Liputan Khusus

Startup di 6 Bidang Ini Berpotensi Jadi Unicorn Masa Depan

Arina Yulistara, CNBC Indonesia
06 May 2018 14:09
Startup di enam bidang ini diperkirakan akan menjadi unicorn selanjutnya.
Foto: REUTERS/Beawiharta
Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak bermunculan startup baru berbasis teknologi di Indonesia belakangan ini. Sejumlah startup atau perusahaan rintisan Indonesia bahkan sudah masuk kelas unicorn atau memiliki nilai lebih dari US$1 miliar (Rp 13,8 triliun) seperti Go-Jek, Tokopedia, atau Traveloka.

Chief Executive Kibar Kreasi Indonesia yang menaungi 137 startup lokal, Yansen Kamto, mengatakan model startup yang berkecimpung di enam sektor ini memiliki peluang besar menjadi perusahaan unicorn selanjutnya.

[Gambas:Video CNBC]

"Agriculture, education, healthcare, tourism, logistics, dan sekarang yang berkembang adalah smart energy. Semua sejalan dengan prioritas pemerintah kita sekarang," papar Yansen saat berjumpa dengan CNBC Indonesia di kantor Kibar, Jl. Raden Saleh, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (3/5/2018).

"Itulah masalah-masalah yang menjadi prioritas untuk diselesaikan. Enam sektor itu kita sebut startup masa depan. Buat Indonesia yakin the next big thing adalah startup yang muncul dari sektor tadi," tambahnya.

Dengan alasan itulah, Yansen mendorong milenial mengeksplorasi diri agar bisa berkembang di enam sektor tersebut. Kini sudah banyak pendiri startup lokal yang mencoba berkecimpung di dalamnya.

Yansen menambahkan, jika ingin menjadi unicorn, ide membuat startup tak hanya menciptakan solusi biasa tapi terus berinovasi. Semakin besar masalah yang bisa diselesaikan maka pasarnya tentu kian meluas.

"Kalau masalahnya besar tentu market-nya besar. Kalau banyak yang pakai solusi kita dan akhirnya berbayar transaksinya bisa gede, valuasinya semakin besar, bisa jadi unicorn," ujarnya.


"Misal, kita bisa membantu petani menjual hasil tanaman dengan harga yang masuk akal, warga kota bisa membeli langsung dari petani dengan harga lebih terjangkau akhirnya ini kan benefit buat dua-duanya," kata pria dengan gaya khas berkacamata dan memakai celana pendek itu.

Jadi, sebenarnya startup harus memberikan solusi dari masalah. Hanya saja persoalan yang sering dihadapi para pendiri startup adalah solusi seperti apa yang akan ditawarkan, apakah ingin memberikan solusi yang biasa saja, yang dibutuhkan, atau bahkan yang menimbulkan ketergantungan. Semuanya bergantung pada visi dan misi para pendiri startup tersebut.

Menurut Yansen, untuk langkah awal cukuplah dengan menyediakan solusi yang dibutuhkan masyarakat, tidak biasa saja tapi tak harus membuat orang menjadi ketergantungan. Baru kemudian mengembangkannya secara bertahap dengan berinovasi.

"Saya menyarankan untuk teman-teman bikin startup tidak sekadar permen yang kadang orang mau makan kadang tidak, tapi tidak perlu juga adiktif yang buat orang kecanduan. Buatlah startup seperti obat yang pasti dipakai saat mereka butuh, jadi sudah pasti bisnis modelnya," tandasnya.


(prm) Next Article Bangun Startup? Wajib Punya Tim dari 3 Jurusan Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular