
Kisruh Jababeka, Dirut Baru: Wajarnya Harga Saham Rp 700
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
12 August 2019 20:26

Jakarta, CNBC Indonesia- Manajemen baru PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) mengkritik kinerja manajemen lama sehingga perseroan selama ini belum mampu tumbuh secara maksimal jika dibandingkan dengan pelaku industri lainnya.
Hal ini dikemukakan Sugiharto, direktur utama perseroan yang terpilih pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 26 Juni lalu. Sugiharto menyebut, Jababeka belum cukup maksimal memanfaatkan aset berupa cadangan lahan (land bank) seluas 3.800 hektare untuk meningkatkan kinerja perseroan, hal ini terindikasi dari harga saham KIJA yang tak juga beranjak dari level Rp 300 per lembar.
Menurut perhitungannya, dengan aset yang dimiliki perseroan, saham KIJA seharusnya berada di level Rp 700 per saham. Karena itu, penunjukkan dirinya sebagai direktur utama Jababeka yang baru dan diusulkan pemegang saham mayoritas untuk membenahi kinerja perseroan. Dia juga menyebut, kinerja Jababeka belum berkembang dan tidak transparan.
"Perusahaan ini potensinya besar, land bank paling besar, tapi sales terlalu lemah dari rata rata market," kata Sugiharto, di Jakarta, Senin (12/8/2019).
Dia mencontohkan, salah satu kompetitor berhasil mencatatkan rasio antara penjualan terhadap land bank sebesar 8%, sedangkan Jababeka baru 2,6%. Selain itu, kata dia, selama tiga tahun terakhir, perseroan tidak membagikan dividen tunai kepada pemegang saham. Laba bersih KIJA juga anjlok 52% menjadi Rp 40,97 miliar pada 2018 dibandingkan dengan tahun 2017 sebesar Rp 84,86 miliar.
"Ini growth untuk siapa, manajemen atau pemegang saham?" kata menteri BUMN periode 2004-2007 tersebut mempertanyakan.
Tidak heran, Islamic Development Bank yang merupakan pemegang saham terbesar kedua Jababeka mencalonkan dirinya sebagai Direktur Utama dalam RUPS 26 Juni untuk membenahi kinerja Jababeka agar lebih baik dan transparan.
Tercatat, hingga paruh semester pertama 2019, perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp 49,3 miliar, lebih baik dari tahun sebelumnya yang mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 249,8 miliar. Meningkatnya laba bersih perseroan karena KIJA berhasil mencatatkan laba selisih kurs sebesar Rp 90 miliar, dibandingkan rugi selisih kurs sebesar Rp 235,4 miliar tahun lalu.
Sementara itu, pra penjualan atau marketing sales real estate hingga semester I-2019 tercatat sebesat Rp 758,9 miliar. Jumlah tersebut setara dengan 47% dari total target tahun 2019 yang diproyeksikan mencapai Rp 1,6 triliun.
[Gambas:Video CNBC]
(dob)
Hal ini dikemukakan Sugiharto, direktur utama perseroan yang terpilih pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 26 Juni lalu. Sugiharto menyebut, Jababeka belum cukup maksimal memanfaatkan aset berupa cadangan lahan (land bank) seluas 3.800 hektare untuk meningkatkan kinerja perseroan, hal ini terindikasi dari harga saham KIJA yang tak juga beranjak dari level Rp 300 per lembar.
Menurut perhitungannya, dengan aset yang dimiliki perseroan, saham KIJA seharusnya berada di level Rp 700 per saham. Karena itu, penunjukkan dirinya sebagai direktur utama Jababeka yang baru dan diusulkan pemegang saham mayoritas untuk membenahi kinerja perseroan. Dia juga menyebut, kinerja Jababeka belum berkembang dan tidak transparan.
"Perusahaan ini potensinya besar, land bank paling besar, tapi sales terlalu lemah dari rata rata market," kata Sugiharto, di Jakarta, Senin (12/8/2019).
Dia mencontohkan, salah satu kompetitor berhasil mencatatkan rasio antara penjualan terhadap land bank sebesar 8%, sedangkan Jababeka baru 2,6%. Selain itu, kata dia, selama tiga tahun terakhir, perseroan tidak membagikan dividen tunai kepada pemegang saham. Laba bersih KIJA juga anjlok 52% menjadi Rp 40,97 miliar pada 2018 dibandingkan dengan tahun 2017 sebesar Rp 84,86 miliar.
"Ini growth untuk siapa, manajemen atau pemegang saham?" kata menteri BUMN periode 2004-2007 tersebut mempertanyakan.
Tidak heran, Islamic Development Bank yang merupakan pemegang saham terbesar kedua Jababeka mencalonkan dirinya sebagai Direktur Utama dalam RUPS 26 Juni untuk membenahi kinerja Jababeka agar lebih baik dan transparan.
Tercatat, hingga paruh semester pertama 2019, perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp 49,3 miliar, lebih baik dari tahun sebelumnya yang mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 249,8 miliar. Meningkatnya laba bersih perseroan karena KIJA berhasil mencatatkan laba selisih kurs sebesar Rp 90 miliar, dibandingkan rugi selisih kurs sebesar Rp 235,4 miliar tahun lalu.
Sementara itu, pra penjualan atau marketing sales real estate hingga semester I-2019 tercatat sebesat Rp 758,9 miliar. Jumlah tersebut setara dengan 47% dari total target tahun 2019 yang diproyeksikan mencapai Rp 1,6 triliun.
[Gambas:Video CNBC]
(dob)
Most Popular