Mengintip Besaran Kontribusi Go-Food & Go-Pay ke Gojek

Roy Franedya, CNBC Indonesia
31 May 2019 14:20
Pendiri sekaligus CEO Nadiem Makarim menyatakan tidak masalah bila layanan Go-Car belum menghasilkan keuntungan hingga perusahaan go public.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Pendiri sekaligus CEO Nadiem Makarim menyatakan tidak masalah bila layanan Go-Car belum menghasilkan keuntungan hingga perusahaan go public. Pasalnya, Gojek menjadikan Go-Food dan Go-Pay sebagai mesin pencetak utang bagi perusahaan.

"Aset yang paling kuat dari Gojek adalah kami belum perlu [bisnis] berbagi tumpangan roda empat menjadi profitable," ujar CEO Gojek Nadiem Makarim dalam wawancara Eksklusif dengan Nikkei Asian Riview dan dilansir CNBC Indonesia, Jumat (31/5/2019).


"[Bisnis] ride-hailing ... mewakili kurang dari seperempat dari total gross merchandise value [kami]. Makanan semakin besar, pembayaran bahkan lebih besar lagi."

"Kami membangun bisnis kami dengan asumsi [bisnis] ride-hailing pada titik impas (break even)," tambah Nadiem Makariem untuk menggambarkan skenario 'awal' perusahaan.

Foto: Gojek. (REUTERS/Edgar Su)

"Jadi jika kami mencapai profitabilitas" di bisnis ride-hailing ketika Gojek IPO, Nadiem Makarim menambahkan, itu adalah 'skenario optimistis'.

Lalu seberapa besar kontribusi dan transaksi Go-Food dan Go-Pay? Berdasarkan rilis Gojek yang dipublikasikan 13 Februari 2019, pada 2018 total gross transaction value (GTV) mencapai US$9 miliar atau setara Rp 126,7 triliun.


Sebagian besar transaksi ini disumbang oleh Go-Pay. Transaksi ekosistem Go-Pay menyumbang US$6,3 miliar atau sekitar Rp 88,7 trliliun. Manajemen mengklaim Go-Pay telah digunakan untuk memproses tiga perempat dari pembayaran mobile di Indonesia.

Sementara untuk layanan pesan antar makanan atau Go-Food, memberikan sumbangan US$2 miliar. Manajemen pun mengklaim Go-Food sebagai layanan pesan-antar makanan terbesar di Asia Tenggara.


Chief Food Officer Gojek Group Chaterine Hindra Sutjahyo mengatakan sejak diperkenalkan pada 2015, Go-Food telah berkembang menjadi layanan pengantar makanan online terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Go-Food telah menggandeng lebih dari 400 ribu merchant, yang 96% diantaranya adalah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

"Go-Food juga memberikan kontribusi yang signifikan pada perekonomian Indonesia, yaitu sebesar Rp 18 triliun, menurut hasil riset Lembaga Demografi FEB UI (LD FEB UI) baru-baru ini," kata Chaterine, Selasa (23/04/2019).

Simak video tentang GoFood di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]


(roy/dob) Next Article Nadiem: Pengguna Aktif Gojek 1,5x Lebih Besar dari Sebelah

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular