
Perang Dagang AS-China Berkobar & Apple yang Jadi Korban
Yuni Astutik, CNBC Indonesia
18 May 2019 18:53

Perseteruan ini nampaknya makin tak berujung, dimana salah satu imbasnya adalah Saham perusahaan raksasa teknologi, Apple Inc. anjlok hingga 6% pada perdagangan di bursa Wall Street AS, Senin kemarin (13/5/2019).
Jatuhnya harga saham produsen produk ikonik, iPhone, ini disebabkan oleh kebijakan tarif balasan China terhadap produk impor asal AS. Perang dagang jilid II ini berdampak kepada saham Apple karena sebagian perakitan iPhone dilakukan di China dan hasilnya dijual di pasar AS. Jadi, produk iPhone bisa dikenakan tarif 25% bila masuk ke AS.
Analis Morgan Stanley Katy Huberty menghitung tarif 25% pada iPhone membuat harga iPhone XS naik US$160. Bila ditambah dengan pajak perusahaan, maka laba per saham Apple akan turun 23% pada 2020.
"Apple memiliki salah satu eksposur paling signifikan dalam perang dagang AS dengan China, apalagi banyak perakitan perangkat elektronik konsumennya berlokasi di China," tulis Huberty dalam sebuah catatan.
Alasan lainnya, Apple menghasilkan banyak uang dengan menjual produknya ke konsumen China. Apple melaporkan pendapatan US$51 miliar pada tahun 2018 dari "Greater China," yang juga mencakup Hong Kong dan Taiwan.
Pada perdagangan Selasa, (14/5/2019), saham Apple yang tercatat di New York Stock Exchange (NYSE) dengan kode saham AAPL rebound dan ditutup naik 1,58% di level US$ 188,66/saham, sementara di Bursa Nasdaq saham Apple berkode AAPL juga naik 1,58% di level US$ 188,66/saham.
(roy/roy)
Jatuhnya harga saham produsen produk ikonik, iPhone, ini disebabkan oleh kebijakan tarif balasan China terhadap produk impor asal AS. Perang dagang jilid II ini berdampak kepada saham Apple karena sebagian perakitan iPhone dilakukan di China dan hasilnya dijual di pasar AS. Jadi, produk iPhone bisa dikenakan tarif 25% bila masuk ke AS.
Analis Morgan Stanley Katy Huberty menghitung tarif 25% pada iPhone membuat harga iPhone XS naik US$160. Bila ditambah dengan pajak perusahaan, maka laba per saham Apple akan turun 23% pada 2020.
Alasan lainnya, Apple menghasilkan banyak uang dengan menjual produknya ke konsumen China. Apple melaporkan pendapatan US$51 miliar pada tahun 2018 dari "Greater China," yang juga mencakup Hong Kong dan Taiwan.
Pada perdagangan Selasa, (14/5/2019), saham Apple yang tercatat di New York Stock Exchange (NYSE) dengan kode saham AAPL rebound dan ditutup naik 1,58% di level US$ 188,66/saham, sementara di Bursa Nasdaq saham Apple berkode AAPL juga naik 1,58% di level US$ 188,66/saham.
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular