CNBC Indonesia VIP Forum

'Jangan Sampai Perkembangan E-Commerce Jadi Bumerang'

Lidya Julita S, CNBC Indonesia
07 August 2018 15:43
Marketplace banyak jual barang impor buat transaksi berjalan terus defisit.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mengimbau agar digitalisasi dapat mendukung ekonomi bisa tumbuh lebih baik lagi, bukannya menjadi bumerang. Caranya adalah dengan meminimalkan produk impor.

Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Erwin Haryono mengatakan pihaknya pernah memanggil salah satu toko online (e-commerce) terbesar di Indonesia. Di marketplace itu, 99% barang yang dijual merupakan impor dari China.

"Jangan sampai perkembangan e-commerce jadi bumerang, barang impor makin banyak kita defisit-defisit lagi (current account deficit/ CAD)," ujar Erwin dalam acara CNBC Indonesia VIP Forum, Selasa (9/8/2018). Defisit ini pada akhirnya akan ikut berdampak pada melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) seperti yang terjadi sejak beberapa waktu lalu.

Erwin mengatakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, industri kecil menengah (IKM) harus bisa masuk ke e-commerce dan membuat produk tersebut semakin layak di perdagangkan.

"Tentukan ini peran regulator. Untungnya sudah banyak sekali kementerian berbicara dengan marketplace tentang hal yang sama, yaitu membawa produk-produk kita masuk e-commerce," tambah Erwin.
 "Kemenkominfo menargetkan ada 8 juta UMKM masuk e-commerce kemudian direvisi menjadi 12,5 juta, yang bisa kita lakukan di sini adalah kita bisa perbaiki impor."

Erwin menambahkan ekonomi digital diharapkan bisa membantu menjadikan Indonesia sebagai negara maju. Untuk menjadi negara maju perlu pertumbuhan ekonomi 8% per tahun. Dengan pertumbuhan ini, Indonesia akan menjadi negara maju pada 2045.


(roy/prm) Next Article Pedagang Asing Ramai di e-Commerce, Kemendag Siapkan Aturan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular