
Perkembangan Teknologi
Ingin Tingkatkan Industri AI, India Harus Kejar China dan AS
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
11 May 2018 17:51

Usaha India muncul seraya persaingan AI antara China dan AS semakin ketat, apalagi China ingin menjadi nomor satu di dunia dalam hal AI pada tahun 2030.
Sementara itu, India terlambat memasuki permainan ini dan kemungkinan tidak akan mendominasi bidang itu, kecuali di beberapa area, kata para pakar.
Sharma dari IDC mengatakan negara itu perlu menyelesaikan beberapa masalah terlebih dahulu.
"India memiliki peluang untuk bersaing di tingkat global, asalkan rintangannya diatasi." Tantangan, katanya, termasuk kualitas data dan integritas yang buruk, serta kurangnya keahlian.
Kritik-kritik tersebut bukanlah kabar baru untuk New Delhi.
"Tantangan terpenting di India adalah untuk mengumpulkan, memvalidasi [...] mendistribusi data terkait AI dan membuatnya dapat diakses oleh organisasi, masyarakat dan sistem tanpa berkompromi pada privasi dan etika. Data adalah landasan dasar dari sistem AI dan keandalan sistem AI bergantung terutama pada kualitas dan kuantitas data," kata laporan pemerintah.
Milan Sheth, Partner yang mengatasi otomatisasi kecerdasan di EY, menambahkan, "Ada keperluan untuk kembali melatih banyak orang dalam waktu yang singkat. Ini akan memakan waktu beberapa tahun, tetapi perkembangan teknologi juga akan membutuhkan waktu yang sama. Untuk menyesuaikan laju dengan adopsi, inilah tantangannya".
Sementara India kemungkinan tidak bisa segera berkompetisi, negara itu masih bisa mencoba menjadi yang nomor satu di beberapa area seperti industri elektronik, kata Sheth.
"[Negara] itu akan bertaruh untuk mendominasi di beberapa rea, tetapi tidak bisa bersaing dengan AS atau China dalam investasi akademis," katanya, seraya menambahkan bahwa sangat sedikit perusahaan di India yang memperoleh pendanaan memadai untuk riset.
Produk domestik bruto (PDB) India mencapai US$6 triliun (Rp 83.694 triliun) karena doronga digitalisasi, menurut proyeksi sebelumnya oleh Morgan Stanley. Fakta tersebut menjadikan India sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia, setelah AS dan China yang masing-masing mencatatkan $18,5 triliun dan $11,2 triliun PDB di tahun 2016.
(roy)
Sementara itu, India terlambat memasuki permainan ini dan kemungkinan tidak akan mendominasi bidang itu, kecuali di beberapa area, kata para pakar.
Kritik-kritik tersebut bukanlah kabar baru untuk New Delhi.
"Tantangan terpenting di India adalah untuk mengumpulkan, memvalidasi [...] mendistribusi data terkait AI dan membuatnya dapat diakses oleh organisasi, masyarakat dan sistem tanpa berkompromi pada privasi dan etika. Data adalah landasan dasar dari sistem AI dan keandalan sistem AI bergantung terutama pada kualitas dan kuantitas data," kata laporan pemerintah.
Milan Sheth, Partner yang mengatasi otomatisasi kecerdasan di EY, menambahkan, "Ada keperluan untuk kembali melatih banyak orang dalam waktu yang singkat. Ini akan memakan waktu beberapa tahun, tetapi perkembangan teknologi juga akan membutuhkan waktu yang sama. Untuk menyesuaikan laju dengan adopsi, inilah tantangannya".
Sementara India kemungkinan tidak bisa segera berkompetisi, negara itu masih bisa mencoba menjadi yang nomor satu di beberapa area seperti industri elektronik, kata Sheth.
"[Negara] itu akan bertaruh untuk mendominasi di beberapa rea, tetapi tidak bisa bersaing dengan AS atau China dalam investasi akademis," katanya, seraya menambahkan bahwa sangat sedikit perusahaan di India yang memperoleh pendanaan memadai untuk riset.
Produk domestik bruto (PDB) India mencapai US$6 triliun (Rp 83.694 triliun) karena doronga digitalisasi, menurut proyeksi sebelumnya oleh Morgan Stanley. Fakta tersebut menjadikan India sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia, setelah AS dan China yang masing-masing mencatatkan $18,5 triliun dan $11,2 triliun PDB di tahun 2016.
(roy)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular