
Tarif Ojol Diatur, Anterin Kalahkan Grab Cs Tanpa Bakar Uang?
Roy Franedya, CNBC Indonesia
20 September 2019 07:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Penantang Grab dan Gojek di bisnis ojek online dan transportasi online kembali lahir. Kali ini PT Anterin Digital Nusantara atau Anterin siap menggoyang dominasi Grab dan Gojek.
Anterin hadir dengan konsep yang berbeda dengan Grab dan Gojek. Bila kedua raksasa ride hailing ini menggunakan konsep berbasis fee, maka Anterin mengusung konsep bisnis marketplace.
Lalu muncul pertanyaan apakah Anterin mampu menggoyang dominasi Grab dan Gojek tanpa harus bakar uang? Strategi bakar uang dengan promo diskon tarif besar-besaran merupakan senjata utama Grab dan Gojek bisa dengan cepat membujuk penumpang menggunakan layanan mereka.
Strategi ini pulalah yang membuat banyak pesaing Grab dan Gojek akhirnya gulung tikar karena tak kuat bersaing dan tak dilirik konsumen karena dianggap mahal. Grab dan Gojek bisa bakar uang dalam jumlah besar dan dalam jangka panjang karena mendapat suntikan dana dari investor kelas kakap.
Kini tarif ojek online sudah diatur batas bawahnya oleh Kementerian Perhubungan. Alasannya untuk menyehatkan persaingan. Kini strategi yang diambil Gojek dan Grab mengambil margin sangat tipis dari pengantaran orang.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance ( INDEF) Bhima Yudhistira menilai, keduanya sulit dilawan. Apalagi dengan status Gojek yang merupakan unicorn dan Grab sebagai decacorn yang valuasinya mencapai di atas US$ 1 miliar. Pemain baru haru mendapatkan suntikan modal
"Pemain baru relatif berat bersaing dengan satu unicorn dan satu decacorn di sektor ojol. Suntikan modal adalah segalanya, tanpa suntikan modal yang kuat artinya tidak bisa promo habis-habisan. Market share juga tidak naik, karena yang bisa manjakan konsumen dia yang menang," ujarnya seperti dikutip dari detikcom, Jumat (20/9/2019).
Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio menilai penantang Gojek-Grab bisa saja bertahan di industri ojol asal tidak mengikuti pakem yang sudah ada.
"Mungkin bisa, tergantung strateginya dia seperti apa. Harus ada terobosan. Kalau ikutin yang sama saya bilang nggak bisa survive," tambahnya.
Di Grab dan Gojek tarif ditentukan sendiri oleh aplikator, mitra driver tidak bisa tentukan tarif sendiri, driver mendapatkan komisi dari jasa yang diberikannya. Selain itu driver dipilih berdasarkan algoritma yang ditetapkan perusahaan.
"Jadi dengan [konsep] marketplace itu kami beroperasinya sebagai perusahaan digital platform. Jadi hanya gateway (jembatan) saja," ujar CEO dan Pendiri Anterin Imron Hamzah, seperti dikutip Jumat (20/9/2019).
Dengan konsep marketplace ini maka mitra driver Anterin tidak akan diikat dengan ketat. Driver dari Grab dan Gojek dibolehkan bergabung dengan Anterin tanpa perlu memutus keanggotaan dengan dua raksasa ride hailing tersebut.
"Jangan kaget kalau order Anterin tapi yang keluar pakai jaket Gojek atai Grab. Tidak masalah karena konsepnya market place," ujar Imron.
Oiya, sistem kerja sama antara mitra dan aplikator di Anterin adalah berlanganan bukan komisi. Jadi mitra harus menyetor uang sebesar Rp 150 ribu per bulan tetapi semua pendapatan dari order akan menjadi milik mitra driver.
Konsep ini berbeda dengan Grab dan Gojek yang mengusung konsep bagi hasil dari order yang didapatkan. Biasa driver akan dapat 80% dan aplikator 20%.
"Banyak mitra pengemudi tidak satu aplikasi, dua-duanya atau bahkan tiga. Nah salah satu alternatif di kami, salah satu kekuatan kami di jarak jauh, kalau Gojek dan Grab itu pengemudi jam sibuk cari jarak dekat supaya dapat insentif. Anterin jarak jauh tetap dianter karena 100% komisi buat dia," imbuhnya.
Berlanjut ke halaman berikutnya ...
CEO dan Pendiri Anterin Imron Hamzah mengatakan banyak perbedaan Anterin dengan aplikator 'status quo' yang justru bisa dimanfaatkan sebagai senjata dalam bersaing. Salah satunya mengenai pendanaan.
"Kita masih pendanaan lokal, belum besar, tapi kita ini hadir dengan memang ingin berbisnis bukan bakar uang," ujarnya.
Dia mengaku, saat ini Anterin sudah hadir di 33 kota dengan 200.000 driver terdaftar di aplikasi. 90% mitra merupakan driver ojol dan sisanya mitra taksi online. Adapun pengguna aplikasinya sudah mencapai 400.000 kali.
"Awal tahun ini kita mulai subscription base karena secara user experiance kalau gak ada itu mereka ketika ada order ditolak dan lain sebagainya. Challange kita di supply dan demand. Kita bukan mau perang tarif tapi keselamatan," ungkap Imron.
"Kami hadir karena adanya problem sosial kalau user order dipilih sistem algoritma, user tidak ada pilihan orangnya, apakah track record baik atau tidak."
"Tapi ke depan kami kolaborasi dengan perusahaan taksi, apalagi ada ganjil genap, semoga bertambah lagi, tapi mitra kami sudah banyak juga mobil," pungkasnya.
(roy/dru) Next Article Sosok di Balik Anterin, Pesaing Grab Cs yang Tolak Bakar Uang
Anterin hadir dengan konsep yang berbeda dengan Grab dan Gojek. Bila kedua raksasa ride hailing ini menggunakan konsep berbasis fee, maka Anterin mengusung konsep bisnis marketplace.
Kini tarif ojek online sudah diatur batas bawahnya oleh Kementerian Perhubungan. Alasannya untuk menyehatkan persaingan. Kini strategi yang diambil Gojek dan Grab mengambil margin sangat tipis dari pengantaran orang.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance ( INDEF) Bhima Yudhistira menilai, keduanya sulit dilawan. Apalagi dengan status Gojek yang merupakan unicorn dan Grab sebagai decacorn yang valuasinya mencapai di atas US$ 1 miliar. Pemain baru haru mendapatkan suntikan modal
"Pemain baru relatif berat bersaing dengan satu unicorn dan satu decacorn di sektor ojol. Suntikan modal adalah segalanya, tanpa suntikan modal yang kuat artinya tidak bisa promo habis-habisan. Market share juga tidak naik, karena yang bisa manjakan konsumen dia yang menang," ujarnya seperti dikutip dari detikcom, Jumat (20/9/2019).
Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio menilai penantang Gojek-Grab bisa saja bertahan di industri ojol asal tidak mengikuti pakem yang sudah ada.
"Mungkin bisa, tergantung strateginya dia seperti apa. Harus ada terobosan. Kalau ikutin yang sama saya bilang nggak bisa survive," tambahnya.
Berlanjut ke halaman berikutnya ...
Menghadapi Grab dan Gojek, Anterin mengusung konsep marketplace. Penumpang dan pengemudi bebas menentukan harga sendiri. Dalam aplikasi driver akan memang tarif sendiri. Sementara penumpang bebas memilih driver sesuai dengan preferensi masing-masing seperti harga terbaik, driver terdekat, jenis kendaraan hingga jenis kelamin driver.Di Grab dan Gojek tarif ditentukan sendiri oleh aplikator, mitra driver tidak bisa tentukan tarif sendiri, driver mendapatkan komisi dari jasa yang diberikannya. Selain itu driver dipilih berdasarkan algoritma yang ditetapkan perusahaan.
"Jadi dengan [konsep] marketplace itu kami beroperasinya sebagai perusahaan digital platform. Jadi hanya gateway (jembatan) saja," ujar CEO dan Pendiri Anterin Imron Hamzah, seperti dikutip Jumat (20/9/2019).
Dengan konsep marketplace ini maka mitra driver Anterin tidak akan diikat dengan ketat. Driver dari Grab dan Gojek dibolehkan bergabung dengan Anterin tanpa perlu memutus keanggotaan dengan dua raksasa ride hailing tersebut.
"Jangan kaget kalau order Anterin tapi yang keluar pakai jaket Gojek atai Grab. Tidak masalah karena konsepnya market place," ujar Imron.
Oiya, sistem kerja sama antara mitra dan aplikator di Anterin adalah berlanganan bukan komisi. Jadi mitra harus menyetor uang sebesar Rp 150 ribu per bulan tetapi semua pendapatan dari order akan menjadi milik mitra driver.
Konsep ini berbeda dengan Grab dan Gojek yang mengusung konsep bagi hasil dari order yang didapatkan. Biasa driver akan dapat 80% dan aplikator 20%.
"Banyak mitra pengemudi tidak satu aplikasi, dua-duanya atau bahkan tiga. Nah salah satu alternatif di kami, salah satu kekuatan kami di jarak jauh, kalau Gojek dan Grab itu pengemudi jam sibuk cari jarak dekat supaya dapat insentif. Anterin jarak jauh tetap dianter karena 100% komisi buat dia," imbuhnya.
Berlanjut ke halaman berikutnya ...
CEO dan Pendiri Anterin Imron Hamzah mengatakan banyak perbedaan Anterin dengan aplikator 'status quo' yang justru bisa dimanfaatkan sebagai senjata dalam bersaing. Salah satunya mengenai pendanaan.
"Kita masih pendanaan lokal, belum besar, tapi kita ini hadir dengan memang ingin berbisnis bukan bakar uang," ujarnya.
Dia mengaku, saat ini Anterin sudah hadir di 33 kota dengan 200.000 driver terdaftar di aplikasi. 90% mitra merupakan driver ojol dan sisanya mitra taksi online. Adapun pengguna aplikasinya sudah mencapai 400.000 kali.
"Awal tahun ini kita mulai subscription base karena secara user experiance kalau gak ada itu mereka ketika ada order ditolak dan lain sebagainya. Challange kita di supply dan demand. Kita bukan mau perang tarif tapi keselamatan," ungkap Imron.
"Kami hadir karena adanya problem sosial kalau user order dipilih sistem algoritma, user tidak ada pilihan orangnya, apakah track record baik atau tidak."
"Tapi ke depan kami kolaborasi dengan perusahaan taksi, apalagi ada ganjil genap, semoga bertambah lagi, tapi mitra kami sudah banyak juga mobil," pungkasnya.
(roy/dru) Next Article Sosok di Balik Anterin, Pesaing Grab Cs yang Tolak Bakar Uang
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular