
Internasional
Teknologi Pengenalan Wajah AS Berhasil Ringkus Turis 'Nakal'
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
25 August 2018 15:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Teknologi pengenalan wajah berhasil meringkus seorang pria yang mencoba menggunakan paspor palsu untuk masuk ke wilayah Amerika Serikat (AS) melalui Bandara Washington Dulles.
Dilansir dari AFP, Sabtu (28/8/2018), pernyataan resmi pemerintah menyebutkan, pejabat perbatasan mampu mengidentifikasi bahwa pria yang dimaksud terbukti menggunakan paspor Prancis palsu, tepat tiga hari setelah teknologi tersebut digunakan.
[Gambas:Video CNBC]
Bea Cukai dan Pelindung Perbatasan Departemen Keamanan Dalam Negeri AS mengatakan, Dulles adalah satu dari 14 bandara yang sudah terlebih dahulu mengadopsi teknologi pengenalan wajah bagi setiap orang yang datang ke AS.
Pada Rabu waktu setempat, seorang pria berusia 26 tahun yang melakukan perjalanan dari Sao Paulo, Brasil, berusaha masuk melalui wilayah perbatasan AS dengan menggunakan paspor Prancis.
Namun, sistem biometrik perbandingan wajah menentukan bahwa pria itu tidak cocok dengan paspor yang diberikan. Teknologi itu mengungkapkan bahwa pria tersebut memiliki kartu identitas resmi dari Kongo yang disembunyikan di sepatunya.
Penggunaan pengenalan wajah memang telah banyak digunakan untuk penegakan hukum, mengontrol lalu lintas di daerah perbatasan, meskipun kekhawatiran atas perlindungan privasi seseorang juga ikut mengemuka.
Aktivis privasi menyebutkan ada beberapa fitur dalam database teknologi tersebut yang dianggap bisa membangkitkan kekhawatiran akan pengawasan seperti Big Brother dalam novel 1984 karya George Orwell.
Dalam sebuah studi disebutkan bahwa teknologi pengenalan wajah tidak selalu akurat, terutama bagi orang kulit berwarna. Hal ini yang menjadi landasan kehadiran teknologi tersebut cukup memberikan kekhawatiran.
Sejauh ini, teknologi tersebut sudah diadopsi di seluruh dunia, di mana China menjadi salah satu negara yang menggunakan pengenalan wajah untuk melakukan penegakan hukum.
Pejabat perbatasan menyebut dengan menggunakan sistem biometri tersebut, secara tidak langsung mempercepat proses lalu lintas keluar masuk seseorang di wilayah perbatasan.
Instansi ini bahkan menilai penggunaan teknologi tersebut bisa menjadi alternatif check - in keberangkatan. Artinya, para wisatawan yang ingin pergi bisa menggunakan biometrik teknologi ini sebagai pengganti boarding pass mereka.
Sebagai informasi, teknologi pengenalan wajah sudah mulai digunakan sejak awal tahun ketika aparat berhasil meringkus seorang pelaku penembakan di ruang redaksi sebuah media di Annapolis, Maryland, AS meskipun ia tidak dapat diidentifikasi menggunakan sidik jari.
(prm) Next Article Bayar Tiket, Kereta China Gunakan Teknologi Pengenalan Wajah
Dilansir dari AFP, Sabtu (28/8/2018), pernyataan resmi pemerintah menyebutkan, pejabat perbatasan mampu mengidentifikasi bahwa pria yang dimaksud terbukti menggunakan paspor Prancis palsu, tepat tiga hari setelah teknologi tersebut digunakan.
[Gambas:Video CNBC]
Bea Cukai dan Pelindung Perbatasan Departemen Keamanan Dalam Negeri AS mengatakan, Dulles adalah satu dari 14 bandara yang sudah terlebih dahulu mengadopsi teknologi pengenalan wajah bagi setiap orang yang datang ke AS.
Namun, sistem biometrik perbandingan wajah menentukan bahwa pria itu tidak cocok dengan paspor yang diberikan. Teknologi itu mengungkapkan bahwa pria tersebut memiliki kartu identitas resmi dari Kongo yang disembunyikan di sepatunya.
Penggunaan pengenalan wajah memang telah banyak digunakan untuk penegakan hukum, mengontrol lalu lintas di daerah perbatasan, meskipun kekhawatiran atas perlindungan privasi seseorang juga ikut mengemuka.
Aktivis privasi menyebutkan ada beberapa fitur dalam database teknologi tersebut yang dianggap bisa membangkitkan kekhawatiran akan pengawasan seperti Big Brother dalam novel 1984 karya George Orwell.
Dalam sebuah studi disebutkan bahwa teknologi pengenalan wajah tidak selalu akurat, terutama bagi orang kulit berwarna. Hal ini yang menjadi landasan kehadiran teknologi tersebut cukup memberikan kekhawatiran.
Sejauh ini, teknologi tersebut sudah diadopsi di seluruh dunia, di mana China menjadi salah satu negara yang menggunakan pengenalan wajah untuk melakukan penegakan hukum.
Pejabat perbatasan menyebut dengan menggunakan sistem biometri tersebut, secara tidak langsung mempercepat proses lalu lintas keluar masuk seseorang di wilayah perbatasan.
Instansi ini bahkan menilai penggunaan teknologi tersebut bisa menjadi alternatif check - in keberangkatan. Artinya, para wisatawan yang ingin pergi bisa menggunakan biometrik teknologi ini sebagai pengganti boarding pass mereka.
Sebagai informasi, teknologi pengenalan wajah sudah mulai digunakan sejak awal tahun ketika aparat berhasil meringkus seorang pelaku penembakan di ruang redaksi sebuah media di Annapolis, Maryland, AS meskipun ia tidak dapat diidentifikasi menggunakan sidik jari.
(prm) Next Article Bayar Tiket, Kereta China Gunakan Teknologi Pengenalan Wajah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular