Teknologi 5G Bisa Ubah Total Industri Video Game

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
29 April 2018 11:52
Video game kelas dunia bisa dimainkan disemua perangkat, di manapun. Itu memang bukan prediksi baru, tapi bisa saja akan segera terjadi.
Foto: Eric Gaillard / Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia- Video game kelas dunia bisa dimainkan disemua perangkat, di manapun. Itu memang bukan prediksi baru, tapi bisa saja akan segera terjadi.

Analis game Michael Pachter dari Wedbush Securities mengatakan dalam sebuah video tahun lalu "piranti lunak (software) konsol akan menggeser posisi konsol" setidaknya di tahun 2019 atau 2020. "Setiap generasi konsol ke depannya akan sekitar setengah lebih besar dari generasi sebelumnya" karena para konsumen memperoleh pilihan yang lebih banyak untuk melakukan sesuatu tanpa konsol, jelasnya.



Layanan streaming berkualitas tinggi juga sudah lama dipandang sebagai pembatas besar untuk konsumen layanan digital, dan perusahaan dari berbagai bidang mencoba mengikuti Netflix dan Spotify.Layaknya para raksasa teknologi yang menyimpan video dan musik di luar perangkat konsumen, perusahaan juga ingin menampilkan video game langsung dari server jarak jauh.

"Kecanggihan di komputasi cloud akan menjadi pengaruh utama dalam dunia game di masa depan," kata Jud Waite, Analis di CB Insights, kepada CNBC Internasional dalam sebuah surel, Minggu, 29 April 2018.

"Para pengembang konsol mungkin akan bergeser ke layanan berlangganan berbasis cloud yang menyediakan fleksibilitas lebih tinggi dan ongkos awal terbatas bagi para gamer, sementara memberi akses ke upgrade kinerja secara rutin," tambahnya.

Digabungkan dengan meroketnya harga graphic card berperforma tinggi dari ledakan cryptocurrency (mata uang kripto) di tahun 2017, beberapa orang mempertanyakan apakah kemunculan cloud gaming akan menjadi awal dari runtuhnya pamor perangkat berperforma tinggi di industri.

Layanan seperti Playstation Now dari Sony dan Shadow dari start-up asal Perancis, Blade, semuanya mencoba untuk menjejakkan kaki di cloud gaming. Namun, teknologinya masih belum sempurna, dan para penjelajah internet pun menemui sejumlah harapan. Meskipun begitu, solusi untuk masalah mereka bisa jadi akan segera datang, yaitu standard jaringan nirkabel masa depan yang dikenal sebagai "5G".

Sebuah kenyataan

Di samping persediaan layanan cloud gaming yang terbatas karena perlu pusat data untuk bisa dekat dengan pengguna, harganya juga lebih mahal daripada biaya langganan bulanan di Netflix ataupun Spotify.

Saat ini, Sony mematok biaya US$ 19,99 (Rp 276.881) bagi para pengguna di Amerika Serikat (AS) untuk satu bulan berlangganan Playstation Now. Sementara itu, Shadow dihargai $34,95 per bulan untuk komitmen satu tahun di layanannya. Jika dibandingkan, ongkos berlangganan premium Netflix hanya senilai $13,99.

Harga kanal-kanal tersebut cukup mengejutkan karena kritik tentang kehandalan pengalaman video game yang mereka jual. Permasalahan seperti latensi yang disebabkan oleh masalah konektivitas nirkabel seringkali muncul, menurut ulasan-ulasan awal untuk Shadow di AS dan Inggris. Para pengulas berkata hal itu berarti sesi permainan lintas perangkat yang tidak konsisten.

Latensi, atau waktu yang dibutuhkan sebuah perangkat untuk berkomunikasi dengan perangkat lainnya, bisa menjadi masalah di jaringan nirkabel. Hasilnya adalah jeda waktu antara masukan perintah dan efek yang terjadi.

Pada tahun 2017, Sony mengumumkan menghentikan layanan Playstation Now di semua perangkat kecuali personal computer (PC) Windows dan Playstation 4. Perusahaan mengatakan mereka ingin fokus memperbaiki pengalaman pengguna.

CNBC Internasional berusaha meminta komentar Sony terkait kemungkinan kembali memperluas jumlah kanal yang didukung oleh layanan Playstation Now, tetapi pihak perusahaan menolak berkomentar tentang itu ataupun dampak dari 5G terhadap layanan jaringannya.

Apakah 5G jawabannya?

Di awal tahun ini, Wakil Direktur Utama Gartner Research Mark Hung mengatakan kepada CNBC Internasional bahwa 5G bisa "mengaktifkan internet taktil" dengan latensi yang singkat dan umpan balik yang terasa instan.

Proyeksi tersebut menunjukkan 5G bisa menjadi jawaban bagi masalah latensi permainan berbasis cloud.Latensi 5G yang rendah akan menjadi kunci pembeda dari 4G, kata Kagan. Kazunori Ito, Analis Ekuitas Senior di Ibbotson Associates Jepang, juga setuju dengan pandangan itu.

"Hal paling penting untuk komunikasi generasi selanjutnya yang berdampak pada video game, tidak hanya pada kecepatan tapi juga rendahnya latensi," kata Ito, yang memiliki spesialisasi di industri komunikasi.

Saat berbicara dengan CNBC Internasional, Ito mengatakan patokan yang disepakati oleh lembaga pemerintah untuk standard telekomunikasi berarti 5G akan bertujuan untuk mengurangi latensi hingga 0,5 mili detik. Artinya, jaringan tersebut akan lebih cepat 10 mili detik daripada standard 4G saat ini.
(gus/gus) Next Article Ambisi Trump di Teknologi 5G Terancam Karena Blokir Huawei?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular