Asosiasi Bantah E-commerce Ikut Perparah Defisit Dagang RI

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
06 August 2019 10:50
idEA mempertanyakan data INDEF yang sebut 93% barang di e-commerce yang disuntik asing merupakan barang impor dan memperparah CAD.
Foto: Dialog Ignasius Untung (CNBC Indonesia TV)
Jakarta, CNBC Indonesia - Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) membantah jika barang impor, khususnya elektronik menguasai toko online di Indonesia. Ketua Umum idEA, Ignasius Untung memastikan tidak ada data yang menjelaskan terkait hal tersebut.

"Kalau asoasiasi maupun pelaku e-commerce itu setahu saya tidak ada yang mengeluarkan data 97 persen itu barang impor. datanya aja nggak ada. jadi, kalau ada omongan bahwa 97 persen barang impor, saya mempertanyakan datanya dari mana," katanya kepada CNBC Indonesia.


Sebelumnya, Peneliti INDEF Bhima Yudistira mengatakan data asosiasi e-commerce menunjukkan kecenderungan 93% barang yang dijual marketplace adalah barang impor. Artinya produk lokal hanya 7%. Maraknya barang impor di e-commerce memperparah defisit neraca dagang (CAD).

Menurut Ignasius lagi, semua ini terkait dengan kompetisi, industri yang masih hijau dan nantinya akan berakhir ke pendanaan investor. Data tersebut, jelasnya hanya menguntungkan pihak tertentu.

"(Kalau) melalui kementerian sah saja, masalahnya dari 2017(idEA)  berusaha cari data tapi tak ada yang punya. data itu bener atau tidak itu kami tidak tahu," ujarnya lagi.

Dia menegaskan, impor adalah isu sensitif. Imbasnya bisa mempengaruhi perusahaan e-commerce. Padahal, e-commerce yang notabene bagian dari UMKM ikut menggerakkan perekonomian Indonesia. "Kalau negatif, pendanaan sulit, tak bisa dipungkiri e-commerce platform ini menggerakkan UMKM," tegasnya.

Simak video tentang CAD di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]


(roy/roy) Next Article Ini Dia Penyebab Data Konsumen Indonesia Banyak Diretas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular