Sentimen Kosumen AS Tertinggi Dalam 15 Tahun, Dolar Kuat Lagi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 May 2019 21:35
Indeks dolar masih berjaya memasuki perdagangan sesi Amerika Serikat Jumat (17/4/19), perang dagang masih menjadi headline pasar.
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks dolar masih berjaya memasuki perdagangan sesi Amerika Serikat Jumat (17/4/19). Perang dagang masih menjadi headline pasar. Namun, satu kejutan dari kenaikan sentimen konsumen AS memberikan tenaga tambahan bagi dolar.

Meski demikian performa dolar hari ini terbilang tidak terlalu bagus melihat posisinya yang masih ditekan oleh yen Jepang.

Dari enam mata uang yang membentuk indeks ini, dolar mengalami pelemahan lawan yen Jepang 0,1%. Sementara lawan beratnya, yakni euro, dolar menguat tipis 0,11%. Dolar paling kuat melawan poundsterling sebesar 0,49%, sementara terhadap franc Swiss, dolar Kanada, dan krona Swedia menguat 0,14%, 0,16% dan 0,04% 



Performa itu membuat indeks dolar hanya naik tipis 0,04% ke level 97,92 pada pukul 21:19 WIB, melansir data dari Refinitiv.

Di saat perang dagang sedang berkobar justru ada hal unik dari data ekonomi AS, tingkat keyakinan konsumen AS justru naik ke level tertinggi 15 tahun di bulan ini.



Hasil survei University of Michigan menunjukkan tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi AS naik menjadi 102,4 dari bulan April sebesar 97,2. Melesatnya tingkat keyakinan konsumen tersebut akibat pertumbuhan ekonomi AS yang tinggi di kuartal-I 2019, meredakan kecemasan akan pelambatan ekonomi AS.

Eskalasi perang dagang AS-China masih membuat pelaku pasar beralih ke aset-aset safe haven, yang membuat yen mampu menguat lawan dolar AS. The greenback sebenarnya juga mata uang safe haven, tetapi masih kalah dibandingkan yen.

Perang dagang AS-China terlihat akan kembali memanas setelah pada Kamis malam (16/5/2019) waktu setempat, media milik pemerintah China mengatakan bahwa Beijing tak tertarik untuk menggelar negosiasi dagang dengan AS pada saat ini, seperti dilansir dari Bloomberg.

Tanpa adanya langkah yang menunjukkan bahwa AS tulus, menjadi tidak berarti bagi para pejabatnya untuk datang ke China dan menggelar negosiasi dagang, tulis blog Taoran Notes. Sebagai informasi, Taoran Notes merupakan sebuah blog yang terasosiasi dengan Xinhua News Agency dan People's Daily yang merupakan media milik pemerintah China.


Perang dagang juga berpotensi meluas setelah Uni Eropa menyiapkan daftar panjang tarif impor balasan yang akan dijatuhkan kepada produk-produk AS bila Presiden AS Donald Trump benar-benar menjadikan otomotif sebagai sasaran perang dagang terbarunya, dan perang dagang akan semakin meluas.

Presiden Trump memang berencana untuk menunda kenaikan bea impor hingga enam bulan ke depan, namun hal tersebut masih belum pasti.

Gedung Putih memiliki tenggat waktu hingga Sabtu (18/5/2019) besok untuk memutuskan apakah akan mengenakan bea masuk atau resmi menundanya. Keputusan bea impor otomotif tersebut bisa memberikan efek besar pada perdagangan Senin (20/5/19) pekan depan.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Bukan Pamer, Cek Nih Keperkasaan Rupiah Lawan Mata Uang Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular