
Sri Mulyani Beberkan Kerjaan yang Tak Bisa Digantikan Robot
Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
03 October 2019 13:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Lini pekerjaan di era revolusi industri 4.0 bakal banyak dilakukan oleh robot atau kecerdasan buatan (AI).
Sebuah penelitian menunjukkan pekerjaan yang bersifat pengulangan dan menghafal telah mulai tergerus oleh perkembangan teknologi otomatisasi, robot, dan kecerdasan buatan (artificial intelligence).
Namun demikian, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengindikasikan terdapat beberapa keterampilan manusia yang tidak mudah digantikan oleh mesin, misalnya empati, kreativitas, dan keahlian analitis atas masalah yang bersifat kompleks.
Oleh karena itu, agar menjadi sumber daya manusia (SDM) unggul di era teknologi saat ini, individu perlu mengasah kemampuan tersebut dengan terus memanfaatkan perkembangan teknologi.
Hal ini disampaikan Menkeu pada acara Milad Universitas Aisyiyah (UNISA) seperti dikutip Kamis (3/10/2019).
"Teknologi (industri 4.0) bisa men-disrupt atau merusak atau menghancurkan lapangan kerja yang selama ini dilakukan oleh manusia. Lapangan kerja yang bersifat manual, repetitif sangat mudah diganti oleh robot dan terkena dampak otomatisasi," tegas Sri Mulyani.
Pendekatan pendidikan yang hanya memfokuskan pada pengembangan IQ (intelligence quotient) anak didik saja tanpa mengasah kemampuan EI (emotional intelligence) tidak lagi relevan saat ini dan di masa depan.
"Ilmu yang sifatnya memorizing, menghafal akan sangat mudah digantikan oleh artificial intelligence. Sekarang ini robot IQ-nya mudah mencapai 700 bahkan sekarang sudah 70.000. (Sedangkan) Orang dengan IQ 150 sudah dianggap jenius," tambahnya.
Jadi, jika harus berkompetisi dengan robot dari sisi IQ, maka kemungkinan manusia akan dikalahkan.
Lebih lanjut, Mantan Managing Director World Bank ini menegaskan agar generasi muda mengasah keahlian yang tidak hanya bersifat kognitif tetapi juga mengasah kepekaan, rasa, dan kreativitas.
Individu dengan menggabungkan segala keahlian tersebut, diharapkan dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang kompleks dan rumit yang memerlukan penanganan tidak hanya mengandalkan kecerdasan tetapi juga empati dan inovasi.
"Kita harus mampu mendidik manusia yang tidak hanya memorizing, melakukan manual work, tetapi yang mampu melakukan analytical work, kreativitas, suatu komplek problem solving. Itu hanya bisa dilakukan oleh manusia melalui interaksi otak dan hati. Robot bisa menggantikan (kecerdasan) otak kita tapi dia tidak bisa meng-create hati," pungkas Sri Mulyani.
(dru/roy) Next Article Utak-atik Sri Mulyani Pajaki Google hingga Netflix
Sebuah penelitian menunjukkan pekerjaan yang bersifat pengulangan dan menghafal telah mulai tergerus oleh perkembangan teknologi otomatisasi, robot, dan kecerdasan buatan (artificial intelligence).
Namun demikian, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengindikasikan terdapat beberapa keterampilan manusia yang tidak mudah digantikan oleh mesin, misalnya empati, kreativitas, dan keahlian analitis atas masalah yang bersifat kompleks.
![]() |
Hal ini disampaikan Menkeu pada acara Milad Universitas Aisyiyah (UNISA) seperti dikutip Kamis (3/10/2019).
"Teknologi (industri 4.0) bisa men-disrupt atau merusak atau menghancurkan lapangan kerja yang selama ini dilakukan oleh manusia. Lapangan kerja yang bersifat manual, repetitif sangat mudah diganti oleh robot dan terkena dampak otomatisasi," tegas Sri Mulyani.
Pendekatan pendidikan yang hanya memfokuskan pada pengembangan IQ (intelligence quotient) anak didik saja tanpa mengasah kemampuan EI (emotional intelligence) tidak lagi relevan saat ini dan di masa depan.
"Ilmu yang sifatnya memorizing, menghafal akan sangat mudah digantikan oleh artificial intelligence. Sekarang ini robot IQ-nya mudah mencapai 700 bahkan sekarang sudah 70.000. (Sedangkan) Orang dengan IQ 150 sudah dianggap jenius," tambahnya.
Jadi, jika harus berkompetisi dengan robot dari sisi IQ, maka kemungkinan manusia akan dikalahkan.
Lebih lanjut, Mantan Managing Director World Bank ini menegaskan agar generasi muda mengasah keahlian yang tidak hanya bersifat kognitif tetapi juga mengasah kepekaan, rasa, dan kreativitas.
Individu dengan menggabungkan segala keahlian tersebut, diharapkan dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang kompleks dan rumit yang memerlukan penanganan tidak hanya mengandalkan kecerdasan tetapi juga empati dan inovasi.
"Kita harus mampu mendidik manusia yang tidak hanya memorizing, melakukan manual work, tetapi yang mampu melakukan analytical work, kreativitas, suatu komplek problem solving. Itu hanya bisa dilakukan oleh manusia melalui interaksi otak dan hati. Robot bisa menggantikan (kecerdasan) otak kita tapi dia tidak bisa meng-create hati," pungkas Sri Mulyani.
(dru/roy) Next Article Utak-atik Sri Mulyani Pajaki Google hingga Netflix
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular