Makin Seru, 3 Pemain Bersaing di Transportasi Online Vietnam

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
15 April 2019 18:33
Layanan ride hailing on demand Grab Holding harus menghadapi persaingan ketat di Vietnam.
Foto: Penentuan tarif Ojek Online (CNBC Indonesia/Tias Budianto)
Jakarta, CNBC Indonesia- Layanan ride hailing on demand Grab Holding harus menghadapi persaingan ketat di Vietnam. Setelah mengakuisisi Uber, dan mengambil alih wilayah operasional, Grab menjadi perusahaan ride hailing terbesar di Asia Tenggara.

Meski demikian Grab harus menghadapi tantangan pasar di salah satu pasar potensialnya, yakni Vietnam dari pesaing lokal yang juga memiliki ambisi regional.

Seperti dikutip dari Financial Times, pesaing regional seperti Gojek yang meluncurkan layanan ride hailing di Vietnam tahun lalu, dan berencana ekspansi ke layanan taksi. Selain itu ada juga FastGo, startup ride hailing lokal Vietnam yang mulai berkembang.

FastGo mengklaim memiliki 60.000 pengemudi terdaftar. Untuk memikat pengemudi untuk bergabung, mereka menawarkan biaya yang bersifat tetap, jika dibandingkan dengan Grab yang mengenakan biaya berdasarkan persentase.

Perusahaan ini juga berencana hadir di enam negara di Asia Tenggara, dimulai dari Singapura pada akhir 2019. Co-Founder dan CEO FastGo Nguyen Huu Tat mengatakan ketika Uber keluar dari Asia Tenggara, pihaknya melihat peluang.

"Target kami adalah menjadi perusahaan ride hailing Top Three di Asia Tenggara," kata Nguyen.

Selain FastGo, adapula layanan ride hailing lainnya di Vietnam yakni Be Group yang diluncurkan pada Desember. Perusahaan ini menargetkan bisa menggaet 100 ribu pengemudi hingga akhir tahun ini.

Yang dipertaruhkan Grab dan pesaingnya bukan hanya pasar untuk transportasi berbasis aplikasi, melainkan perlombaan untuk menjadi "aplikasi super" yang dominan. Aplikasi super atau Super Apps meliputi layanan transportasi, layanan antar makanan, mengatur pengiriman barang dan pembayaran.

Dalam laporan gabungan 2018, Temasek, perusahaan investasi milik Singapura dan Google, memproyeksikan skala ekonomi digital Vietnam termasuk ride hailing mencapai US$ 9 miliar. Nilai ini akan tumbuh menjadi US$ 33 miliar pada 2025.

Direktur Grab Vietnam Grab Jerry Lim mengatakan Grab tengah mendorong lebih dalam ke layanan lainnya, dengan menggandeng perusahaan pembayaran digital, Vietnam Moca.

"Kami memiliki kumpulan investor strategis jangka panjang yang akan mendanai strategi aplikasi super kami sehari-hari," kata Jery Lim.

Grab juga telah meraih pendanaan US$ 6,5 miliar tahun ini untuk membiayai ekspansinya. Sementara itu, Gojek Indonesia sebagai pesaing besar Grab, juga mengumpulkan pendanaan dalam putaran yang dirahasiakan yang dipimpin oleh investornya termasuk Google, JD.com dan Tencent.

Aturan Baru Pemerintah Vietnam
Persaingan semakin ketat ketika pemerintah Vietnam memperketat peraturan perusahaan ride hailing. Dalam draf aturan terbaru, diusulkan kendaraan ride hailing harus memasang kotak lampu seperti taksi di atap kendaraan mereka, serta mengirimkan rincian pasca perjalanan kepada pihak berwenang, pada setiap perjalanan.

Lim mengatakan industri ride hailing sangat prihatin dengan usulan perubahan ini. "Kami sangat berharap bahwa pemerintah tidak akan menerapkan kebijakan proteksionis yang sedang diadvokasi oleh industri taksi," kata Lim.

Pemerintah Vietnam pun mempertimbangkan aturan yang bisa menarik 175 ribu pengemudi, bersama dengan perusahaan baru lainnya di negara itu.

Setelah membangun ekonomi yang didorong oleh ekspor dengan perusahaan-perusahaan milik asing sebagai tulang punggungnya, Vietnam selama tahun lalu telah mengadopsi peraturan di sektor-sektor seperti farmasi dan pembuatan mobil yang dimaksudkan untuk memperkuat posisi perusahaan lokal.

Saksikan video Laju Bisnis Grab Usai Jadi Decacorn

[Gambas:Video CNBC]


(dob/dob) Next Article Grab Car Kuasai 70% Pangsa Pasar Taxi Online Indonesia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular