
Perkembangan Teknologi
Ingin Tingkatkan Industri AI, India Harus Kejar China dan AS
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
11 May 2018 17:51

Jakarta, CNBC Indonesia - India berambisi untuk meningkatkan kemampuannya dalam kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Namun, para pakar mengatakan negara itu kemungkinan besar tidak bisa mengejar Amerika Serikat (AS) dan China yang bersaing kuat untuk menjadi nomor satu di dunia dalam hal AI.
Satuan tugas (satgas) yang ditunjuk pemerintah India telah merilis sebuah rencana komprehensif dengan sejumlah rekomendasi untuk mendorong sektor AI di negara itu setidaknya selama lima tahun ke depan, mulai dari mengembangkan infrastruktur dan teknologi AI sampai penggunaan data dan riset, demikian dilansir dari CNBC International.
Satgas yang ditunjuk oleh Kementerian Perdagangan dan Perindustrian India mengusulkan pemerintah bekerjasama dengan sektor swasta untuk mengembangkan teknologi, berfokus pada kota-kota pintar serta insfratruktur tenaga dan air negara itu.
Satgas itu juga merekomendasikan sebuah jaringan infrastruktur, yaitu fasilitas uji coba dan enam pusat yang berfokus pada riset untuk menghasilkan teknologi AI seperti robotik, truk otonom dan teknologi keuangan canggih.
Sebuah pusat data bisa dibentuk untuk "mengembangkan mesin AI otonom yang bisa bekerja pada berbagai aliran data di waktu bersamaan," kata rencana itu. Dengan menyebut data itu sebagai "bahan bakar yang menjalankan AI", laporan itu mengatakan marketplace dan bursa data dapat memungkinkan "aliran data yang bebas".
Meskipun terdapat aspirasi-aspirasi semacam itu, para pakar mengatakan dukungan riset yang kurang memadai, kualitas data yang buruk dan kurangnya keahlian itu akan menjadi hambatan bagi India.
Rishi Sharma, seorang Associate Research Manager untuk Usaha Infrastruktur di perusahaan riset IDC, mengatakan, "India tertinggal dari dominasi global di bidang AI saat ini [...] Butuh waktu sebelum [India] memposisikan diri secara global".
Kementerian Perdagangan dan Perindustrian India tidak merespon permintaan komentar dari CNBC Internasional.
Rencana India untuk Sebarkan AI
Dari pengelolaan panen sampai memberantas terorisme, ada rencana untuk menyebarkan AI ke 10 sektor di negara dengan perekonomian terbesar ketiga di Asia ini. Sektor-sektor tersebut termasuk manufaktur, pelayanan kesehatan, pertanian, pendidikan dan utilitas publik.
Berikut adalah beberapa area yang diusulkan oleh satgas itu:
Usaha India muncul seraya persaingan AI antara China dan AS semakin ketat, apalagi China ingin menjadi nomor satu di dunia dalam hal AI pada tahun 2030.
Sementara itu, India terlambat memasuki permainan ini dan kemungkinan tidak akan mendominasi bidang itu, kecuali di beberapa area, kata para pakar.
Sharma dari IDC mengatakan negara itu perlu menyelesaikan beberapa masalah terlebih dahulu.
"India memiliki peluang untuk bersaing di tingkat global, asalkan rintangannya diatasi." Tantangan, katanya, termasuk kualitas data dan integritas yang buruk, serta kurangnya keahlian.
Kritik-kritik tersebut bukanlah kabar baru untuk New Delhi.
"Tantangan terpenting di India adalah untuk mengumpulkan, memvalidasi [...] mendistribusi data terkait AI dan membuatnya dapat diakses oleh organisasi, masyarakat dan sistem tanpa berkompromi pada privasi dan etika. Data adalah landasan dasar dari sistem AI dan keandalan sistem AI bergantung terutama pada kualitas dan kuantitas data," kata laporan pemerintah.
Milan Sheth, Partner yang mengatasi otomatisasi kecerdasan di EY, menambahkan, "Ada keperluan untuk kembali melatih banyak orang dalam waktu yang singkat. Ini akan memakan waktu beberapa tahun, tetapi perkembangan teknologi juga akan membutuhkan waktu yang sama. Untuk menyesuaikan laju dengan adopsi, inilah tantangannya".
Sementara India kemungkinan tidak bisa segera berkompetisi, negara itu masih bisa mencoba menjadi yang nomor satu di beberapa area seperti industri elektronik, kata Sheth.
"[Negara] itu akan bertaruh untuk mendominasi di beberapa rea, tetapi tidak bisa bersaing dengan AS atau China dalam investasi akademis," katanya, seraya menambahkan bahwa sangat sedikit perusahaan di India yang memperoleh pendanaan memadai untuk riset.
Produk domestik bruto (PDB) India mencapai US$6 triliun (Rp 83.694 triliun) karena doronga digitalisasi, menurut proyeksi sebelumnya oleh Morgan Stanley. Fakta tersebut menjadikan India sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia, setelah AS dan China yang masing-masing mencatatkan $18,5 triliun dan $11,2 triliun PDB di tahun 2016.
(roy) Next Article Akankah Robot Merebut Pekerjaan Manusia? Ini Jawabannya
Satuan tugas (satgas) yang ditunjuk pemerintah India telah merilis sebuah rencana komprehensif dengan sejumlah rekomendasi untuk mendorong sektor AI di negara itu setidaknya selama lima tahun ke depan, mulai dari mengembangkan infrastruktur dan teknologi AI sampai penggunaan data dan riset, demikian dilansir dari CNBC International.
Sebuah pusat data bisa dibentuk untuk "mengembangkan mesin AI otonom yang bisa bekerja pada berbagai aliran data di waktu bersamaan," kata rencana itu. Dengan menyebut data itu sebagai "bahan bakar yang menjalankan AI", laporan itu mengatakan marketplace dan bursa data dapat memungkinkan "aliran data yang bebas".
Meskipun terdapat aspirasi-aspirasi semacam itu, para pakar mengatakan dukungan riset yang kurang memadai, kualitas data yang buruk dan kurangnya keahlian itu akan menjadi hambatan bagi India.
Rishi Sharma, seorang Associate Research Manager untuk Usaha Infrastruktur di perusahaan riset IDC, mengatakan, "India tertinggal dari dominasi global di bidang AI saat ini [...] Butuh waktu sebelum [India] memposisikan diri secara global".
Kementerian Perdagangan dan Perindustrian India tidak merespon permintaan komentar dari CNBC Internasional.
Rencana India untuk Sebarkan AI
Dari pengelolaan panen sampai memberantas terorisme, ada rencana untuk menyebarkan AI ke 10 sektor di negara dengan perekonomian terbesar ketiga di Asia ini. Sektor-sektor tersebut termasuk manufaktur, pelayanan kesehatan, pertanian, pendidikan dan utilitas publik.
Berikut adalah beberapa area yang diusulkan oleh satgas itu:
- Pertahanan Nasional: Melindungi masyarakat dan infrastruktur penting dan memprediksi serangan teror, robot untuk melawan operasi terorisme.
- Pengelolaan panen: Menggunakan AI untuk prediksi panen, pengelolaan kesehatan dan pemilihan berdasarkan data riwayat dan faktor terkini. Pengawasan tanaman dan pengumpulan data bisa dilakukan dengan pesawat nirawak (drone) dan robot.
- Lingkungan: Untuk mengotomatisasi dan mengendalikan, di sumbernya, tingkat asap dan limbah yang dikeluarkan ke udara, tanah dan air.
Usaha India muncul seraya persaingan AI antara China dan AS semakin ketat, apalagi China ingin menjadi nomor satu di dunia dalam hal AI pada tahun 2030.
Sementara itu, India terlambat memasuki permainan ini dan kemungkinan tidak akan mendominasi bidang itu, kecuali di beberapa area, kata para pakar.
"India memiliki peluang untuk bersaing di tingkat global, asalkan rintangannya diatasi." Tantangan, katanya, termasuk kualitas data dan integritas yang buruk, serta kurangnya keahlian.
Kritik-kritik tersebut bukanlah kabar baru untuk New Delhi.
"Tantangan terpenting di India adalah untuk mengumpulkan, memvalidasi [...] mendistribusi data terkait AI dan membuatnya dapat diakses oleh organisasi, masyarakat dan sistem tanpa berkompromi pada privasi dan etika. Data adalah landasan dasar dari sistem AI dan keandalan sistem AI bergantung terutama pada kualitas dan kuantitas data," kata laporan pemerintah.
Milan Sheth, Partner yang mengatasi otomatisasi kecerdasan di EY, menambahkan, "Ada keperluan untuk kembali melatih banyak orang dalam waktu yang singkat. Ini akan memakan waktu beberapa tahun, tetapi perkembangan teknologi juga akan membutuhkan waktu yang sama. Untuk menyesuaikan laju dengan adopsi, inilah tantangannya".
Sementara India kemungkinan tidak bisa segera berkompetisi, negara itu masih bisa mencoba menjadi yang nomor satu di beberapa area seperti industri elektronik, kata Sheth.
"[Negara] itu akan bertaruh untuk mendominasi di beberapa rea, tetapi tidak bisa bersaing dengan AS atau China dalam investasi akademis," katanya, seraya menambahkan bahwa sangat sedikit perusahaan di India yang memperoleh pendanaan memadai untuk riset.
Produk domestik bruto (PDB) India mencapai US$6 triliun (Rp 83.694 triliun) karena doronga digitalisasi, menurut proyeksi sebelumnya oleh Morgan Stanley. Fakta tersebut menjadikan India sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia, setelah AS dan China yang masing-masing mencatatkan $18,5 triliun dan $11,2 triliun PDB di tahun 2016.
(roy) Next Article Akankah Robot Merebut Pekerjaan Manusia? Ini Jawabannya
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular