Selamat Tinggal, Path!

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
17 September 2018 17:17
Path resmi tutup setelah 8 tahun beroperasi
Foto: Ist Logo Path
Jakarta, CNBC Indonesia- Sejak akhir pekan, warganet ramai-ramai bernostalgia dengan membagikan foto-foto dan postingan mereka di Path, sebuah aplikasi media sosial yang pernah menjadi pesaing Facebook.

Dengan menggunakan tagar #RestinPath, plesetan dari ungkapan 'Rest in Peace' yang berarti beristirahat dengan tenang, mereka kembali membongkar kenangan masa lalu sebelum Path tutup untuk selamanya.Meski informasi tutupnya Path sempat simpang siur, akhirnya pernyataan resmi tentang penutupan dipublikasikan oleh pengembang aplikasi pada hari Senin (17/9/2018).



"Dengan menyesal kami umumkan bahwa kami akan berhenti menyediakan layanan tercinta kami, Path," tulis pengembang aplikasi di situs resminya, lengkap dengan judul 'The Last Goodbye' (perpisahan terakhir kali).

"Selama bertahun-tahun kami telah mencoba untuk merancang misi kami: lewat teknologi dan desain yang kami tujukan untuk menjadi sumber kebahagiaan, makna dan hubungan untuk pengguna kami. Sepanjang perjalanan, kami tertawa dan menangis bersama Anda, dan kami menerima pelajaran berharga," tulisnya.

"Perjalanan ini panjang dan kami dengan tulus berterima kasih kepada Anda sekalian untuk cinta dan dukungan untuk Path selama bertahun-tahun."

Layanan berusia delapan tahun itu akan ditutup dalam jangka waktu satu bulan, tepatnya tanggal 18 Oktober. Namun, aplikasi akan dihapus dari App Store Apple dan Google Play per tanggal 1 Oktober.

Kemudian pada tanggal 15 November, semua layanan pelanggan yang terkait dengan Path akan ditutup.
Path didirikan oleh mantan manajer produk Facebook, Dave Morin, serta duo mantan petinggi Napster yakni Dustin Mierau dan Shawn Fanning. Perusahaan mulai beroperasi di tahun 2010 dengan aplikasi jejaring media sosial yang nyaman dilihat dan, yang terpenting, pengguna hanya bisa berteman dengan 50 akun saja.

Hal itu menjadikan Path sebagai alternatif yang lebih pribadi ketimbang Facebook, ditambah dengan beberapa desain tambahan. Meski kemudian batasan jumlah teman ditambah, kemudian dihapus sepenuhnya.

Pada masa puncaknya, layanan ini memiliki sekitar 15 juta pengguna dan sempat memperoleh dana dengan valuasi US$500 juta (Rp 7,4 triliun), dilansir dari Tech Crunch. Google sempat berniat membeli aplikasi itu dengan harga $100 juta ketika usianya masih hitungan bulan.

Secara keseluruhan, perusahaan rintisan (startup) itu memperoleh pendanaan $55 juta dari berbagai investor, termasuk investor kawakan Silicon Valley seperti Index, Kleiner Perkins dan Redpoint.

Popularitas Path perlahan memudar. Harus diakui bahwa dunia bisnis media sosial memang keras, kecuali untuk Facebook yang saat ini memiliki pengguna aktif lebih dari 1,5 miliar dan secara agresif 'meminjam' elemen-elemen dari desain Path.

Perjalanan Path pun semakin sulit seraya kehilangan karyawan, pengguna, momentum, serta data pengguna. Perusahaan mencoba meluncurkan aplikasi terpisah bernama Path Talk untuk menghubungkan bisnis dan pengguna, tetapi upaya itu berakhir sia-sia dan layanan dijual ke Kakao, raksasa layanan pesan singkat dan internet asal Korea Selatan (Korsel) lewat transaksi tertutup di tahun 2015.

Alasan Kakao melakukan pembelian adalah karena aplikasi itu populer di Indonesia, yang notabene negara dengan populasi terbesar keempat di dunia di mana Path memiliki empat juta pengguna. Pasalnya, perusahaan Korsel itu ingin menjadi pemain utama di pasar Indonesia yang merupakan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan pasar pengguna internet dengan pertumbuhan pesat.

Namun, Path tidak bekerja dengan baik dalam tiga tahun terakhir dan sekarang Kakao juga mencampakkan semua layanannya.
(gus) Next Article Instagram Hapus Likes, Cek Apa Sudah Berlaku di Akunmu?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular