
Perkembangan Teknologi
AI Akan Berkontribusi Rp 193.700 T ke PDB Global
Roy Franedya, CNBC Indonesia
05 September 2018 17:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dapat memberikan tambahan sumbangan 1,2% pada produk domestik bruto (PDB) tahunan dalam dekade mendatang, menurut riset McKinsey Global Institute.
Dalam laporan dirilis Rabu (5/9/2018), AI diperkirakan memberikan sumbangan tambahan US$13 triliun (Rp 193.700 triliun) dalam kegiatan ekonomi global pada tahun 2030, kontribusi ini setara dengan kontribusi teknologi transformatif lainnya seperti mesin uap.
Dalam model penelitian yang dibuat, lembaga riset ini memperkirakan 70% perusahaan akan mengadopsi AI pada 2030, dan sebagian perusahaan besar akan menggunakan berbagai teknologi.
AI menggunakan data besar dan algoritma untuk meniru perilaku manusia. Dua ekonomi terbesar di dunia, AS dan China, berlomba untuk berinvestasi dalam teknologi ini. Bahkan Beijing, telah menjadikan AI sebagai bagian dari rencana lima tahun yang berjalan hingga 2020 dan ingin menjadi pemimpin dalam teknologi ini pada 2030, tulis McKinsey dalam laporannya, CNBC International.
"Tanpa AI, China mungkin menghadapi tantangan besar untuk mencapai target tingkat pertumbuhannya," kata Jeongmin Seong, salah satu penulis laporan itu dan seorang rekan senior di McKinsey Global Institute di Shanghai.
Dia mencatat bahwa produktivitas tenaga kerja China berada di bawah rata-rata global, sementara ekonominya sedang beralih ke sektor konsumsi. Seong mengatakan ia mengharapkan AI memiliki dampak signifikan dalam penjualan dan pemasaran, yang dapat meningkatkan belanja konsumen.
Laporan McKinsey menjelaskan bagaimana AI akan mempengaruhi ekonomi melalui berbagai saluran, termasuk membantu atau menambah tenaga manusia, menggantikannya, memperluas produk dan layanan yang tersedia, meningkatkan aliran data global dan menciptakan kekayaan.
Namun laporan tersebut mencatat implementasi teknologi kemungkinan akan menimbulkan berbagai biaya restrukturisasi perusahaan dan sosial, serta mengganggu pekerjaan, mengurangi konsumsi.
"Peningkatan produktivitas, teknologi hemat tenaga kerja merupakan masalah yang menantang bagi semua ekonomi di dunia," ujar Takashi Miwa, kepala ekonom Nomura pada konferensi pers pada hari Selasa. "Teknologi seperti AI kemungkinan akan menyebabkan ketimpangan pendapatan yang lebih besar," katanya.
(roy/roy) Next Article AI Bisa Memicu Perang Nuklir di 2040
Dalam laporan dirilis Rabu (5/9/2018), AI diperkirakan memberikan sumbangan tambahan US$13 triliun (Rp 193.700 triliun) dalam kegiatan ekonomi global pada tahun 2030, kontribusi ini setara dengan kontribusi teknologi transformatif lainnya seperti mesin uap.
Dalam model penelitian yang dibuat, lembaga riset ini memperkirakan 70% perusahaan akan mengadopsi AI pada 2030, dan sebagian perusahaan besar akan menggunakan berbagai teknologi.
Dia mencatat bahwa produktivitas tenaga kerja China berada di bawah rata-rata global, sementara ekonominya sedang beralih ke sektor konsumsi. Seong mengatakan ia mengharapkan AI memiliki dampak signifikan dalam penjualan dan pemasaran, yang dapat meningkatkan belanja konsumen.
Laporan McKinsey menjelaskan bagaimana AI akan mempengaruhi ekonomi melalui berbagai saluran, termasuk membantu atau menambah tenaga manusia, menggantikannya, memperluas produk dan layanan yang tersedia, meningkatkan aliran data global dan menciptakan kekayaan.
Namun laporan tersebut mencatat implementasi teknologi kemungkinan akan menimbulkan berbagai biaya restrukturisasi perusahaan dan sosial, serta mengganggu pekerjaan, mengurangi konsumsi.
"Peningkatan produktivitas, teknologi hemat tenaga kerja merupakan masalah yang menantang bagi semua ekonomi di dunia," ujar Takashi Miwa, kepala ekonom Nomura pada konferensi pers pada hari Selasa. "Teknologi seperti AI kemungkinan akan menyebabkan ketimpangan pendapatan yang lebih besar," katanya.
(roy/roy) Next Article AI Bisa Memicu Perang Nuklir di 2040
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular