Internasional

Beberapa Pesohor Ini Diduga Beli Follower di Media Sosial

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
20 February 2018 15:32
Beberapa pesohor ini dilaporkan membeli follower namun banyak di antaranya yang membantah hal itu
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Jual beli follower semakin marak terjadi ketika popularitas di media sosial menjadi sangat penting dan dapat dimonetisasi.

Penelusuran The New York Times (NYT) baru-baru ini mengarah pada sebuah perusahaan gelap asal Amerika Serikat (AS) bernama Devumi, yang telah mengumpulkan jutaan dolar dari pasar gelap penipuan di media sosial.

Pendiri Devumi, German Calas, menampik tuduhan bahwa perusahaannya menjual follower palsu dan mengatakan bahwa ia tidak tahu-menahu tentang pencurian identitas sosial dari pemilik akun asli.

Namun, catatan perusahaan yang ditelusuri oleh tim NYT mengungkapkan apa yang ingin disembunyikan oleh Devumi dan konsumennya.

Sebagian besar para pesohor pengguna layanan Devumi menjual produk, layanan, atau citra diri mereka sendiri di media sosial. Penjelasan mereka pun berbeda-beda ketika diwawancara.

Mereka membeli follower karena penasaran tentang cara kerjanya atau merasa tertekan untuk memperoleh jumlah follower yang tinggi untuk dirinya sendiri atau pelanggannya.

“Semua orang melakukannya,” kata aktris Deidre Lovejoy, konsumen Devumi.

Sementara beberapa orang mengatakan mereka percaya Devumi memasok penggemar atau konsumen potensial yang asli, yang lain mengaku mereka mengetahui atau curiga mendapatkan akun palsu. Beberapa bahkan berkata mereka menyesal telah membeli follower.

“Ini adalah penipuan,” kata James Cracknell, pendayung dan peraih medali emas asal Inggris yang membeli 50.000 follower dari Devumi. “Orang yang menilai dari jumlah like atau follower itu tidak sehat.”


Kathy Ireland memiliki lebih dari satu juta follower di Twitter, yang seringkali digunakannya untuk mempromosikan perusahaan yang sedang melakukan perjanjian endorsement dengannya.

Asuransi American Family yang berasal dari Wisconsin, AS, misalnya, mengatakan mantan model tersebut adalah salah satu “duta merek”, selebriti yang dibayar untuk membantu promosikan produknya, yang paling berpengaruh di Twitter.

Namun pada bulan Januari tahun lalu, Ireland hanya memiliki sekitar 160.000 follower. Bulan berikutnya, seorang karyawan dari Sterling/Winters, agensi branding miliknya, menghabiskan sekitar US$2.000 (Rp 27,2 juta) untuk mendapatkan tambahan 300.000 follower, berdasarkan catatan Devumi.

Karyawan tersebut kemudian mengaku dalam sebuah wawancara bahwa ia telah melakukan lebih banyak lagi pembelian. Banyak akun yang diikuti oleh Ireland adalah akun palsu atau bot, menurut temuan tim NYT.

Rona Menashe, juru bicara Ireland, mengatakan karyawan tersebut bertindak tanpa persetujuan Ireland dan telah diberhentikan setelah NYT bertanya tentang pembelian tersebut.

“Saya yakin ia merasa sudah melaksanakan tugasnya, tapi itu bukan sesuatu yang seharusnya ia lakukan,” katanya.

Kejadian serupa juga dialami oleh Lane Fox, pionir e-commerce, anggota parlemen, dan anggota direksi Twitter asal Inggris yang menyalahkan “karyawan penipu” atas rentetan pembelian follower selama lebih dari setahun. Ia menolak menyebutkan karyawan yang dimaksud.

Beberapa konsumen atau perwakilan Devumi yang dihubungi tim NYT menolak untuk berkomentar. Salah satunya adalah Leguizamo, yang dibelikan follower oleh koleganya. Namun, lebih banyak yang tidak merespon ketika tim NYT berkali-kali menghubungi mereka.

Beberapa orang mengelak telah melakukan pembelian dari Devumi. Mereka adalah Ashley Knight, asisten pribadi Lewis yang alamat surelnya terdaftar memesan 250.000 follower, dan Eric Kaplan, rekan Trump dan motivator yang alamat surel pribadinya dikaitkan dengan delapan pesanan.

Sebuah akun Twitter milik Paul Hollywood, pembuat roti terkenal, dihapus setelah NYT mengirimkan surel dengan beberapa pertanyaan. Hollywood lalu membalasnya dengan mengatakan, “Akun itu tidak ada.”

Selama dua tahun, konsultan hubungan masyarakat (public relation) Demokrat dan kontributor CNN, Hilary Rosen, membeli lebih dari setengah juta follower palsu dari Devumi. Sebelumnya, Rosen menghabiskan lebih dari satu dekade sebagai kepala Asosiasi Industri Musik Amerika Serikat (RIAA).

Pada sebuah wawancara, ia menjelaskan pembelian tersebut sebagai “percobaan yang saya lakukan beberapa tahun lalu untuk melihat cara kerjanya.” Dia melakukan lebih dari selusin pembelian follower dari tahun 2015 sampai 2017, menurut catatan perusahaan.

Pembeli lain mengatakan bahwa mereka menghadapi tekanan dari karyawan untuk mendapatkan follower media sosial.

Marcus Holmlund, seorang penulis lepas muda, awalnya sangat senang ketika Wilhelmina, agensi model internasional, merekrutnya untuk mengelola media sosial. Namun, ketika jumlah follower akun Twitter Wilhelmina tidak tumbuh dengan cepat, seorang pengawas memintanya untuk membeli follower atau berhenti dari pekerjaannya.

Pada tahun 2015, meskipun merasa waswas, dia mulai melakukan pembelian bulanan di Devumi dengan uangnya sendiri.

“Saya merasa terjebak oleh ancaman dipecat, atau lebih buruk lagi, tidak akan pernah bekerja di dunia fesyen lagi,” kata Holmlund, yang keluar pada akhir tahun 2015.

“Sejak itu, saya berkata ke siapapun dan semua orang yang bertanya bahwa itu adalah penipuan mutlak, tidak akan meningkatkan interaksi.”

Juru bicara Wilhelmina menolak untuk berkomentar.

Beberapa konsumen Devumi mengakui bahwa mereka membeli bot karena sebagian karir mereka akhirnya bergantung pada citra dan pengaruh di media sosial.

“Tidak ada siapapun yang akan menganggap Anda serius jika Anda tidak memiliki kehadiran yang penting,” kata Jason Schenker, seorang ekonom yang memiliki spesialisasi prediksi ekonomi dan telah membeli setidaknya 260.000 follower.

Tidak mengherankan, Devumi telah menjual jutaan follower dan retweet untuk pekerja dunia hiburan yang berada di tangga rendah dan menengah Hollywood, seperti aktor Ryan Hurst, bintang serial televisi “Sons of Anarchy.”

Pada tahun 2016 dan 2017, ia membeli total sebanyak 750.000 follower, sekitar tiga perempat dari jumlah follower-nya sekarang. Pembelian itu senilai kurang dari $4.000, menurut catatan perusahaan.

Hurst tidak memberikan tanggapan apapun tentang hal ini.

Devumi juga menjual bot untuk bintang reality show televisi, yang memperoleh ketenaran dari upah endorsement dan penampilan.

Sonja Morgan, salah satu anggota dari acara Bravo “The Real Housewives of New York City,” menggunakan akun Twitter yang telah didukung oleh Devumi untuk mempromosikan lini busananya, aplikasi belanja, dan situs yang menjual “video shout-outs” personal.

Mantan kontestan “American Idol”, Clay Aiken, bahkan membayar Devumi untuk menyebarkan keluhannya ke media sosial.
(prm) Next Article Monetisasi Media Sosial Marak, Jual Beli Follower Jadi Solusi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular