Perang Dagang AS-China Berkobar & Apple yang Jadi Korban

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
18 May 2019 18:53
Perang Dagang AS-China Berkobar & Apple yang Jadi Korban
Foto: Aides memberi isyarat ketika Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, Wakil Perdana Menteri China dan perunding perdagangan Liu He, dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin berbaris untuk foto sebelum sesi pembukaan perundingan perdagangan di Diaoyutai State Guesthouse di Beijing, Kamis, (14/2/2019). (Mark Schiefelbein / Pool via REUTERS)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sudah sepekan terakhir perang antara Amerika Serikat dan Tiongkok jilid II memanas. Permasalahan ini berawal dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menaikkan tarif impor produk China ke AS dari 10% menjadi 25%.

"Tarif impor ini naik 25% berlaku 10 Mei 2019," demikian keterangan US Trade Representative, pada Rabu (8/5/2019) malam.

Investor memperhatikan pembicaraan ini dengan cermat. Indeks-indeks saham utama AS merosot pada Jumat hari berikutnya setelah tarif diberlakukan dan cuitan Trump di akun pribadinya dan mengatakan bahwa pihaknya 'tak terburu-buru' untuk menyelesaikan kesepakatan.


Penetapan tarif oleh Amerika ini bertujuan untuk mengatasi pencurian kekayaan intelektual, transfer teknologi paksa dan defisit perdagangannya dengan China. Tak tinggal diam, Beijing juga mengancam akan membalas langkah itu.

"Pihak China sangat menyesal bahwa jika kebijakan bea impor AS dilaksanakan, China terpaksa harus mengambil langkah-langkah balasan yang diperlukan," kata Kementerian Perdagangan China di situs webnya tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Kenaikan bea masuk itu akan mempengaruhi impor dari China, seperti modem komputer dan router, penyedot debu, meubel, lampu, hingga bahan bangunan.

Menanggapi perseteruan tersebut, China mengambil tindakan balasan dengan menaikkan tarif bea impor produk Amerika Serikat senilai US$60 miliar. Aturan ini akan berlaku 1 Juni 2019.

Simak dampak perang dagang bagi Indonesia di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]

Perseteruan ini nampaknya makin tak berujung, dimana salah satu imbasnya adalah Saham perusahaan raksasa teknologi, Apple Inc. anjlok hingga 6% pada perdagangan di bursa Wall Street AS, Senin kemarin (13/5/2019).

Jatuhnya harga saham produsen produk ikonik, iPhone, ini disebabkan oleh kebijakan tarif balasan China terhadap produk impor asal AS. Perang dagang jilid II ini berdampak kepada saham Apple karena sebagian perakitan iPhone dilakukan di China dan hasilnya dijual di pasar AS. Jadi, produk iPhone bisa dikenakan tarif 25% bila masuk ke AS.


Analis Morgan Stanley Katy Huberty menghitung tarif 25% pada iPhone membuat harga iPhone XS naik US$160. Bila ditambah dengan pajak perusahaan, maka laba per saham Apple akan turun 23% pada 2020.

"Apple memiliki salah satu eksposur paling signifikan dalam perang dagang AS dengan China, apalagi banyak perakitan perangkat elektronik konsumennya berlokasi di China," tulis Huberty dalam sebuah catatan.

Alasan lainnya, Apple menghasilkan banyak uang dengan menjual produknya ke konsumen China. Apple melaporkan pendapatan US$51 miliar pada tahun 2018 dari "Greater China," yang juga mencakup Hong Kong dan Taiwan.

Pada perdagangan Selasa, (14/5/2019), saham Apple yang tercatat di New York Stock Exchange (NYSE) dengan kode saham AAPL rebound dan ditutup naik 1,58% di level US$ 188,66/saham, sementara di Bursa Nasdaq saham Apple berkode AAPL juga naik 1,58% di level US$ 188,66/saham.



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular