Internasional

Mengenal Revolusi Industri 4.0 yang Ciptakan Tsunami PHK

Roy Franedya, CNBC Indonesia
17 January 2019 17:39
Mengenal Revolusi Industri 4.0 yang Ciptakan Tsunami PHK
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC IndonesiaRevolusi industri 4.0 atau yang lebih dikenal sebagai revolusi industri keempat menimbulkan ketakutan bagi banyak pihak soal pekerjaan manusia yang akan digantikan teknologi terkini.

Di Indonesia revolusi industri ini sudah terlihat di sektor perbankan. Banyak karyawan perbankan yang nasibnya terancam karena revolusi Industri ini. Bahkan Jaringan Komunikasi Serikat Pekerja Perbankan Indonesia mencatat sudah ada 50.000 karyawan bank yang di-PHK karena perkembangan teknologi.

Revolusi Industri 4.0 tidak hanya ramai dibicarakan di Indonesia. Revolusi industri keempat ini pun akan menjadi pusat pembicaraan pada pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia (WEF) minggu depan di Davos, Swiss. Tema pertemuan Davos tahun ini mengacu pada bagaimana kombinasi teknologi mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi.

Klaus Schwab, pendiri dan ketua eksekutif WEF yang berbasis di Jenewa, menerbitkan sebuah buku pada tahun 2016, berjudul "Revolusi Industri Keempat" dan menciptakan istilah itu pada pertemuan Davos tahun itu.

Schwab berpendapat revolusi teknologi sedang berlangsung "yang mengaburkan batas antara bidang fisik, digital, dan biologis."

Sederhananya, Revolusi Industri Keempat mengacu pada bagaimana teknologi seperti kecerdasan buatan atau artificial intellegence (AI)kendaraan otonom dan internet bergabung dan memengaruhi kehidupan fisik manusia.

Schwab berpendapat bahwa perubahan teknologi ini secara drastis mengubah cara individu, perusahaan dan pemerintah beroperasi, yang pada akhirnya mengarah pada transformasi masyarakat yang serupa dengan revolusi industri sebelumnya.

Sejarah revolusi industri

Zvika Krieger, head of technology policy and partnerships di WEF, mengatakan kepada CNBC International pada Selasa (15/1/2019) bahwa ada tema umum pada masing-masing revolusi industri: penemuan teknologi spesifik yang mengubah masyarakat secara fundamental.

Revolusi Industri Pertama dimulai di Inggris sekitar tahun 1760. Diperkuat oleh penemuan besar: mesin uap. Mesin uap memungkinkan proses manufaktur baru, yang mengarah ke penciptaan pabrik.

Mengenal Revolusi Industri 4.0 yang Ciptakan Tsunami PHKFoto: Infografis, Arie Pratama

Revolusi Industri Kedua datang kira-kira satu abad kemudian dan ditandai oleh produksi massal di industri-industri baru seperti baja, minyak, dan listrik. Bola lampu, telepon, dan mesin pembakaran internal adalah beberapa penemuan kunci dari era ini.

Penemuan semikonduktor, komputer pribadi dan internet menandai Revolusi Industri Ketiga dimulai pada 1960-an. Ini juga disebut sebagai "Revolusi Digital."

Krieger mengatakan bahwa Revolusi Industri Keempat berbeda dari yang ketiga karena dua alasan: kesenjangan antara dunia digital, fisik dan biologis menyusut, dan teknologi berubah lebih cepat dari sebelumnya.

Untuk membuktikan seberapa cepat perubahan teknologi menyebar, Krieger menunjuk adopsi telepon. Diperlukan 75 tahun bagi 100 juta orang untuk mendapatkan akses ke telepon; aplikasi game "Pokemon Go" menggaet banyak pengguna dalam waktu kurang dari satu bulan pada 2016.

Sebuah Studi pada 2017 oleh European Patent Office menemukan jumlah paten yang diajukan terkait dengan Revolusi Industri Keempat meningkatkan tinggi hingga 54 persen dalam tiga tahun terakhir.

"Teknologi, dan khususnya teknologi digital, sangat terkait dengan banyak bisnis, serta kehidupan sosial dan ekonomi kita, sehingga mencoba memisahkan 'teknologi' dari 'non-teknologi' menjadi semakin mubazir," kata David Stubbs, head of client investment strategy untuk EMEA di JP Morgan Private Bank, dalam email ke CNBC.


Banyak yang tertinggal

Perusahaan, pemerintah, dan individu berjuang untuk mengikuti laju perubahan teknologi yang cepat.

Krieger, yang menjabat sebagai perwakilan pertama Departemen Luar Negeri AS untuk Silicon Valley dari 2016 hingga 2017, mengatakan teknologi sering hilang dari "toolkit pembuat kebijakan". Akibatnya, katanya, perusahaan dibiarkan mengisi kekosongan dan mencoba memahami bagaimana mengimplementasikandan mengatur perkembangan teknologi seperti AI

Studi menunjukkan teknologi seperti kecerdasan buatan akan menghilangkan beberapa pekerjaan, sekaligus menciptakan permintaan akan pekerjaan dan keterampilan baru. Beberapa ahli memperingatkan akan munculnya era di mana mereka yang keterampilan tinggi tinggi akan dihargai dengan upah tinggi, sementara pekerja lainnya tertinggal.


[Gambas:Video CNBC]




(roy) Next Article Jutaan Pekerjaan Terancam Digantikan Robot, Aku Kudu Piye?

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular