Ratusan Fintech Lending Kolaps di China, Ini Pandangan OJK

Gita Rossiana, CNBC Indonesia
17 August 2018 09:21
OJK tak ingin pertumbuhan fintech justru mengganggu kestabilan industri jasa keuangan.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - China merupakan pasar peer-to-peer (P2P) lending terbesar di dunia dengan perputaran uang fintech pinjam-meminjam sekitar US$ 192 miliar atau setara Rp 2.745,6 triliun.

Namun, ratusan fintech lending di Negeri Tirai Bambu diketahui tengah bertumbangan. Sedikitnya 118 fintech lending gagal memenuhi kewajibannya.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso, mengatakan pihaknya tidak ingin kejadian di China menimpa Indonesia.

"Kami tidak ingin kejadian banyaknya perusahaan peer-to-peer lending yang kolaps di Tiongkok terjadi juga di Indonesia dan merugikan masyarakat luas," katanya di acara Peringatan Hari Ulang Tahun RI yang digelar di Lapangan IRTI Monas, Jumat (17/8/2018).


Wimboh memaparkan saat ini teknologi informasi dan digitalisasi berkembang pesat di industri jasa keuangan termasuk di Indonesia.

Hal ini, kata dia, membuat teknologi informasi dimanfaatkan oleh industri untuk mendigitalisasi produk keuangan sampai dengan pemanfaatan blockchain, big data analytics dan artificial intelligent hingga pesatnya perkembangan perusahaan start-up di industri financial technology.

"Kami harus mampu mengawal dengan baik revolusi di industri keuangan ini agar tidak menggangu stabilitas sistem keuangan,"kata Wimboh.

OJK, jelas Wimboh, tak ingin tumbuhnya infustri fintech justru mengganggu kestabilan industri jasa keuangan.
(ray) Next Article Dari Gojek sampai Tokopedia, Simak Ultimatum dari OJK Ini!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular