Perkembangan Teknologi

Begini Cara AI dan Teknologi Membantu Manusia Beribadah

Tito Bosnia, CNBC Indonesia
12 May 2018 16:40
Di Jepang Robot Peppa jadi membantu upacara pemakaman dengan harga yang lebih murah.
Foto: IST Via CNBC International
Jakarta, CNBC Indonesia - Teknologi dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) sedang marak digunakan dalam membentuk interaksi antar manusia mulai dari makanan, kesehatan bahkan agama.

Teknologi dan AI yang diterapkan dalam kegiatan religius tersebut diantaranya kitab suci elektronik hingga pendeta robot, yang dinilai telah meningkatkan praktik keagamaan di seluruh dunia.

Misalnya, umat muslim di seluruh dunia saat ini dapat mengunduh aplikasi yang dilengkapi dengan berbagai layanan untuk membantu beribadah seperti jadwal doa harian, kompas elektronik yang mengarah ke Mekkah hingga aplikasi yang secara otomatis menyesuaikan waktu puasa selama bulan Ramadhan.

Pengembang asal Jepang juga selangkah lebih maju dengan memperkenalkan seorang robot pendeta yang terprogram untuk melakukan ritual agama Buddha. Robot humanoid Peppa tersebut dikemas dalam pakaian peribadahan yang dapat melakukan upacara pemakaman hanya dengan harga US$ 462, atau lebih murah dibandingkan dengan seorang pendeta manusia yang dibayar US$ 2.232 dengan beban tugas yang sama.

Menurut peneliti dari The Faraday Institute Dr Beth Singler, masuknya teknologi ke dalam agama tidak selalu mudah. Para pemimpin agama semakin prihatin dengan moralitas dan etika di balik penciptaan mesin yang menyerupai manusia, penggunaan sosial media yang berlebihan dan penggunaan sexbots sebagai contoh.

"Terdapat kekhawatiran tentang apa gunanya manusia jika teknologi dan AI digunakan, mungkinkah hal tersebut dapat mempengaruhi keistimewaan kita ataukah tidak," ujar Singler kepada CNBC Internasional.

Singler menambahkan, citra stereotip robot pembunuh terutama di bioskop membuat perdebatan tentang apa sebenarnya yang dimaksud AI dalam praktiknya untuk agama. Baginya, chatbots dan algoritma menjadi semakin nyata dalam perannya sebagai AI untuk agama.

"Algoritma lebih memprihatinkan daripada citra robot yang mirip Terminator. Efeknya pada kehidupan manusia, seperti menentukan jumlah yang anda bayar untuk tagihan rumah hingga perubahan-perubahan kecil yang dapat terakumulasi menjadi perubahan besar," tambah Singler.

Penganut agama Katholik juga dapet terhubung ke aplikasi Chatbot Confession untuk berinteraksi dalam percakapan dua arah yang nyata untuk menghilangkan potensi rasa malu dalam mengungkapkan rasa bersalah. Penggunaan Chatbot Confession diragukan menyusul kebocoran data yang dilakukan Cambridge Analytica di Facebook.   


Profesor Stephen Hawking dan CEO Tesla Elon Musk juga telah menyuarakan keprihatinan atas potensi ancaman yang dihadapi manusia jika teknologi melalui AI dapat mengenali potensi penuh orang tersebut.

Keinginan untuk memasukkan unsur karaktersitik manusia ke objek tersebut, menimbulkan pertanyaan hati nurani yang tidak dapat dimiliki robot dibandingkan dengan manusia.



(roy) Next Article Hebat! Anchor TV Ini Bukan Manusia Tapi Virtual

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular