
Tetap Waspada, WhatsApp Masih Mudah Dikloning dan Dibajak
Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
20 July 2019 16:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Baru-baru ini Whatsapp melakukan update berkala untuk menutup berbagai celah keamanan. WhatsApp juga punya enkripsi end-to-end.
Namun ini tidak menjamin WhatsApp bisa bebas dari aksi para pelaku jahat. Buktinya, aksi kloning dan penyadapan dan pembajakan akun WhatsApp masih marak terjadi. Bahkan beredar luas di dunia maya software dan tips cara membobol WhatsApp.
Direktur Pengendalian Informasi, Investigasi dan Forensik Digital BSSN Bondan Widiawan mengatakan platform media sosial merupakan open system interconnection yang bersifat terbuka karena desain dari internet yang memungkinkannya. Hal ini memungkinkan aplikasi berjalan di atasnya, salah satunya Whatsapp yang menggunakan enkripsi end-to-end.
"Namun disana kita lihat saat ini banyak aplikasi resmi yang bukan dari Whatsapp. Misalnya Whatsapp emoji, itu semua diproduksi oleh pihak ketiga. Ini yang kemudian menimbulkan banyak kerawanan," katanya berbincang dengan CNBC Indonesia TV, Jumat (19/07/2019).
Kendati demikian, tingkat kesadaran atau awareness masyarakat Indonesia untuk proteksi serangan siber masih sangat minim. Tidaklah heran bila hal ini menjadi salah satu pemicu rawannya aksi kejahatan di dunia siber.
CEO & Chief Digital Forensic Indonesia, Ruby Alamsyah mengatakan bahwa masyarakat Indonesia masih berpandangan bahwa hanya mereka bergelut di bidanf IT saja yang melek teknologi. Kenyataannya, hal itu sangatlah salah.
"IT security awareness memang masih sedikit rendah. Dan terkesan hanya orang yang mengerti IT saja yang paham padahal semua orang yang menggunakan media sosial mau tidak mau harus mengerti bagaimana menjaga keamanan dari yang disediakan platform tersebut," kata Ruby Alamsyah dalam program Profit, CNBC Indonesia.
Dia pun tidak menampik bahwa masalah literasi yang rendah membuat mereka kurang sadar akan keamanan siber. Hanya saja seiring kasus yang terjadi barulah mereka sadar dan mencari tahu untuk fitur keamanan serangan siber.
Selain itu, beberapa masyarakat Indonesia juga masih enggan untuk membaca term & condition yang diberikan pihak platform.
Sementara berbicara user friendly, di Indonesia masih di dominasi untuk Whatsapp dan Telegram.
Menurutnya Whatsapp masih berpotensi untuk dibajak meskipun para hacker aplikasi chatting di Indonesia bukanlah peretas kelas tinggi. Umumnya mereka menyasar korban secara acak.
"Pengamatan saya masih menengah dan kecil untuk para hacker aplikasi chatting di Indonesia," kata dia.
Simak video tentang aksi pembobolan dan pembajakan WhatsApp di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(roy/roy) Next Article WhatsApp Anda Disadap & Dibajak? Ini Ciri-cirinya
Namun ini tidak menjamin WhatsApp bisa bebas dari aksi para pelaku jahat. Buktinya, aksi kloning dan penyadapan dan pembajakan akun WhatsApp masih marak terjadi. Bahkan beredar luas di dunia maya software dan tips cara membobol WhatsApp.
Direktur Pengendalian Informasi, Investigasi dan Forensik Digital BSSN Bondan Widiawan mengatakan platform media sosial merupakan open system interconnection yang bersifat terbuka karena desain dari internet yang memungkinkannya. Hal ini memungkinkan aplikasi berjalan di atasnya, salah satunya Whatsapp yang menggunakan enkripsi end-to-end.
Kendati demikian, tingkat kesadaran atau awareness masyarakat Indonesia untuk proteksi serangan siber masih sangat minim. Tidaklah heran bila hal ini menjadi salah satu pemicu rawannya aksi kejahatan di dunia siber.
CEO & Chief Digital Forensic Indonesia, Ruby Alamsyah mengatakan bahwa masyarakat Indonesia masih berpandangan bahwa hanya mereka bergelut di bidanf IT saja yang melek teknologi. Kenyataannya, hal itu sangatlah salah.
![]() |
"IT security awareness memang masih sedikit rendah. Dan terkesan hanya orang yang mengerti IT saja yang paham padahal semua orang yang menggunakan media sosial mau tidak mau harus mengerti bagaimana menjaga keamanan dari yang disediakan platform tersebut," kata Ruby Alamsyah dalam program Profit, CNBC Indonesia.
Dia pun tidak menampik bahwa masalah literasi yang rendah membuat mereka kurang sadar akan keamanan siber. Hanya saja seiring kasus yang terjadi barulah mereka sadar dan mencari tahu untuk fitur keamanan serangan siber.
Selain itu, beberapa masyarakat Indonesia juga masih enggan untuk membaca term & condition yang diberikan pihak platform.
Sementara berbicara user friendly, di Indonesia masih di dominasi untuk Whatsapp dan Telegram.
Menurutnya Whatsapp masih berpotensi untuk dibajak meskipun para hacker aplikasi chatting di Indonesia bukanlah peretas kelas tinggi. Umumnya mereka menyasar korban secara acak.
"Pengamatan saya masih menengah dan kecil untuk para hacker aplikasi chatting di Indonesia," kata dia.
Simak video tentang aksi pembobolan dan pembajakan WhatsApp di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(roy/roy) Next Article WhatsApp Anda Disadap & Dibajak? Ini Ciri-cirinya
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular