diperkirakan tidak akan membiarkan perusahaan bangkrut. Beberapa investor baru sudah berencana masuk ke perusahaan. SoftBank juga dikabarkan siap menyuntikkan dana US$1 miliar. SoftBank sendiri sudah berinvestasi US$10 miliar di WeWork.
WeWork pun kini memiliki bos baru setelah pendiri sekaligus CEO lama Adam Neumann mengundurkan diri dan pengaruhnya di perusahaan dipangkas.
"Pertanyaan kuncinya bagaimana pergantian pimpinan ini bisa menjadi alasan yang cukup bagi investor untuk menyuntikkan uang," ujar Bernstein. "CEO baru perlu menunjukkan bahwa semua telah berubah dan membuat rencana baru."
Berlanjut ke halaman 2 >>>
Next Page
Ekspansi Cepat dan Gagal IPO
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular